Share

BAB 9.

Author: Rosshie
last update Last Updated: 2025-05-06 15:27:27

Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya.

Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur.

“Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.

Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.

“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.

“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.

Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.

“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.

Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada lirih.

Sinta terlihat terguncang. Dia memang tidak menyukai Zahra, tapi tak pernah membayangkan kalau putranya akan melakukan poligami.

“Raf, Ibu ….”

Raffi menyela ucapan ibunya. “Raffi tau Ibu kecewa, tapi semua sudah terjadi. Sarah hamil,” ucapnya, menatap lurus ke mata ibunya.

“Apa?! hamil! Jadi Ibu mau punya cucu?” Sinta tampak terkejut, tapi tak bisa menyembunyikan kilatan kebahagiaan di matanya.

Setelah menunggu lama akhirnya dia akan menjadi seorang nenek. Akan ada anak kecil yang akan memanggilnya nenek.

“Iya, Ibu akan jadi nenek. Sarah hamil, anak aku,” jawab Raffi penuh keyakinan, berharap kabar gembira ini akan melunakan hati ibunya..

Sinta menarik nafas panjang. “Raf, Ibu gak tau harus bicara apa, tapi Ibu yakin, keputusan yang kamu ambil ini, adalah yang terbaik untuk kamu. Ibu senang, akhirnya kamu bisa lepas dari Zahra.”

Raffi menggeleng. “Zahra tetap istri aku, Bu, sampai kapanpun.”

“Apa maksud kamu, Raf? Apa kamu ingin tetap mempertahankan istri kamu yang gak guna itu!” seru Sinta dengan nada tinggi.

“Bu, Zahra istri aku, aku mencintainya dan ….”

“Lalu bagaimana dengan Sarah? Apa kamu gak mencintainya?”

Raffi terdiam, tak mampu menjawab pertanyaan itu.

Sinta menggenggam tangan Raffi erat. “Raf, lepaskan Zahra, hiduplah bahagia dengan Sarah. Masa depanmu akan cerah kalau bersama Sarah. Ibu lihat dia bukan orang sembarangan, apalagi dia bisa kasih kamu anak, sedangkan Zahra tidak.”

“Bu, Zahra pasti bisa hamil, Raffi akan ….”

Ucapan Raffi terhenti saat melihat Sarah yang berdiri di ambang pintu dapur.

Sarah lelah menunggu, jadi dia memutuskan untuk menyusul Raffi dan ibunya.

“Raf, aku haus.” Sarah melangkah masuk ke dalam dapur.

Sinta segera berdiri, lalu melangkah mendekati Sarah. “Maafkan Ibu ya. Ibu lupa menawari kamu minum. Sini, kamu duduk di sebelah Raffi, Ibu akan buatkan minum untuk kamu.”

Sinta menarik tangan Sarah, membawanya mendekati Raffi. “Kamu mau minum apa?” tanyanya dengan ramah setelah Sarah duduk di kursi yang ada di sebelah Raffi.

“Terserah Ibu saja,” jawab Sarah sambil tersenyum kecil.

Sinta tersenyum dan bergegas menuju meja dapur untuk menyiapkan minuman untuk Sarah.

Tak lama, mereka pindah ke ruang keluarga agar lebih nyaman ngobrolnya.

Setelah Sarah memperkenalkan dirinya sebagai anak pemilik perusahaan tempat Raffi bekerja, Sinta semakin terkesan.

“Jadi Nak Sarah ini bos Raffi di kantor?” tanya Sinta penuh rasa ingin tau.

“Iya, Bu. Saya tak sengaja bertemu Raffi di kantor.” Sarah menatap Raffi, lalu merangkul tangannya. “Raffi sangat perhatian, membuat saya jatuh cinta padanya,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya.

“Tapi Nak Sarah. Apa Nak Sarah tidak keberatan saat tau Raffi sudah menikah?” tanya Sinta dengan hati-hati, meskipun jelas dia berharap Sarah tak akan keberatan.

Sinta tak ingin sampai kehilangan Sarah, dia lebih baik kehilangan Zahra daripada Sarah, menantu kayanya.

“Bu, Raffi sudah membicarakan ini dengan Sarah. Ibu gak usah mencemaskannya.” Raffi tak ingin sampai ibunya membuat Sarah berubah pikiran.

Sudah susah payah dia membujuk Sarah agar tetap mempertahankan Zahra sebagai istrinya.

“Sarah mencintai Raffi, Bu, jadi Sarah akan terima Raffi apa adanya. Raffi juga sudah berjanji pada Sarah kalau dia akan lebih memprioritaskan Sarah daripada Zahra. Selain itu, kami tinggal di Jakarta, jadi Zahra tak akan bisa mengganggu rumah tangga kami,” ucap Sarah dengan tersenyum tipis.

