Share

BAB 10.

Author: Rosshie
last update Last Updated: 2025-05-08 20:37:36

Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami.

Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.

“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.

Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.

“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.

Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam.

Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.

Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.

“Mau apa kamu kesini perempuan mandul!” teriak ibu mertuaku dengan nada tinggi.

Hinaan itu langsung menusuk hatiku. Ibu mertuaku menyebutku perempuan mandul hanya karena aku belum memberinya cucu sampai sekarang.

“Bu, cukup! Jangan hina Zahra lagi! sudah aku bilang, Zahra gak mandul. Kami hanya belum ….”

Aku melihat ibu mertuaku yang bersiap untuk memotong ucapan Mas Raffi. Namun Sarah lebih dulu potong oleh Sarah, yang kini melotot tajam ke arahnya.

“Raf, kamu belain dia di depan aku?!” tanyanya dengan penuh amarah.

Mas Raffi menggenggam tangan Sarah, mencoba untuk menenangkan dia. Tapi aku hanya diam, tidak ada rasa cemburu atau sakit hati.

Entah karena rasa cintaku pada Mas Raffi yang sudah mati, atau karena aku sudah terlalu lelah menangisi pengkhianatannya.

Ibu mertuaku berjalan ke arahku, wajahnya penuh amarah. Mungkin amarahnya siap meledak kapan saja. Tapi Mas Raffi segera menghalanginya dan berdiri tepat di depanku.

“Bu, Raffi mohon, jangan lakukan apapun pada Zahra. Zahra istri Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada memohon, mencoba untuk menolongku.

“Raf! Buka mata kamu lebar-lebar! Apa kamu akan lebih memilih Zahra—istri kamu yang mandul itu atau Sarah yang sekarang sedang mengandung anak kamu!” seru ibu mertuaku dengan nada keras, membuatku tercengang.

Hamil? Sarah hamil?

Mas Raffi berbalik ke arahku, hanya menunduk dan tak mampu berkata-kata.

“Mas, a—apa ini benar? dia hamil anak kamu?” tanyaku dengan suara bergetar.

Aku tak ingin menangis, tapi kenyataan pahit ini kembali menghantamku keras. Aku dan Mas Raffi sudah menikah selama satu tahun, tapi sampai sekarang aku belum juga hamil. Sedangkan Sarah, pernikahan mereka baru seumur jagung, tapi kini sudah berbadan dua.

Ya Tuhan, apa ini adil untukku?

Mas Raffi berusaha untuk menggenggam tanganku, tapi langsung aku tepis. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu, Mas!” desis ku dengan suara bergetar, karena menahan tangis yang hampir pecah.

Air mata sudah memenuhi mataku, tapi aku mencoba menahannya agar tak mengalir. Hatiku kembali hancur berkeping-keping.

Apa aku memang tidak berhak untuk bahagia? apa wanita itu memang harus lebih unggul dariku? Dari segi harta, aku sudah kalah telak, sekarang dia lebih dulu hamil, membuatku semakin terlihat buruk di depan Ibu mertuaku.

“Sayang, dengarkan aku. Aku ….”

PLAAKKK!!!

Tamparanku berhasil mendarat keras di pipi kirinya. Setelah sekian lama menahan diri, aku akhirnya bisa melampiaskan kemarahanku.

Mas Raffi terlihat terkejut, tak menyangka aku akan berani menamparnya. Istri yang selama ini diam dan penurut, kini mulai melawan. Mungkin itu yang sedang Mas Raffi pikirkan tentangku.

Sarah yang melihat itu tampak murka, dia langsung berjalan cepat ke arahku dan menarik kerudungku tanpa sempat aku cegah.

“Beraninya kamu menampar Raffi, hah!” teriaknya sambil terus menarik kerudungku.

Hampir saja kerudungku terlepas dari kepalaku kalau saja aku tak melawan dan langsung mendorong tubuhnya hingga terhuyung ke belakang, menabrak ibu mertuaku.

“Sarah!” seru Mas Raffi tampak panik dan langsung menolong Sarah.

“Mas! dia mau mencelakai anak kita!” tangis Sarah penuh drama.

