Share

BAB 9.

Penulis: Rosshie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-06 15:27:27

Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya.

Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur.

“Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.

Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.

“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.

“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.

Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.

“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.

Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada lirih.

Sinta terlihat terguncang. Dia memang tidak menyukai Zahra, tapi tak pernah membayangkan kalau putranya akan melakukan poligami.

“Raf, Ibu ….”

Raffi menyela ucapan ibunya. “Raffi tau Ibu kecewa, tapi semua sudah terjadi. Sarah hamil,” ucapnya, menatap lurus ke mata ibunya.

“Apa?! hamil! Jadi Ibu mau punya cucu?” Sinta tampak terkejut, tapi tak bisa menyembunyikan kilatan kebahagiaan di matanya.

Setelah menunggu lama akhirnya dia akan menjadi seorang nenek. Akan ada anak kecil yang akan memanggilnya nenek.

“Iya, Ibu akan jadi nenek. Sarah hamil, anak aku,” jawab Raffi penuh keyakinan, berharap kabar gembira ini akan melunakan hati ibunya..

Sinta menarik nafas panjang. “Raf, Ibu gak tau harus bicara apa, tapi Ibu yakin, keputusan yang kamu ambil ini, adalah yang terbaik untuk kamu. Ibu senang, akhirnya kamu bisa lepas dari Zahra.”

Raffi menggeleng. “Zahra tetap istri aku, Bu, sampai kapanpun.”

“Apa maksud kamu, Raf? Apa kamu ingin tetap mempertahankan istri kamu yang gak guna itu!” seru Sinta dengan nada tinggi.

“Bu, Zahra istri aku, aku mencintainya dan ….”

“Lalu bagaimana dengan Sarah? Apa kamu gak mencintainya?”

Raffi terdiam, tak mampu menjawab pertanyaan itu.

Sinta menggenggam tangan Raffi erat. “Raf, lepaskan Zahra, hiduplah bahagia dengan Sarah. Masa depanmu akan cerah kalau bersama Sarah. Ibu lihat dia bukan orang sembarangan, apalagi dia bisa kasih kamu anak, sedangkan Zahra tidak.”

“Bu, Zahra pasti bisa hamil, Raffi akan ….”

Ucapan Raffi terhenti saat melihat Sarah yang berdiri di ambang pintu dapur.

Sarah lelah menunggu, jadi dia memutuskan untuk menyusul Raffi dan ibunya.

“Raf, aku haus.” Sarah melangkah masuk ke dalam dapur.

Sinta segera berdiri, lalu melangkah mendekati Sarah. “Maafkan Ibu ya. Ibu lupa menawari kamu minum. Sini, kamu duduk di sebelah Raffi, Ibu akan buatkan minum untuk kamu.”

Sinta menarik tangan Sarah, membawanya mendekati Raffi. “Kamu mau minum apa?” tanyanya dengan ramah setelah Sarah duduk di kursi yang ada di sebelah Raffi.

“Terserah Ibu saja,” jawab Sarah sambil tersenyum kecil.

Sinta tersenyum dan bergegas menuju meja dapur untuk menyiapkan minuman untuk Sarah.

Tak lama, mereka pindah ke ruang keluarga agar lebih nyaman ngobrolnya.

Setelah Sarah memperkenalkan dirinya sebagai anak pemilik perusahaan tempat Raffi bekerja, Sinta semakin terkesan.

“Jadi Nak Sarah ini bos Raffi di kantor?” tanya Sinta penuh rasa ingin tau.

“Iya, Bu. Saya tak sengaja bertemu Raffi di kantor.” Sarah menatap Raffi, lalu merangkul tangannya. “Raffi sangat perhatian, membuat saya jatuh cinta padanya,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya.

“Tapi Nak Sarah. Apa Nak Sarah tidak keberatan saat tau Raffi sudah menikah?” tanya Sinta dengan hati-hati, meskipun jelas dia berharap Sarah tak akan keberatan.

