Share

BAB 8.

Author: Rosshie
last update Last Updated: 2025-05-06 15:23:15

Raffi menatap rumah sederhana tempat dia keluar tadi. Rumah yang telah menjadi saksi kehidupannya bersama dengan Zahra selama satu tahun terakhir, setelah mereka menikah.

Raffi meremas dadanya yang terasa nyeri saat mendengar isak tangis Zahra, wanita yang sangat dicintainya dengan segenap jiwanya, bahkan karena Zahra dia sampai berani melawan kedua orang tuanya.

Suara itu bagai belati tajam yang mengiris hatinya.

“Maafkan aku, Ra. Percayalah, aku melakukan semua ini semata-mata demi masa depan kita. Suatu hari nanti, aku yakin kamu akan mengerti alasan aku sampai mengambil langkah ini,” bisiknya pelan, meski dia tau Zahra tak akan bisa mendengarnya.

“Raf, ngapain sih kamu masih berdiri disana! Aku sudah bosan menunggu! Ayo cepat kita pergi dari sini!” Suara Sarah terdengar memanggil dari dalam mobil.

Raffi menoleh ke belakang, menatap istri keduanya yang menunggunya dengan ekspresi tidak sabar. Dia tau apa yang dilakukannya salah, tapi dia terperangkap dalam dilema.

“Iya, aku kesana,” jawab Raffi, sambil melangkahkan kakinya menuju mobil.

Rasa bersalah terus mengikutinya, namun dia menutupi kegundahan itu dengan wajah datar.

Sarah langsung menyemprot Raffi begitu dia masuk ke dalam mobil. “Lama banget sih! ngapain aja sih kamu didalam?” tanyanya dengan nada kesal.

“Aku hanya ngobrol sama mertuaku dan Zahra, seperti apa yang kita bicarakan kemarin.” Raffi menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, tatapannya menatap ke depan.

Sarah melihat ada yang aneh dengan sikap Raffi setelah keluar dari rumah Zahra. “Apa kamu menyesal sudah menikahiku?” tanyanya dengan suara bergetar.

Raffi menoleh, menatap wajah sendu Sarah. Dia menghela nafas dan menggeleng. “Kenapa kamu berpikir seperti itu?” tanyanya sambil mengusap pipi Sarah dengan lembut.

“Kamu sepertinya menyesal, kamu cuekin aku.” Sarah langsung merangkul lengan Raffi, menyandarkan kepalanya di bahunya.

“Raf, kamu cinta sama aku kan?” tanyanya, dia masih ragu kalau Raffi benar-benar mencintainya.

“Hmm, jangan mikir yang macam-macam, ingat kamu lagi hamil.” Raffi mengecup puncak kepala Sarah dengan lembut.

***

“Raf, apa keluargamu mau menerimaku?” tanya Sarah dengan suara lembut.

Raffi tersenyum kecil, meski hatinya penuh keraguan. “Tenang saja, mereka pasti akan menerimamu dengan baik.”

Raffi sangat mengenal ibunya, ibunya selalu memandang segalanya dari segi materi, karena itu juga ibunya tidak merestui hubungannya dengan Zahra, karena Zahra hanyalah orang miskin.

Sarah tersenyum lega mendengar jawaban Raffi. “Kamu tau kan kalau aku cinta sama kamu?”

Sarah mengecup pipi Raffi, lalu kembali berkata, “Jangan pernah tinggalin aku,” tambahnya, bersandar di bahu Raffi.

“Gak akan.” Raffi menjawab singkat, meski pikirannya terus dipenuhi dengan suara tangis Zahra yang menyayat hatinya.

Maafin aku, Ra. Aku tetap berharap kamu akan bisa maafin aku dan kita bisa kembali seperti dulu lagi.

Sesampainya di rumah Raffi, Sarah terlihat heran. Rumah itu memang lebih besar dari rumah Zahra, tapi jelas tak sebanding dengan rumah mewah Sarah yang ada di Jakarta.