Mas Raffi langsung menatapku dengan kemarahan yang tak bisa disembunyikan. “Ra, kenapa kamu jadi kasar gini?” tanyanya dengan nada kecewa.

“Kasar, Mas bilang! Mas gak lihat dia yang mulai duluan!” balasku tak kalah emosi

Aku tak terima disalahkan, meskipun dalam hati aku sedikit menyesali perbuatanku, aku sejenak lupa kalau Sarah sedang hamil.

Namun, Ibu mertuaku sengaja menyiram api dengan bensin, memperkeruh keadaan.

“Alah! Bilang saja kalau kamu iri sama Sarah, kan! dia bisa hamil anak Raffi, tapi kamu gak!” seru ibu mertuaku, menambah suasana semakin panas saja.

Aku ingin membalas, tapi urung aku lakukan saat Mas Raffi menghentikan perdebatan ku dengan ibu mertuaku.

“Cukup!” teriaknya keras.

Mas Raffi langsung membopong tubuh Sarah masuk ke dalam rumah, menunjukkan betapa pedulinya dia dengan istri barunya itu, bahkan sampai mengabaikan aku.

Ibu mertuaku menatapku tajam, seolah-olah ingin mengulitiku saat ini juga. Terlihat jelas kebencian yang mendalam dari sorot matanya.

“Pergi kamu dari sini! Kamu gak diterima di rumah ini!” teriaknya keras.

Aku mengangkat dagu, menahan semua luka yang terus menggerogoti hatiku.

“Aku gak akan pernah pergi dari sini, aku berhak untuk tetap berada disini, karena aku masih istri Mas Raffi!” ucapku dengan nada tegas, aku tak ingin direndahkan lagi oleh ibu mertuaku.

“Bu, cukup! Apa yang Zahra katakan benar, dia berhak untuk tetap disini!” ucap Mas Raffi keras, sambil menatap ke arahku.

Aku melihat Sarah yang terus memeluk Mas Raffi, seolah enggan untuk melepaskannya, mungkin takut Mas Raffi akan menghampiriku.

Ibu mertuaku mendengus kesal, lalu berlalu dari hadapanku. “Tapi Ibu gak rela dia menginjakkan kaki di rumah Ibu, Raf!”

“Bu, Raffi mohon, jangan buat masalah ini semakin runyam. Lebih baik Ibu jaga Sarah, bawa dia masuk ke dalam, biar Raffi yang bicara sama Zahra.”

Aku melihat ibu mertuaku yang mengangguk dan langsung membantu Sarah berdiri, dibantu Mas Raffi juga.

“Raf, jangan lama-lama, aku takut anak kita kenapa-napa,” ucapnya dengan dramatis. Padahal tadi dia tak sampai jatuh, tapi seolah-olah kalau aku sudah menyakitinya dan anak dalam kandungannya.

Mas Raffi hanya mengangguk, lalu meminta ibunya untuk membawa Sarah ke kamarnya. Tak berselang lama setelah mereka pergi, dia berjalan ke arahku.

“Sayang, kenapa kamu datang kesini? kamu bisa menghubungiku, maka aku akan ….”

Aku mengangkat tangan kananku, menghentikan ucapannya. “Apa Mas juga akan melarangku untuk datang kesini sama seperti ibumu?”

Mas Raffi menggeleng. “Sayang, bukan begitu. Aku hanya ingin menghindari keributan seperti tadi. Kamu juga tau bagaimana Ibu.”

Aku menepis tangan Mas Raffi yang ingin menggenggam tanganku. “Mas, aku sudah mengambil keputusan, kalau aku gak akan minta cerai.”

Wajah Mas Raffi berubah, dia tampak lega.

“Sayang, kamu serius?” tanyanya seakan masih tak percaya dengan apa yang aku katakan.

Aku mengangguk. “Tapi aku punya satu syarat?”

“Katakan, syarat apapun itu akan aku lakukan asal kita bisa terus bersama,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya.

“Aku ingin tinggal bersama dengan Mas Raffi, aku gak ingin jauh dari Mas Raffi lagi.”