Meskipun tersenyum, dalam hati Sarah merasa kesal karena Raffi masih mencintai Zahra dan ingin tetap mempertahankan Zahra.

Sarah bertekad akan mencari cara agar Zahra keluar dari hidup Raffi selamanya.

Bagaimanapun dia tak akan rela berbagi suami dengan wanita lain, meskipun wanita itu adalah pemilik cinta Raffi yang sebenarnya.

Kemudian, Sarah mengambil sesuatu dari dalam tas jinjingnya yang tadi diletakkan di atas meja. “Sarah punya hadiah buat Ibu,” ucapnya dengan senyum penuh arti, sambil meletakkan kotak berukuran sedang di depan mertuanya.

Sinta menatap kotak itu dan langsung mengambilnya, membuka kotak itu dengan tergesa-gesa. Kedua matanya berbinar saat melihat isi kotak itu.

“Semoga Ibu menyukainya. Sarah sengaja pilihkan itu untuk Ibu,” ucap Sarah dengan tersenyum, dia bisa melihat mata mertuanya yang langsung berbinar saat melihat benda berkilauan yang ada di dalam kotak itu.

“Nak Sarah, ini bagus sekali. Ini beneran buat Ibu?” tanyanya penuh antusias.

Sinta mengambil kalung berlian itu, menatapnya dengan mata berbinar.

Sarah mengangguk. “Itu Sarah pesan khusus dari toko langganan keluarga kami. Harganya sekitar satu milyar,” ucapnya membuat kedua mata Sinta membulat dengan sempurna.

Sinta tercengang. “A—apa? sa—satu milyar?” tanyanya, matanya membelalakkan.

Dia tak habis pikir dengan menantu keduanya ini, yang bisa mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membelikan dirinya kalung berlian.

“Iya, Bu, satu milyar,” ulang Sarah lagi dengan penuh kemenangan.

Dalam hati, Sarah yakin bawah hadiah mahal ini akan membuat mertuanya akan langsung berpihak padanya dan akan membantunya untuk menyingkirkan Zahra dari hidup Raffi untuk selama-lamanya.

Sinta terus menatap kalung berlian yang ada di tangannya dengan kagum. Seumur hidupnya dia tak pernah membayangkan akan memiliki perhiasan semahal ini.

Raffi hanya geleng pelan melihat reaksi ibunya yang berlebihan, melihat kalau uang memang bisa mengubah segalanya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu depan, diikuti dengan salam.

“Biar Raffi yang buka.” Raffi beranjak dari duduknya, lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

“Wa’alaikumsalam, sebentar.” Raffi terus berjalan menuju pintu rumahnya, lalu membuka pintu itu.

Kedua mata Raffi membulat saat melihat sosok yang kini berdiri di depannya. “Zahra?” ucapnya terkejut.

Raffi langsung menoleh ke belakang, lalu kembali menatap ke arah Zahra. “Sayang, sedang apa kamu disini?” tanyanya gelisah, takut Sarah dan ibunya akan muncul dan melihat Zahra ada di rumah itu.

Zahra tersenyum tipis. “Kenapa, Mas? apa aku gak boleh datang ke rumah ini? aku masih istrimu loh,” ucapnya tenang namun penuh sindiran.

Zahra memang sengaja datang ke rumah mertuanya untuk bertemu dengan Raffi, mertuanya dan istri baru suaminya. Ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan mereka bertiga.

Sebelum Raffi menjawab, terdengar suara Sarah dari arah belakang. “Raf, siapa yang datang?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 10.

    Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami. Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam. Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.“Mau apa kamu kesini perem

    Last Updated : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

    Last Updated : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 12.

    Aku menghela nafas pelan, menatap sekeliling kamar. Sejak awal menikah, aku tak pernah masuk ke kamar ini. Sebab, setelah menikah, aku dan Mas Raffi tinggal di rumahku. Keluarga Mas Raffi tak mau menerimaku di rumah ini.Terdengar suara derit pintu yang terbuka, membuatku langsung menoleh ke arah pintu. Kulihat Mas Raffi melangkah masuk, mendekat ke arahku.Mas Raffi memelukku erat. Tapi aku hanya diam, tak berniat untuk membalas pelukan itu. Meskipun sebenarnya aku sangat merindukan pelukan ini.Pelukan yang dulu selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi tidak sekarang. Pelukan itu justru terasa begitu menyakitkan.“Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan nada lembut. Namun, aku tetap diam.“Aku sangat merindukanmu. Terima kasih masih mau bersamaku,” tambahnya lagi.Kali ini aku mendorong pelan tubuh Mas Raffi, membuat pelukannya terlepas. Kulihat wajah bingungnya, namun aku tak peduli.“Mas, kita harus bicara. Aku memang gak akan meminta cerai, tapi itu bukan b

    Last Updated : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 13.