Raffi keluar dari mobil lebih dulu, setelah itu dia membukakan pintu mobil untuk Sarah, mengulurkan tangan kanannya yang langsung disambut oleh Sarah, lalu melangkah keluar dari mobil.

“Ini rumah kamu, Raf?” tanya Sarah, menyiratkan kekecewaan.

Rumah Sarah berada di kawasan perumahan elite dengan tinggi tiga lantai. Halaman sangat luas dengan taman di depannya.

Jarak rumah dari pintu gerbang cukup jauh, butuh waktu lima menit untuk sampai dengan mengendarai mobil.

Raffi tersenyum samar. “Kenapa? apa kamu berubah pikiran dan mau nyari hotel buat kita menginap malam ini?”

Raffi sebenarnya belum siap untuk memberitahu keluarganya tentang pernikahan keduanya, tapi Sarah terus mendesaknya, membuatnya tak punya pilihan lain selain menuruti permintaan sang istri.

Sarah menggeleng, lalu merangkul lengan Raffi. “Yuk, kita temui keluarga kamu,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya.

Raffi mengangguk, lalu mulai melangkahkan kaki menuju teras rumah kedua orang tuanya.

Raffi mengetuk pintu sambil mengucap salam. “Assalamu’alaikum, Bu,” sapanya.

Namun sampai beberapa detik berlalu, tak ada sahutan dari dalam, Raffi memutuskan untuk membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.

Raffi mengajak Sarah masuk ke dalam rumah.

Sarah menatap sekeliling ruang tamu, hanya ada satu set sofa, sepertinya masih baru. Di dinding juga terpasang foto keluarga. Dia sudah diberitahu Raffi kalau Raffi anak tunggal, tapi tidak dengan dirinya, dia punya seorang kakak tiri yang tak pernah menyukainya.

“Kamu duduk dulu, aku mau nyari Ibu ke dalam.” Raffi melepaskan rangkulan tangan Sarah, lalu meninggalkan Sarah di ruang tamu.

Raffi terus berjalan menuju dapur, mungkin ibunya berada di dapur, tebakannya ternyata benar, ibunya sedang memotong-motong sayur di meja dapur.

“Assalamu’alaikum, Bu,” sapanya, membuat Sinta terkejut.

“Wa’alaikumsalam. Raffi!” seru Sinta terkejut saat melihat anak semata wayangnya pulang dari perantauan.

“Raf, akhirnya kamu pulang,” tambahnya lagi, kedua mata sudah berkaca-kaca, tak bisa menyembunyikan rasa haru.

Raffi mencium punggung tangan ibunya, lalu memeluknya. “Maaf, Bu. Raffi baru sempat pulang,” ucapnya pelan, lalu melepaskan pelukannya..

“Raf, kamu sehat-sehat kan disana? Ibu kangen banget sama kamu,” ucap Sinta sambil menatap wajah putranya penuh kasih sayang.

Raffi mengulum senyum, lalu mengangguk. “Ibu gimana kabarnya?”

“Ibu baik. Kamu ….” Sinta menghentikan ucapannya saat baru menyadari kalau penampilan putranya berbeda dari biasanya.

“Raf, kenapa penampilan kamu berbeda? Pakaian ini pasti harganya sangat mahal?” Sinta menyentuh jas yang dipakai Raffi, ini pertama kalinya dia menyentuh pakaian semahal itu.

“Raffi bisa jelasin semuanya, sekarang ada orang yang ingin bertemu sama Ibu.” Raffi mencoba mengalihkan pembicaraan.

Sinta mengernyitkan dahinya, penasaran. “Siapa, Raf? Apa kamu kesini sama istri kamu?” tanyanya dengan nada dingin, mengingat ketidaksukaannya terhadap Zahra.

Raffi mengangguk, karena dia memang datang bersama dengan istrinya, tapi bukan Zahra.