Mas Raffi tertegun, mungkin tak menyangka aku akan meminta syarat seperti itu. Sementara, aku tau ini baru permulaan. Aku akan memastikan mereka merasakan sakit yang sama seperti yang aku rasakan.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

    Last Updated : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 12.

    Aku menghela nafas pelan, menatap sekeliling kamar. Sejak awal menikah, aku tak pernah masuk ke kamar ini. Sebab, setelah menikah, aku dan Mas Raffi tinggal di rumahku. Keluarga Mas Raffi tak mau menerimaku di rumah ini.Terdengar suara derit pintu yang terbuka, membuatku langsung menoleh ke arah pintu. Kulihat Mas Raffi melangkah masuk, mendekat ke arahku.Mas Raffi memelukku erat. Tapi aku hanya diam, tak berniat untuk membalas pelukan itu. Meskipun sebenarnya aku sangat merindukan pelukan ini.Pelukan yang dulu selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi tidak sekarang. Pelukan itu justru terasa begitu menyakitkan.“Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan nada lembut. Namun, aku tetap diam.“Aku sangat merindukanmu. Terima kasih masih mau bersamaku,” tambahnya lagi.Kali ini aku mendorong pelan tubuh Mas Raffi, membuat pelukannya terlepas. Kulihat wajah bingungnya, namun aku tak peduli.“Mas, kita harus bicara. Aku memang gak akan meminta cerai, tapi itu bukan b

    Last Updated : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 13.

    Aku melangkah masuk ke ruang makan. Aroma nasi goreng bercampur dengan wangi ayam goreng menyapa indra penciumanku.Di meja, sudah ada satu mangkuk besar nasi goreng, sepiring telur ceplok, dan beberapa potong ayam goreng yang terlihat menggoda.“Wah, Ibu masak enak nih,” ucapku sambil berpura-pura terkesan, mataku melirik mereka satu per satu.Sarah mendekat dengan langkah anggun, wajahnya menampilkan senyum ramah yang dibuat-buat.“Ibu sengaja memasak semua ini spesial untuk kamu loh, Ra. Ibu bilang, semua ini sebagai tanda permintaan maaf Ibu atas sikapnya ke kamu selama ini,” ucapnya dengan nada lembut.Aku langsung menatap Ibu mertuaku yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tampak tegang, seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.“Benarkah, Bu? Ibu memasak semua ini untukku?” tanyaku dengan nada setengah terkejut, meskipun dalam hati aku sudah tahu maksud mereka.Ibu mertuaku terdiam sejenak. Wajahnya yang tadi panik berubah kaku. Dia melangkah mendekat dan mencoba te

    Last Updated : 2025-05-09
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 14.

    Raffi menatap ibunya dan Sarah secara bergantian dengan wajah memerah, tanda amarah yang sulit dia sembunyikan.Sudah lebih dari lima kali dia bolak-balik ke kamar mandi sejak memakan nasi goreng buatan ibunya. Kini, dia berdiri di tengah ruang tamu, napasnya memburu, menuntut jawaban.“Bisa kasih Raffi penjelasan untuk semua ini, Bu?!” serunya lantang, suaranya bergetar oleh emosi.Di sampingnya, Zahra duduk santai di sofa, menyilangkan kakinya, dan memasang senyum penuh kemenangan. Jelas, dia sangat menikmati pemandangan yang sedang berlangsung.Raffi kembali memandang ibunya yang tampak kebingungan, dan Sarah yang semakin terlihat gelisah. Tak satu pun dari mereka berani membuka suara.Raffi lalu mengalihkan pandangannya ke Zahra, istrinya yang duduk dengan penuh percaya diri.“Ra, kamu pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang jelaskan semuanya sama aku,” pintanya dengan nada yang sedikit melunak, meskipun sorot matanya tetap tajam.Zahra mengangkat bahu santai, lalu menata

    Last Updated : 2025-05-09
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 15.