    Aku melangkah masuk ke ruang makan. Aroma nasi goreng bercampur dengan wangi ayam goreng menyapa indra penciumanku.Di meja, sudah ada satu mangkuk besar nasi goreng, sepiring telur ceplok, dan beberapa potong ayam goreng yang terlihat menggoda.“Wah, Ibu masak enak nih,” ucapku sambil berpura-pura terkesan, mataku melirik mereka satu per satu.Sarah mendekat dengan langkah anggun, wajahnya menampilkan senyum ramah yang dibuat-buat.“Ibu sengaja memasak semua ini spesial untuk kamu loh, Ra. Ibu bilang, semua ini sebagai tanda permintaan maaf Ibu atas sikapnya ke kamu selama ini,” ucapnya dengan nada lembut.Aku langsung menatap Ibu mertuaku yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tampak tegang, seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.“Benarkah, Bu? Ibu memasak semua ini untukku?” tanyaku dengan nada setengah terkejut, meskipun dalam hati aku sudah tahu maksud mereka.Ibu mertuaku terdiam sejenak. Wajahnya yang tadi panik berubah kaku. Dia melangkah mendekat dan mencoba te

    Last Updated : 2025-05-09
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 14.

    Raffi menatap ibunya dan Sarah secara bergantian dengan wajah memerah, tanda amarah yang sulit dia sembunyikan.Sudah lebih dari lima kali dia bolak-balik ke kamar mandi sejak memakan nasi goreng buatan ibunya. Kini, dia berdiri di tengah ruang tamu, napasnya memburu, menuntut jawaban.“Bisa kasih Raffi penjelasan untuk semua ini, Bu?!” serunya lantang, suaranya bergetar oleh emosi.Di sampingnya, Zahra duduk santai di sofa, menyilangkan kakinya, dan memasang senyum penuh kemenangan. Jelas, dia sangat menikmati pemandangan yang sedang berlangsung.Raffi kembali memandang ibunya yang tampak kebingungan, dan Sarah yang semakin terlihat gelisah. Tak satu pun dari mereka berani membuka suara.Raffi lalu mengalihkan pandangannya ke Zahra, istrinya yang duduk dengan penuh percaya diri.“Ra, kamu pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang jelaskan semuanya sama aku,” pintanya dengan nada yang sedikit melunak, meskipun sorot matanya tetap tajam.Zahra mengangkat bahu santai, lalu menata

    Last Updated : 2025-05-09
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 15.

    Zahra menyandarkan tubuhnya di kursi dekat jendela kamarnya.Di luar, suara desiran angin terdengar samar, membawa aroma bunga yang mulai bermekaran di halaman. Meski suasana sekitar tampak tenang, hatinya penuh gejolak.Hari ini, dia telah menyaksikan momen yang begitu memuaskan, saat ibu mertuanya dan Sarah berlutut di hadapannya."Akhirnya, mereka tahu bagaimana rasanya direndahkan," batin Zahra, sambil mengingat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa malu dan amarah.Dari ruang tengah, samar-samar terdengar suara Sinta dan Sarah yang masih saja mengomel.Suara mereka saling tumpang tindih, menumpahkan amarah pada Raffi, yang kini tampak semakin lemah akibat bolak-balik ke kamar mandi.Wajah Raffi pucat pasi, dan tubuhnya terlihat lunglai.“Sarah, tolong antar aku ke rumah sakit,” pinta Raffi dengan suara yang nyaris tak terdengar.Awalnya, Raffi sempat meminta Zahra untuk mengantarnya. Namun Zahra, dengan senyum tipis penuh kemenangan, menolak dengan alasan bahwa Sarah lebih bisa di

    Last Updated : 2025-05-09
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 1.