“Raf, sudah Ibu bilang. Jangan pernah bawa wanita itu ke rumah ini! Ibu gak suka ….”

“Bu, jangan pernah membenci Zahra, bagaimanapun Zahra itu istri aku, menanti Ibu,” potong Raffi, entah bagaimana lagi dia harus membujuk ibunya agar mau menerima Zahra sebagai istrinya.

“Gara-gara dia hidup kamu jadi susah! Kamu di PHK, harus merantau jauh dari keluarga! Wanita juga gak bisa kasih kamu anak! Kenapa sih kamu belain dia terus!” kesal Sinta dengan wajah merah padam.

“Bu, Zahra gak mandul, mungkin karena kami memang belum dikasih kepercayaan untuk memiliki anak.” Raffi menggenggam tangan ibunya.

Namun pembicaraan mereka terhenti ketika Sarah muncul di pintu dapur.

“Assalamu’alaikum,” sapa Sarah dengan senyuman di wajahnya.

Sinta menoleh dan menatap ke arah Sarah dengan wajah penuh tanda tanya. “Siapa kamu?” tanyanya tajam.

Raffi menghela nafas, lalu menatap ke arah Sarah.

Sarah tersenyum, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam dapur, lalu mencium punggung tangan ibu mertuanya.

Sinta menatap lekat wajah wanita yang terlihat sangat cantik dan elegan. Pakaian yang dipakainya pun bermerk.

“Raf, siapa dia?” tanya Sinta yang masih diselimuti rasa penasaran.

Sarah tersenyum, lalu merangkul lengan Raffi, membuat Sinta terkejut.

“Saya Sarah, Bu, istri Raffi,” ucap Sarah, yang berhasil membuat kedua mata Sinta membelalak.

Sinta menatap Raffi dengan penuh tanda tanya. “Raf, apa maksudnya ini? jelaskan sama Ibu sekarang juga.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 9.

    Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya. Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur. “Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada li

    Last Updated : 2025-05-06
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 10.

    Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami. Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam. Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.“Mau apa kamu kesini perem

    Last Updated : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

    Last Updated : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 12.

    Aku menghela nafas pelan, menatap sekeliling kamar. Sejak awal menikah, aku tak pernah masuk ke kamar ini. Sebab, setelah menikah, aku dan Mas Raffi tinggal di rumahku. Keluarga Mas Raffi tak mau menerimaku di rumah ini.Terdengar suara derit pintu yang terbuka, membuatku langsung menoleh ke arah pintu. Kulihat Mas Raffi melangkah masuk, mendekat ke arahku.Mas Raffi memelukku erat. Tapi aku hanya diam, tak berniat untuk membalas pelukan itu. Meskipun sebenarnya aku sangat merindukan pelukan ini.Pelukan yang dulu selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi tidak sekarang. Pelukan itu justru terasa begitu menyakitkan.“Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan nada lembut. Namun, aku tetap diam.“Aku sangat merindukanmu. Terima kasih masih mau bersamaku,” tambahnya lagi.Kali ini aku mendorong pelan tubuh Mas Raffi, membuat pelukannya terlepas. Kulihat wajah bingungnya, namun aku tak peduli.“Mas, kita harus bicara. Aku memang gak akan meminta cerai, tapi itu bukan b

    Last Updated : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 13.

    Aku melangkah masuk ke ruang makan. Aroma nasi goreng bercampur dengan wangi ayam goreng menyapa indra penciumanku.Di meja, sudah ada satu mangkuk besar nasi goreng, sepiring telur ceplok, dan beberapa potong ayam goreng yang terlihat menggoda.“Wah, Ibu masak enak nih,” ucapku sambil berpura-pura terkesan, mataku melirik mereka satu per satu.Sarah mendekat dengan langkah anggun, wajahnya menampilkan senyum ramah yang dibuat-buat.“Ibu sengaja memasak semua ini spesial untuk kamu loh, Ra. Ibu bilang, semua ini sebagai tanda permintaan maaf Ibu atas sikapnya ke kamu selama ini,” ucapnya dengan nada lembut.Aku langsung menatap Ibu mertuaku yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tampak tegang, seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.“Benarkah, Bu? Ibu memasak semua ini untukku?” tanyaku dengan nada setengah terkejut, meskipun dalam hati aku sudah tahu maksud mereka.Ibu mertuaku terdiam sejenak. Wajahnya yang tadi panik berubah kaku. Dia melangkah mendekat dan mencoba te