    Zahra menyandarkan tubuhnya di kursi dekat jendela kamarnya.Di luar, suara desiran angin terdengar samar, membawa aroma bunga yang mulai bermekaran di halaman. Meski suasana sekitar tampak tenang, hatinya penuh gejolak.Hari ini, dia telah menyaksikan momen yang begitu memuaskan, saat ibu mertuanya dan Sarah berlutut di hadapannya."Akhirnya, mereka tahu bagaimana rasanya direndahkan," batin Zahra, sambil mengingat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa malu dan amarah.Dari ruang tengah, samar-samar terdengar suara Sinta dan Sarah yang masih saja mengomel.Suara mereka saling tumpang tindih, menumpahkan amarah pada Raffi, yang kini tampak semakin lemah akibat bolak-balik ke kamar mandi.Wajah Raffi pucat pasi, dan tubuhnya terlihat lunglai.“Sarah, tolong antar aku ke rumah sakit,” pinta Raffi dengan suara yang nyaris tak terdengar.Awalnya, Raffi sempat meminta Zahra untuk mengantarnya. Namun Zahra, dengan senyum tipis penuh kemenangan, menolak dengan alasan bahwa Sarah lebih bisa di

    Last Updated : 2025-05-09
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 1.

    PLAAKK!!!Suara tamparan yang begitu keras menggema di ruang tamu rumahku, menyentak tubuhku hingga terasa bergetar. Pipi kiriku terasa panas, seolah terbakar. Rasa sakit itu merambat, namun yang lebih terasa adalah keterkejutanku yang begitu mendalam. Wajahku tertoleh dengan cepat, mata aku terpejam sejenak, mencoba menahan air mata. Ketika aku membuka mata, wajah pertama yang kulihat adalah wajah ibuku, yang terkejut luar biasa. Wajahnya yang penuh kekhawatiran menatapku, seolah tak percaya bahwa anak kesayangannya baru saja ditampar di hadapannya.Kepala ku terasa pening, tetapi sakit di pipi seakan menghilang seiring dengan rasa sakit yang meresap jauh ke dalam hati. Hatiku tercabik-cabik melihat air mata pertama ibuku jatuh begitu saja, meruntuhkan segala pertahanan yang selama ini ku bangun. Satu tetes air mata itu, satu isyarat bahwa ia begitu sedih dan terluka melihat aku diperlakukan seperti ini. Aku ingin sekali memeluknya, melindunginya dari kenyataan pahit ini."Ibu.

    Last Updated : 2025-04-24
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 2.

    "A—apa ini?"Jantungku berdebar kencang, terasa seperti ingin melompat keluar dari dadaku saat mataku bertemu dengan pria yang berdiri di depanku. Ada sesuatu yang sangat familiar dalam tatapannya, tetapi juga asing. Apakah benar ini Mas Raffi—suamiku? Aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat. Sudah lama sekali aku menantikan hari ini, berharap bisa bertemu dengannya, tetapi perasaan yang kurasakan justru kebingungannya. Apa ini benar-benar dia?Dulu, hidup kami begitu sederhana. Kami tak pernah menginginkan sesuatu yang berlebihan. Bahkan, meskipun kami hidup dengan cukup, kami memilih untuk tidak membeli barang-barang mewah atau pakaian yang mahal. Semua yang kami miliki adalah hasil jerih payah yang didapat dengan penuh pertimbangan. Tetapi pria di depanku ini, yang memakai jas rapi dan sepatu kulit mengkilap, jelas berbeda dari yang aku kenal. Pakaian yang dia kenakan… ini bukanlah pakaian yang biasa dia pakai. Aku tahu, meskipun aku bukan orang yang paham banyak tent

    Last Updated : 2025-04-24
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 3.