    PLAAKK!!!Suara tamparan yang begitu keras menggema di ruang tamu rumahku, menyentak tubuhku hingga terasa bergetar. Pipi kiriku terasa panas, seolah terbakar. Rasa sakit itu merambat, namun yang lebih terasa adalah keterkejutanku yang begitu mendalam. Wajahku tertoleh dengan cepat, mata aku terpejam sejenak, mencoba menahan air mata. Ketika aku membuka mata, wajah pertama yang kulihat adalah wajah ibuku, yang terkejut luar biasa. Wajahnya yang penuh kekhawatiran menatapku, seolah tak percaya bahwa anak kesayangannya baru saja ditampar di hadapannya.Kepala ku terasa pening, tetapi sakit di pipi seakan menghilang seiring dengan rasa sakit yang meresap jauh ke dalam hati. Hatiku tercabik-cabik melihat air mata pertama ibuku jatuh begitu saja, meruntuhkan segala pertahanan yang selama ini ku bangun. Satu tetes air mata itu, satu isyarat bahwa ia begitu sedih dan terluka melihat aku diperlakukan seperti ini. Aku ingin sekali memeluknya, melindunginya dari kenyataan pahit ini."Ibu.

    Last Updated : 2025-04-24
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 2.

    "A—apa ini?"Jantungku berdebar kencang, terasa seperti ingin melompat keluar dari dadaku saat mataku bertemu dengan pria yang berdiri di depanku. Ada sesuatu yang sangat familiar dalam tatapannya, tetapi juga asing. Apakah benar ini Mas Raffi—suamiku? Aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat. Sudah lama sekali aku menantikan hari ini, berharap bisa bertemu dengannya, tetapi perasaan yang kurasakan justru kebingungannya. Apa ini benar-benar dia?Dulu, hidup kami begitu sederhana. Kami tak pernah menginginkan sesuatu yang berlebihan. Bahkan, meskipun kami hidup dengan cukup, kami memilih untuk tidak membeli barang-barang mewah atau pakaian yang mahal. Semua yang kami miliki adalah hasil jerih payah yang didapat dengan penuh pertimbangan. Tetapi pria di depanku ini, yang memakai jas rapi dan sepatu kulit mengkilap, jelas berbeda dari yang aku kenal. Pakaian yang dia kenakan… ini bukanlah pakaian yang biasa dia pakai. Aku tahu, meskipun aku bukan orang yang paham banyak tent

    Last Updated : 2025-04-24

Latest chapter

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 15.

    Zahra menyandarkan tubuhnya di kursi dekat jendela kamarnya.Di luar, suara desiran angin terdengar samar, membawa aroma bunga yang mulai bermekaran di halaman. Meski suasana sekitar tampak tenang, hatinya penuh gejolak.Hari ini, dia telah menyaksikan momen yang begitu memuaskan, saat ibu mertuanya dan Sarah berlutut di hadapannya."Akhirnya, mereka tahu bagaimana rasanya direndahkan," batin Zahra, sambil mengingat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa malu dan amarah.Dari ruang tengah, samar-samar terdengar suara Sinta dan Sarah yang masih saja mengomel.Suara mereka saling tumpang tindih, menumpahkan amarah pada Raffi, yang kini tampak semakin lemah akibat bolak-balik ke kamar mandi.Wajah Raffi pucat pasi, dan tubuhnya terlihat lunglai.“Sarah, tolong antar aku ke rumah sakit,” pinta Raffi dengan suara yang nyaris tak terdengar.Awalnya, Raffi sempat meminta Zahra untuk mengantarnya. Namun Zahra, dengan senyum tipis penuh kemenangan, menolak dengan alasan bahwa Sarah lebih bisa di

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 14.

    Raffi menatap ibunya dan Sarah secara bergantian dengan wajah memerah, tanda amarah yang sulit dia sembunyikan.Sudah lebih dari lima kali dia bolak-balik ke kamar mandi sejak memakan nasi goreng buatan ibunya. Kini, dia berdiri di tengah ruang tamu, napasnya memburu, menuntut jawaban.“Bisa kasih Raffi penjelasan untuk semua ini, Bu?!” serunya lantang, suaranya bergetar oleh emosi.Di sampingnya, Zahra duduk santai di sofa, menyilangkan kakinya, dan memasang senyum penuh kemenangan. Jelas, dia sangat menikmati pemandangan yang sedang berlangsung.Raffi kembali memandang ibunya yang tampak kebingungan, dan Sarah yang semakin terlihat gelisah. Tak satu pun dari mereka berani membuka suara.Raffi lalu mengalihkan pandangannya ke Zahra, istrinya yang duduk dengan penuh percaya diri.“Ra, kamu pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang jelaskan semuanya sama aku,” pintanya dengan nada yang sedikit melunak, meskipun sorot matanya tetap tajam.Zahra mengangkat bahu santai, lalu menata

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 13.