    Last Updated : 2025-05-09
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 14.

    Raffi menatap ibunya dan Sarah secara bergantian dengan wajah memerah, tanda amarah yang sulit dia sembunyikan.Sudah lebih dari lima kali dia bolak-balik ke kamar mandi sejak memakan nasi goreng buatan ibunya. Kini, dia berdiri di tengah ruang tamu, napasnya memburu, menuntut jawaban.“Bisa kasih Raffi penjelasan untuk semua ini, Bu?!” serunya lantang, suaranya bergetar oleh emosi.Di sampingnya, Zahra duduk santai di sofa, menyilangkan kakinya, dan memasang senyum penuh kemenangan. Jelas, dia sangat menikmati pemandangan yang sedang berlangsung.Raffi kembali memandang ibunya yang tampak kebingungan, dan Sarah yang semakin terlihat gelisah. Tak satu pun dari mereka berani membuka suara.Raffi lalu mengalihkan pandangannya ke Zahra, istrinya yang duduk dengan penuh percaya diri.“Ra, kamu pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang jelaskan semuanya sama aku,” pintanya dengan nada yang sedikit melunak, meskipun sorot matanya tetap tajam.Zahra mengangkat bahu santai, lalu menata

    Last Updated : 2025-05-09
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 15.

    Zahra menyandarkan tubuhnya di kursi dekat jendela kamarnya.Di luar, suara desiran angin terdengar samar, membawa aroma bunga yang mulai bermekaran di halaman. Meski suasana sekitar tampak tenang, hatinya penuh gejolak.Hari ini, dia telah menyaksikan momen yang begitu memuaskan, saat ibu mertuanya dan Sarah berlutut di hadapannya."Akhirnya, mereka tahu bagaimana rasanya direndahkan," batin Zahra, sambil mengingat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa malu dan amarah.Dari ruang tengah, samar-samar terdengar suara Sinta dan Sarah yang masih saja mengomel.Suara mereka saling tumpang tindih, menumpahkan amarah pada Raffi, yang kini tampak semakin lemah akibat bolak-balik ke kamar mandi.Wajah Raffi pucat pasi, dan tubuhnya terlihat lunglai.“Sarah, tolong antar aku ke rumah sakit,” pinta Raffi dengan suara yang nyaris tak terdengar.Awalnya, Raffi sempat meminta Zahra untuk mengantarnya. Namun Zahra, dengan senyum tipis penuh kemenangan, menolak dengan alasan bahwa Sarah lebih bisa di

    Last Updated : 2025-05-09
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 1.

    PLAAKK!!!Suara tamparan yang begitu keras menggema di ruang tamu rumahku, menyentak tubuhku hingga terasa bergetar. Pipi kiriku terasa panas, seolah terbakar. Rasa sakit itu merambat, namun yang lebih terasa adalah keterkejutanku yang begitu mendalam. Wajahku tertoleh dengan cepat, mata aku terpejam sejenak, mencoba menahan air mata. Ketika aku membuka mata, wajah pertama yang kulihat adalah wajah ibuku, yang terkejut luar biasa. Wajahnya yang penuh kekhawatiran menatapku, seolah tak percaya bahwa anak kesayangannya baru saja ditampar di hadapannya.Kepala ku terasa pening, tetapi sakit di pipi seakan menghilang seiring dengan rasa sakit yang meresap jauh ke dalam hati. Hatiku tercabik-cabik melihat air mata pertama ibuku jatuh begitu saja, meruntuhkan segala pertahanan yang selama ini ku bangun. Satu tetes air mata itu, satu isyarat bahwa ia begitu sedih dan terluka melihat aku diperlakukan seperti ini. Aku ingin sekali memeluknya, melindunginya dari kenyataan pahit ini."Ibu.