Sinta tak ingin sampai kehilangan Sarah, dia lebih baik kehilangan Zahra daripada Sarah, menantu kayanya.

“Bu, Raffi sudah membicarakan ini dengan Sarah. Ibu gak usah mencemaskannya.” Raffi tak ingin sampai ibunya membuat Sarah berubah pikiran.

Sudah susah payah dia membujuk Sarah agar tetap mempertahankan Zahra sebagai istrinya.

“Sarah mencintai Raffi, Bu, jadi Sarah akan terima Raffi apa adanya. Raffi juga sudah berjanji pada Sarah kalau dia akan lebih memprioritaskan Sarah daripada Zahra. Selain itu, kami tinggal di Jakarta, jadi Zahra tak akan bisa mengganggu rumah tangga kami,” ucap Sarah dengan tersenyum tipis.

Meskipun tersenyum, dalam hati Sarah merasa kesal karena Raffi masih mencintai Zahra dan ingin tetap mempertahankan Zahra.

Sarah bertekad akan mencari cara agar Zahra keluar dari hidup Raffi selamanya.

Bagaimanapun dia tak akan rela berbagi suami dengan wanita lain, meskipun wanita itu adalah pemilik cinta Raffi yang sebenarnya.

Kemudian, Sarah mengambil sesuatu dari dalam tas jinjingnya yang tadi diletakkan di atas meja. “Sarah punya hadiah buat Ibu,” ucapnya dengan senyum penuh arti, sambil meletakkan kotak berukuran sedang di depan mertuanya.

Sinta menatap kotak itu dan langsung mengambilnya, membuka kotak itu dengan tergesa-gesa. Kedua matanya berbinar saat melihat isi kotak itu.

“Semoga Ibu menyukainya. Sarah sengaja pilihkan itu untuk Ibu,” ucap Sarah dengan tersenyum, dia bisa melihat mata mertuanya yang langsung berbinar saat melihat benda berkilauan yang ada di dalam kotak itu.

“Nak Sarah, ini bagus sekali. Ini beneran buat Ibu?” tanyanya penuh antusias.

Sinta mengambil kalung berlian itu, menatapnya dengan mata berbinar.

Sarah mengangguk. “Itu Sarah pesan khusus dari toko langganan keluarga kami. Harganya sekitar satu milyar,” ucapnya membuat kedua mata Sinta membulat dengan sempurna.

Sinta tercengang. “A—apa? sa—satu milyar?” tanyanya, matanya membelalakkan.

Dia tak habis pikir dengan menantu keduanya ini, yang bisa mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membelikan dirinya kalung berlian.

“Iya, Bu, satu milyar,” ulang Sarah lagi dengan penuh kemenangan.

Dalam hati, Sarah yakin bawah hadiah mahal ini akan membuat mertuanya akan langsung berpihak padanya dan akan membantunya untuk menyingkirkan Zahra dari hidup Raffi untuk selama-lamanya.

Sinta terus menatap kalung berlian yang ada di tangannya dengan kagum. Seumur hidupnya dia tak pernah membayangkan akan memiliki perhiasan semahal ini.

Raffi hanya geleng pelan melihat reaksi ibunya yang berlebihan, melihat kalau uang memang bisa mengubah segalanya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu depan, diikuti dengan salam.

“Biar Raffi yang buka.” Raffi beranjak dari duduknya, lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

“Wa’alaikumsalam, sebentar.” Raffi terus berjalan menuju pintu rumahnya, lalu membuka pintu itu.

Kedua mata Raffi membulat saat melihat sosok yang kini berdiri di depannya. “Zahra?” ucapnya terkejut.

Raffi langsung menoleh ke belakang, lalu kembali menatap ke arah Zahra. “Sayang, sedang apa kamu disini?” tanyanya gelisah, takut Sarah dan ibunya akan muncul dan melihat Zahra ada di rumah itu.