    Aku mematung, tubuhku seolah kehilangan tenaga. Kata-kata wanita itu masih menggema di telingaku. “Raf, kamu ingat dengan janji kamu saat menikahi aku.” Menikah? Apa maksudnya? Jadi, Mas Raffi... suamiku... sudah menikahi wanita itu? Dunia di sekelilingku seperti berhenti berputar. Kata-kata itu mengiris hatiku lebih dalam daripada pisau. Cinta suci yang selama ini kupelihara dengan segenap jiwa, kini hancur berkeping-keping hanya dengan kalimat pendek itu. Aku mencoba membaca wajahnya. Tidak ada tanda-tanda kebohongan, tidak ada usaha untuk menyangkal. Wanita itu berdiri tegak dengan penuh keyakinan, seolah ingin menunjukkan bahwa ia memiliki sesuatu yang lebih dariku. Tapi aku tak boleh menangis. Tidak di sini. Tidak di depan wanita itu. Aku harus kuat. “Mas, jelaskan semuanya sekarang!” desisku dengan suara bergetar. Tanganku menarik kerah jas Mas Raffi, memaksanya menatapku. Aku membutuhkan jawaban, penjelasan, apa pun itu. “Apa benar yang dia katakan? Mas sudah

    Last Updated : 2025-04-24

Latest chapter

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 15.

    Zahra menyandarkan tubuhnya di kursi dekat jendela kamarnya.Di luar, suara desiran angin terdengar samar, membawa aroma bunga yang mulai bermekaran di halaman. Meski suasana sekitar tampak tenang, hatinya penuh gejolak.Hari ini, dia telah menyaksikan momen yang begitu memuaskan, saat ibu mertuanya dan Sarah berlutut di hadapannya."Akhirnya, mereka tahu bagaimana rasanya direndahkan," batin Zahra, sambil mengingat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa malu dan amarah.Dari ruang tengah, samar-samar terdengar suara Sinta dan Sarah yang masih saja mengomel.Suara mereka saling tumpang tindih, menumpahkan amarah pada Raffi, yang kini tampak semakin lemah akibat bolak-balik ke kamar mandi.Wajah Raffi pucat pasi, dan tubuhnya terlihat lunglai.“Sarah, tolong antar aku ke rumah sakit,” pinta Raffi dengan suara yang nyaris tak terdengar.Awalnya, Raffi sempat meminta Zahra untuk mengantarnya. Namun Zahra, dengan senyum tipis penuh kemenangan, menolak dengan alasan bahwa Sarah lebih bisa di

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 14.

    Raffi menatap ibunya dan Sarah secara bergantian dengan wajah memerah, tanda amarah yang sulit dia sembunyikan.Sudah lebih dari lima kali dia bolak-balik ke kamar mandi sejak memakan nasi goreng buatan ibunya. Kini, dia berdiri di tengah ruang tamu, napasnya memburu, menuntut jawaban.“Bisa kasih Raffi penjelasan untuk semua ini, Bu?!” serunya lantang, suaranya bergetar oleh emosi.Di sampingnya, Zahra duduk santai di sofa, menyilangkan kakinya, dan memasang senyum penuh kemenangan. Jelas, dia sangat menikmati pemandangan yang sedang berlangsung.Raffi kembali memandang ibunya yang tampak kebingungan, dan Sarah yang semakin terlihat gelisah. Tak satu pun dari mereka berani membuka suara.Raffi lalu mengalihkan pandangannya ke Zahra, istrinya yang duduk dengan penuh percaya diri.“Ra, kamu pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang jelaskan semuanya sama aku,” pintanya dengan nada yang sedikit melunak, meskipun sorot matanya tetap tajam.Zahra mengangkat bahu santai, lalu menata

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 13.

    Aku melangkah masuk ke ruang makan. Aroma nasi goreng bercampur dengan wangi ayam goreng menyapa indra penciumanku.Di meja, sudah ada satu mangkuk besar nasi goreng, sepiring telur ceplok, dan beberapa potong ayam goreng yang terlihat menggoda.“Wah, Ibu masak enak nih,” ucapku sambil berpura-pura terkesan, mataku melirik mereka satu per satu.Sarah mendekat dengan langkah anggun, wajahnya menampilkan senyum ramah yang dibuat-buat.“Ibu sengaja memasak semua ini spesial untuk kamu loh, Ra. Ibu bilang, semua ini sebagai tanda permintaan maaf Ibu atas sikapnya ke kamu selama ini,” ucapnya dengan nada lembut.Aku langsung menatap Ibu mertuaku yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tampak tegang, seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.“Benarkah, Bu? Ibu memasak semua ini untukku?” tanyaku dengan nada setengah terkejut, meskipun dalam hati aku sudah tahu maksud mereka.Ibu mertuaku terdiam sejenak. Wajahnya yang tadi panik berubah kaku. Dia melangkah mendekat dan mencoba te

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 12.