    Aku melangkah masuk ke ruang makan. Aroma nasi goreng bercampur dengan wangi ayam goreng menyapa indra penciumanku.Di meja, sudah ada satu mangkuk besar nasi goreng, sepiring telur ceplok, dan beberapa potong ayam goreng yang terlihat menggoda.“Wah, Ibu masak enak nih,” ucapku sambil berpura-pura terkesan, mataku melirik mereka satu per satu.Sarah mendekat dengan langkah anggun, wajahnya menampilkan senyum ramah yang dibuat-buat.“Ibu sengaja memasak semua ini spesial untuk kamu loh, Ra. Ibu bilang, semua ini sebagai tanda permintaan maaf Ibu atas sikapnya ke kamu selama ini,” ucapnya dengan nada lembut.Aku langsung menatap Ibu mertuaku yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tampak tegang, seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.“Benarkah, Bu? Ibu memasak semua ini untukku?” tanyaku dengan nada setengah terkejut, meskipun dalam hati aku sudah tahu maksud mereka.Ibu mertuaku terdiam sejenak. Wajahnya yang tadi panik berubah kaku. Dia melangkah mendekat dan mencoba te

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 12.

    Aku menghela nafas pelan, menatap sekeliling kamar. Sejak awal menikah, aku tak pernah masuk ke kamar ini. Sebab, setelah menikah, aku dan Mas Raffi tinggal di rumahku. Keluarga Mas Raffi tak mau menerimaku di rumah ini.Terdengar suara derit pintu yang terbuka, membuatku langsung menoleh ke arah pintu. Kulihat Mas Raffi melangkah masuk, mendekat ke arahku.Mas Raffi memelukku erat. Tapi aku hanya diam, tak berniat untuk membalas pelukan itu. Meskipun sebenarnya aku sangat merindukan pelukan ini.Pelukan yang dulu selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi tidak sekarang. Pelukan itu justru terasa begitu menyakitkan.“Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan nada lembut. Namun, aku tetap diam.“Aku sangat merindukanmu. Terima kasih masih mau bersamaku,” tambahnya lagi.Kali ini aku mendorong pelan tubuh Mas Raffi, membuat pelukannya terlepas. Kulihat wajah bingungnya, namun aku tak peduli.“Mas, kita harus bicara. Aku memang gak akan meminta cerai, tapi itu bukan b

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 10.

    Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami. Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam. Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.“Mau apa kamu kesini perem

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 9.

    Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya. Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur. “Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada li

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 8.

    Raffi menatap rumah sederhana tempat dia keluar tadi. Rumah yang telah menjadi saksi kehidupannya bersama dengan Zahra selama satu tahun terakhir, setelah mereka menikah.Raffi meremas dadanya yang terasa nyeri saat mendengar isak tangis Zahra, wanita yang sangat dicintainya dengan segenap jiwanya, bahkan karena Zahra dia sampai berani melawan kedua orang tuanya.Suara itu bagai belati tajam yang mengiris hatinya.“Maafkan aku, Ra. Percayalah, aku melakukan semua ini semata-mata demi masa depan kita. Suatu hari nanti, aku yakin kamu akan mengerti alasan aku sampai mengambil langkah ini,” bisiknya pelan, meski dia tau Zahra tak akan bisa mendengarnya.“Raf, ngapain sih kamu masih berdiri disana! Aku sudah bosan menunggu! Ayo cepat kita pergi dari sini!” Suara Sarah terdengar memanggil dari dalam mobil.Raffi menoleh ke belakang, menatap istri keduanya yang menunggunya dengan ekspresi tidak sabar. Dia tau apa yang dilakukannya salah, tapi dia terperangkap dalam dilema.“Iya, aku kesana,

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 7.

    Hari-hari berlalu, Mas Raffi juga tak datang menemuiku, mungkin dia masih belum percaya dengan keputusan yang sudah aku ambil, kalau ternyata istri yang dulu sangat mencintainya, memilih untuk menyerah daripada harus berbagi dengan wanita lain.“Aku memang orang miskin, Mas, tapi aku gak gila harta seperti kamu.”Tapi kenapa, meskipun aku sudah memberi tahu ibu tentang kondisi rumah tanggaku, rasanya tetap ada ruang kosong yang tak terisi.Perasaan campur aduk antara kesedihan, kebingungan, dan rasa sakit masih menggelayuti hati ini.Aku tahu, hidup harus terus berjalan. Namun, setiap kali aku melihat ibu, aku merasa semakin tertekan untuk menjadi lebih kuat, untuk tidak membiarkan dia tahu betapa hancurnya hatiku.Walau ia mencoba tetap tegar, aku bisa melihat kepedihannya setiap kali ia duduk di kursi roda, seakan ingin berlari untuk meraih kebahagiaan anaknya.Aku ingin membuat ibu bangga, ingin membuktikan bahwa aku bisa menghadapinya meski tanpa Mas Raffi di sisiku.Di tengah keb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status