Zahra tersenyum tipis. “Kenapa, Mas? apa aku gak boleh datang ke rumah ini? aku masih istrimu loh,” ucapnya tenang namun penuh sindiran.

Zahra memang sengaja datang ke rumah mertuanya untuk bertemu dengan Raffi, mertuanya dan istri baru suaminya. Ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan mereka bertiga.

Sebelum Raffi menjawab, terdengar suara Sarah dari arah belakang. “Raf, siapa yang datang?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 58. ENDING

    Suara tangis bayi menggema di ruang operasi, menandai kehadiran seorang malaikat kecil di dunia.Zahra baru saja melahirkan secara caesar, seperti saat melahirkan anak pertamanya, Ramadhan.Proses yang penuh perjuangan itu kini tergantikan oleh perasaan lega dan bahagia yang meliputi seluruh ruangan.Elang berdiri di sisi Zahra. Dia tak henti-hentinya mengecup kening istrinya yang masih terbaring lemah di atas ranjang operasi. Air matanya mengalir, membasahi wajahnya yang penuh kebahagiaan.“Terima kasih, Sayang. Terima kasih untuk hadiah terindah yang kamu berikan padaku,” ucap Elang dengan nada bergetar. Tangannya menggenggam erat tangan Zahra, seolah ingin memastikan bahwa kebahagiaan ini nyata.Zahra tersenyum lembut meski tubuhnya masih lemah. “Semua ini juga karena kamu, Mas. Terima kasih sudah selalu ada di sisiku,” balasnya dengan suara pelan namun penuh cinta.Tak lama, seorang perawat menghampiri mereka sambil menggendong bayi mungil yang masih merah. “Pak, ini putri Anda,”

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 57.

    Di koridor yang sunyi, suara langkah kaki Zahra dan Elang menggema. Mereka baru saja selesai mendengar penjelasan dokter tentang kondisi Raffi.Dokter itu, seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun dengan wajah penuh empati, menjelaskan bahwa tidak ada perubahan berarti pada Raffi sejak pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa itu.“Dia sering menjerit ketakutan saat malam hari,” kata dokter dengan nada berat. “Dia terus mengulang bahwa dia bukan pembunuh, seolah dihantui rasa bersalah kepada Sarah dan Nessa. Namun, saat siang hari, dia terlihat berbeda. Raffi tersenyum, bicara sendiri, dan selalu menyebut nama Anda, Bu Zahra. Dia sering menceritakan bahwa istrinya, Zahra, adalah wanita yang cantik, baik, dan sangat mencintainya.”Kata-kata itu bergema di kepala Zahra, meskipun dia berusaha keras untuk tidak menunjukkan emosi.Kini, Zahra dan Elang berdiri di taman rumah sakit, mengamati Raffi dari kejauhan. Pria itu duduk di kursi roda, wajahnya yang dulu tampan kini terlihat le

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 56.

    Empat tahun sudah berlalu. Zahra dan Elang, yang selama ini tinggal di Kanada setelah menikah, akhirnya memutuskan untuk kembali ke Jakarta.Selama pernikahan mereka, Elang sering bolak-balik Jakarta–Kanada karena pekerjaannya. Namun, demi kebersamaan, mereka akhirnya sepakat untuk kembali ke Jakarta setelah Zahra menyelesaikan studinya.Di Bandara Soekarno-Hatta, suasana hangat menyambut kedatangan mereka. Seorang bocah kecil bermata bulat berlari dengan semangat ke arah sepasang paruh baya yang sudah menunggu.“Kakek! Nenek!” seru bocah itu dengan suara riang, membuat suasana bandara terasa lebih hidup.“Cucu Kakek yang ganteng,” ucap Burhan dengan penuh kasih, sambil berjongkok untuk menyambut pelukan cucunya.Ramadhan Luthfi Bagaskara, atau yang akrab dipanggil Rama, langsung memeluk erat kakeknya. “Kakek!”Burhan menggendong Rama sambil tersenyum lebar.“Rama kangen sama Kakek,” ujar Rama sambil mengecup pipi kakeknya.Reina, nenek Rama, tertawa kecil. “Sama Nenek nggak kangen ni

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 55.