    Aku menghela nafas pelan, menatap sekeliling kamar. Sejak awal menikah, aku tak pernah masuk ke kamar ini. Sebab, setelah menikah, aku dan Mas Raffi tinggal di rumahku. Keluarga Mas Raffi tak mau menerimaku di rumah ini.Terdengar suara derit pintu yang terbuka, membuatku langsung menoleh ke arah pintu. Kulihat Mas Raffi melangkah masuk, mendekat ke arahku.Mas Raffi memelukku erat. Tapi aku hanya diam, tak berniat untuk membalas pelukan itu. Meskipun sebenarnya aku sangat merindukan pelukan ini.Pelukan yang dulu selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi tidak sekarang. Pelukan itu justru terasa begitu menyakitkan.“Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan nada lembut. Namun, aku tetap diam.“Aku sangat merindukanmu. Terima kasih masih mau bersamaku,” tambahnya lagi.Kali ini aku mendorong pelan tubuh Mas Raffi, membuat pelukannya terlepas. Kulihat wajah bingungnya, namun aku tak peduli.“Mas, kita harus bicara. Aku memang gak akan meminta cerai, tapi itu bukan b

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 10.

    Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami. Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam. Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.“Mau apa kamu kesini perem

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 9.

    Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya. Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur. “Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada li

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 8.

    Raffi menatap rumah sederhana tempat dia keluar tadi. Rumah yang telah menjadi saksi kehidupannya bersama dengan Zahra selama satu tahun terakhir, setelah mereka menikah.Raffi meremas dadanya yang terasa nyeri saat mendengar isak tangis Zahra, wanita yang sangat dicintainya dengan segenap jiwanya, bahkan karena Zahra dia sampai berani melawan kedua orang tuanya.Suara itu bagai belati tajam yang mengiris hatinya.“Maafkan aku, Ra. Percayalah, aku melakukan semua ini semata-mata demi masa depan kita. Suatu hari nanti, aku yakin kamu akan mengerti alasan aku sampai mengambil langkah ini,” bisiknya pelan, meski dia tau Zahra tak akan bisa mendengarnya.“Raf, ngapain sih kamu masih berdiri disana! Aku sudah bosan menunggu! Ayo cepat kita pergi dari sini!” Suara Sarah terdengar memanggil dari dalam mobil.Raffi menoleh ke belakang, menatap istri keduanya yang menunggunya dengan ekspresi tidak sabar. Dia tau apa yang dilakukannya salah, tapi dia terperangkap dalam dilema.“Iya, aku kesana,

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 7.

    Hari-hari berlalu, Mas Raffi juga tak datang menemuiku, mungkin dia masih belum percaya dengan keputusan yang sudah aku ambil, kalau ternyata istri yang dulu sangat mencintainya, memilih untuk menyerah daripada harus berbagi dengan wanita lain.“Aku memang orang miskin, Mas, tapi aku gak gila harta seperti kamu.”Tapi kenapa, meskipun aku sudah memberi tahu ibu tentang kondisi rumah tanggaku, rasanya tetap ada ruang kosong yang tak terisi.Perasaan campur aduk antara kesedihan, kebingungan, dan rasa sakit masih menggelayuti hati ini.Aku tahu, hidup harus terus berjalan. Namun, setiap kali aku melihat ibu, aku merasa semakin tertekan untuk menjadi lebih kuat, untuk tidak membiarkan dia tahu betapa hancurnya hatiku.Walau ia mencoba tetap tegar, aku bisa melihat kepedihannya setiap kali ia duduk di kursi roda, seakan ingin berlari untuk meraih kebahagiaan anaknya.Aku ingin membuat ibu bangga, ingin membuktikan bahwa aku bisa menghadapinya meski tanpa Mas Raffi di sisiku.Di tengah keb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status