    Last Updated : 2025-04-24

Latest chapter

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 15.

    Zahra menyandarkan tubuhnya di kursi dekat jendela kamarnya.Di luar, suara desiran angin terdengar samar, membawa aroma bunga yang mulai bermekaran di halaman. Meski suasana sekitar tampak tenang, hatinya penuh gejolak.Hari ini, dia telah menyaksikan momen yang begitu memuaskan, saat ibu mertuanya dan Sarah berlutut di hadapannya."Akhirnya, mereka tahu bagaimana rasanya direndahkan," batin Zahra, sambil mengingat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa malu dan amarah.Dari ruang tengah, samar-samar terdengar suara Sinta dan Sarah yang masih saja mengomel.Suara mereka saling tumpang tindih, menumpahkan amarah pada Raffi, yang kini tampak semakin lemah akibat bolak-balik ke kamar mandi.Wajah Raffi pucat pasi, dan tubuhnya terlihat lunglai.“Sarah, tolong antar aku ke rumah sakit,” pinta Raffi dengan suara yang nyaris tak terdengar.Awalnya, Raffi sempat meminta Zahra untuk mengantarnya. Namun Zahra, dengan senyum tipis penuh kemenangan, menolak dengan alasan bahwa Sarah lebih bisa di

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 14.

    Raffi menatap ibunya dan Sarah secara bergantian dengan wajah memerah, tanda amarah yang sulit dia sembunyikan.Sudah lebih dari lima kali dia bolak-balik ke kamar mandi sejak memakan nasi goreng buatan ibunya. Kini, dia berdiri di tengah ruang tamu, napasnya memburu, menuntut jawaban.“Bisa kasih Raffi penjelasan untuk semua ini, Bu?!” serunya lantang, suaranya bergetar oleh emosi.Di sampingnya, Zahra duduk santai di sofa, menyilangkan kakinya, dan memasang senyum penuh kemenangan. Jelas, dia sangat menikmati pemandangan yang sedang berlangsung.Raffi kembali memandang ibunya yang tampak kebingungan, dan Sarah yang semakin terlihat gelisah. Tak satu pun dari mereka berani membuka suara.Raffi lalu mengalihkan pandangannya ke Zahra, istrinya yang duduk dengan penuh percaya diri.“Ra, kamu pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang jelaskan semuanya sama aku,” pintanya dengan nada yang sedikit melunak, meskipun sorot matanya tetap tajam.Zahra mengangkat bahu santai, lalu menata

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 13.

    Aku melangkah masuk ke ruang makan. Aroma nasi goreng bercampur dengan wangi ayam goreng menyapa indra penciumanku.Di meja, sudah ada satu mangkuk besar nasi goreng, sepiring telur ceplok, dan beberapa potong ayam goreng yang terlihat menggoda.“Wah, Ibu masak enak nih,” ucapku sambil berpura-pura terkesan, mataku melirik mereka satu per satu.Sarah mendekat dengan langkah anggun, wajahnya menampilkan senyum ramah yang dibuat-buat.“Ibu sengaja memasak semua ini spesial untuk kamu loh, Ra. Ibu bilang, semua ini sebagai tanda permintaan maaf Ibu atas sikapnya ke kamu selama ini,” ucapnya dengan nada lembut.Aku langsung menatap Ibu mertuaku yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tampak tegang, seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.“Benarkah, Bu? Ibu memasak semua ini untukku?” tanyaku dengan nada setengah terkejut, meskipun dalam hati aku sudah tahu maksud mereka.Ibu mertuaku terdiam sejenak. Wajahnya yang tadi panik berubah kaku. Dia melangkah mendekat dan mencoba te

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 12.

