Karena Salma dan Salwa sudah tahu tentang pekerjaanku sebagai penulis novel online, mereka membantuku untuk lebih banyak menjaga adik-adiknya. Padahal aku sudah menolak. Tapi, si kembar tetap kekeh memaksa. Mereka bilang agar aku punya lebih banyak waktu mengetik novel saat Mas Ardi pergi atau hanya sedang bersama anak-anak. Pekerjaan ini sama sekali tidak terdeteksi oleh suamiku. Sehingga aku bisa melakukannya dengan nyaman tanpa perlu takut ketahuan.Hari ini aku akan bertemu lagi dengan Desi di toko untuk membuka hp rahasia milik Mas Ardi. Aku ingin tahu kegunaan hp itu. Karena Mas Ardi tetap bertukar pesan dengan Sarah menggunakan hp yang sehari-hari ia pakai. Agar Mas Ardi tidak curiga, saat sarapan aku tetap ijin untuk pergi. Membawa ketiga anak kami yang masih kecil bersamaku setelah pulang sekolah.“Memangnya mau kemana?” Tanya Mas Ardi memastikan."Pergi ke rumahnya Ratna. Hari ini dia ada acara empat bulanan. Aku akan datang bersama Maya." Jawabku berbohong. Mana ada acara
Selama bekerja di rumah ini, Bu May termasuk orang yang cekatan dan rapi. Dalam waktu tiga jam dia bisa menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Kecuali memasak untuk sarapan keluarga kami. Selain itu, aku juga membantunya untuk memasak. Tidak sepenuhnya menyerahkan semua pekerjaan rumah pada asisten rumah tangga. Aku tidak mau menyerahkan tugas ini pada orang lain karena belum tentu masakannya akan cocok di lidah anak-anakku. Setelah pekerjaan rumah selesai, Bu May menyusulku ke dapur. Membantu sesuai dengan arahanku.“Pak Ardi itu sering pulang ke rumah waktu kerja ya Bu?” Tanya Bu May yang untuk ke sekian kalinya menanyakan tentang Mas Ardi. Aku heran padanya yang tidak bisa berakting senatural mungkin. Justru terlihat sekali jika Bu May sangat penasaran dengan Mas Ardi.“Iya Bu. Karena pekerjaannya kadang di lapangan jadi Mas Ardi memilih untuk pulang. Setiap siang dia akan pulang untuk istirahat dan bermain game.”“Pasti melelahkan sekali ya Bu. Untung saja Pak Ardi punya istri sepe
Mas Ardi tengah sibuk bermain game di dalam kamar. Sedangkan aku sibuk memasak di dapur. Karena sudah ada Bu May yang bekerja sebagai asisten rumah tangga, maka pekerjaanku jadi lebih mudah. Wajahnya terlihat lelah sekali saat harus menyapu rumah dengan dua lantai ini."Minum dulu Bu. Kalau capek bisa istirahat." Ucapku begitu ia masuk ke dalam dapur untuk menyapu."Iya sebentar lagi Bu. Masih nanggung." Jawabnya tetap melakukan pekerjaan.Mas Ardi juga masuk ke dapur untuk mengambil minum. Wajahnya tampak memberengut kesal. Pandangannya marah saat menatapku. Aku mengabaikannya karena tidak ingin makan hati. Aku juga tidak mempedulikam tatapan Bu May yang mengawasi kami."Bisa nggak sih kamu suruh Raka dan Andi untuk diam. Mereka terlalu berisik sampai aku kalah main game." Kata Mas Ardi memuntahkan lahar amarahnya tanpa tahu tempat. Ia tidak segan-segan menghardikku di depan orang lain.Walaupun ini bukan yang pertama kalinya. Tetap saja terasa menyakitkan. Hatiku tidak sekuat itu un