    Pemakaman Sarah dan Nessa baru saja usai. Suasana penuh duka menyelimuti keluarga yang ditinggalkan.Tangis Alina pecah di tengah pelayat yang mulai membubarkan diri. Dia tak menyangka nasib anak tirinya dan cucunya akan berakhir dengan begitu tragis. Rasa kehilangan begitu besar, seakan mengguncang dunia kecilnya.“Kenapa semua ini harus terjadi?” ucapnya lirih sambil menatap nisan Sarah dan Nessa.Tak hanya Alina yang terguncang. Seluruh keluarga Zahra ikut terkejut ketika mengetahui pelaku pembunuhan Sarah dan Nessa adalah Raffi dan ibunya.Raffi, yang dulu dikenal sebagai pria yang baik dan penuh kasih, kini berubah menjadi pelaku kejahatan keji.Zahra sendiri tak bisa menyembunyikan rasa prihatinnya. Dia menghela napas panjang, mencoba meredam gejolak di dalam dadanya.Setelah pemakaman selesai, mereka kembali ke rumah nenek Halimah. Suasana di rumah terasa berat, seolah bayang-bayang tragedi tadi masih membekap mereka.Alina memilih mengurung diri di kamar, ditemani oleh putrany

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 54.

    Elang yang tengah bersiap menemui kliennya di sebuah hotel berbintang dikejutkan oleh berita mendadak dari seorang staf hotel.Seorang wanita ditemukan tewas di salah satu kamar hotel. Rasa ingin tahunya langsung membuncah, dan tanpa berpikir panjang, Elang memutuskan untuk memeriksa ke lokasi yang disebutkan.“Maaf, Pak Elang, saya harus memastikan Anda tahu apa yang terjadi,” ujar resepsionis hotel dengan nada gemetar. “Itu terjadi di kamar 304, lantai tiga.”Elang, yang sebelumnya fokus pada pertemuan bisnisnya, bahkan sampai melupakan Raffi, yang sudah menghilang entah ke mana.Bersama beberapa staf hotel, dia segera menuju lantai tiga. Di depan kamar 304, dia mendapati suasana tegang.Beberapa orang terlihat berdiri dengan wajah cemas, termasuk seorang pria yang sangat dia kenal.“Pak Derik? Apa yang Anda lakukan di sini?” tanya Elang dengan nada terkejut.Derik, klien yang sudah berjanji untuk bertemu dengannya, tampak pucat pasi. Wajahnya menggambarkan keterkejutan dan kesediha

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 53.

    Raffi terlihat panik, begitu juga dengan Sonia yang matanya langsung membelalak saat melihat Sarah yang tak sadarkan diri dengan kepala yang ber-lumu-ran da-rah.“Raf, apa yang sudah kamu lakukan!” teriak Sonia, suaranya melengking penuh kepanikan.Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Pemandangan itu terlalu mengerikan.Raffi berdiri terpaku. Dia memegang botol wine yang pecah di ujungnya, da-rah Sarah menetes dari pecahan kaca tersebut.Seketika, dia melempar botol itu jauh, seolah benda itu panas membakar tangannya.“Aku gak sengaja melakukannya. Aku hanya ingin membela diri dan kamu tahu itu!” teriak Raffi, suaranya bergetar, matanya memandang Sarah yang tergeletak tak bergerak di lantai.Da-rah terus mengalir dari kepala Sarah, membasahi lantai marmer yang mengkilap. Pemandangan itu membuat Sonia semakin panik.Sonia menoleh ke arah Raffi dengan tatapan tajam. “Raf, kita harus bawa Sarah ke rumah sakit. Dia bisa mening

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status