    Aku menghela nafas pelan, menatap sekeliling kamar. Sejak awal menikah, aku tak pernah masuk ke kamar ini. Sebab, setelah menikah, aku dan Mas Raffi tinggal di rumahku. Keluarga Mas Raffi tak mau menerimaku di rumah ini.Terdengar suara derit pintu yang terbuka, membuatku langsung menoleh ke arah pintu. Kulihat Mas Raffi melangkah masuk, mendekat ke arahku.Mas Raffi memelukku erat. Tapi aku hanya diam, tak berniat untuk membalas pelukan itu. Meskipun sebenarnya aku sangat merindukan pelukan ini.Pelukan yang dulu selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi tidak sekarang. Pelukan itu justru terasa begitu menyakitkan.“Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan nada lembut. Namun, aku tetap diam.“Aku sangat merindukanmu. Terima kasih masih mau bersamaku,” tambahnya lagi.Kali ini aku mendorong pelan tubuh Mas Raffi, membuat pelukannya terlepas. Kulihat wajah bingungnya, namun aku tak peduli.“Mas, kita harus bicara. Aku memang gak akan meminta cerai, tapi itu bukan b

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 10.

    Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami. Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam. Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.“Mau apa kamu kesini perem

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 9.

    Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya. Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur. “Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada li

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 8.

    Raffi menatap rumah sederhana tempat dia keluar tadi. Rumah yang telah menjadi saksi kehidupannya bersama dengan Zahra selama satu tahun terakhir, setelah mereka menikah.Raffi meremas dadanya yang terasa nyeri saat mendengar isak tangis Zahra, wanita yang sangat dicintainya dengan segenap jiwanya, bahkan karena Zahra dia sampai berani melawan kedua orang tuanya.Suara itu bagai belati tajam yang mengiris hatinya.“Maafkan aku, Ra. Percayalah, aku melakukan semua ini semata-mata demi masa depan kita. Suatu hari nanti, aku yakin kamu akan mengerti alasan aku sampai mengambil langkah ini,” bisiknya pelan, meski dia tau Zahra tak akan bisa mendengarnya.“Raf, ngapain sih kamu masih berdiri disana! Aku sudah bosan menunggu! Ayo cepat kita pergi dari sini!” Suara Sarah terdengar memanggil dari dalam mobil.Raffi menoleh ke belakang, menatap istri keduanya yang menunggunya dengan ekspresi tidak sabar. Dia tau apa yang dilakukannya salah, tapi dia terperangkap dalam dilema.“Iya, aku kesana,

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 7.

    Hari-hari berlalu, Mas Raffi juga tak datang menemuiku, mungkin dia masih belum percaya dengan keputusan yang sudah aku ambil, kalau ternyata istri yang dulu sangat mencintainya, memilih untuk menyerah daripada harus berbagi dengan wanita lain.“Aku memang orang miskin, Mas, tapi aku gak gila harta seperti kamu.”Tapi kenapa, meskipun aku sudah memberi tahu ibu tentang kondisi rumah tanggaku, rasanya tetap ada ruang kosong yang tak terisi.Perasaan campur aduk antara kesedihan, kebingungan, dan rasa sakit masih menggelayuti hati ini.Aku tahu, hidup harus terus berjalan. Namun, setiap kali aku melihat ibu, aku merasa semakin tertekan untuk menjadi lebih kuat, untuk tidak membiarkan dia tahu betapa hancurnya hatiku.Walau ia mencoba tetap tegar, aku bisa melihat kepedihannya setiap kali ia duduk di kursi roda, seakan ingin berlari untuk meraih kebahagiaan anaknya.Aku ingin membuat ibu bangga, ingin membuktikan bahwa aku bisa menghadapinya meski tanpa Mas Raffi di sisiku.Di tengah keb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status