“Ayo kita pergi sekarang Bu.” Bisik Raka menarik tanganku keluar. Aku menganggukan kepala lalu berjalan mengikuti anak-anak keluar. Entah apa yang sedang di pikirkan anak-anakku saat ini. Aku sama sekali tidak bisa menebak raut wajah Raka dan Andi yang jelas sudah mengerti dengan perkataan yang mereka dengar. Satu hal yang pasti, tidak nampai amarah di wajah mereka.Kami menunggu di teras hingga taksi online yang sudah aku pesan datang. Anak-anak naik lebih dulu. Aku duduk sambil memangku Tika. Kafe anak yang kami tuju lokasinya cukup jauh. Sengaja kami memilih lokasi disana agar Mas Ardi tidak mengunjungi kami jika sewaktu-waktu membutuhkanku. Tidak masalah jika dia nanti marah. Toh sudah ada Bu May yang ada di rumah.Begitu sampai ke kafe anak, sudah ada Wulan yang duduk di dalam. Alana dan Syifa sudah bermain di salah satu wahana. Andi segera menyusul mereka. Raka menggandeng tangan Tika untuk menyusul. Anak-anak sudah sangat tenang karena bisa bermain bersama teman sebaya. Wulan m
“Assalamualaikum.” Sapaku sengaja mengeraskan suara. Membuat mereka terbelalak kaget melihat kedatanganku. Mas Ardi menatap dengan wajah kaget dan mulut terbuka. Seolah sedang ketahuan jika dia tengah melakukan sesuatu. Bu May langsung menundukan kepalanya. Hanya Raya yang sudah mengendalikan ekpresi seolah tidak terjadi sesuatu.“Wa, waalaikumsalam mbak.” Justru Raya yang menjawab dengan tenang. Setelah ekpresi terkejut di wajahnya sudah mereda.Berbeda dengan Mas Ardi dan Bu May yang masih tampak was-was. Mas Ardi bahkan tidak berani menatap wajahku. Dia pasti bisa menebak apa yang aku pikirkan melihat keadaan ini. Seandainya aku tidak tahu tentang perselingkuhannya dengan Sarah maka aku akan bergabung untuk menginterigasi mereka saat ini juga. Nyatanya setelah aku tahu jika Mas Ardi adalah tukang selingkuh, tidak ada rasa cemburu melihat keakrabannya dengan Raya dan Bu May di meja makan ini. Aku bisa mengabaikan keberadaan mereka. Kakiku melangkah menuju kulkas yang ada di samping
"Karena aku tidak ingin kehilangan harta warisan dari orang tuaku. Mereka sangat membenci yang namanya perceraian." Jawab Mas Ardi yang membuat Raya dan Bu May mengerutkan kening mereka bingung. Tidak paham dengan maksud perkataan Mas Ardi barusan.Namun, berbeda denganku yang langsung paham jawaban ambigu suamiku. Ini semua berkaitan dengan orang tua dan kakak laki-lakinya. Rahasia yang hanya di ketahui oleh keluarga ini. Dan mungkin juga di ketahui oleh Sarah. Karena Mas Ardi sudah menyusun rencana dengannya untuk menyingkirkanku. Dan juga rencana untuk membawa Sarah masuk ke dalam keluarganya."Maksudnya Pak?" Tanya Raya heran."Akan aku ceritakan semuanya saat kita jadi lebih dekat." Ujar Mas Ardi masih merahasiakan hal ini dari Raya.Aku jadi teringat dengan masa lalu. Saat kakak laki-laki Mas Ardi yang juga merupakan putra pertama keluarga ini selingkuh dengan pegawai pabrik. Mas Dani, nama kakak iparku yang sudah tega menyelingkuhi istrinya yang bernama Mbak Nita. Saat itu Mbak
“Uhuk, uhuk, uhuk.” Aku menekan dada karena tersedak saat sedang minum. Kuhela nafas berulang kali agar lebih tenang. Tapi, tetap saja aku masih tidak percaya dengan apa saja yang baru saja kulihat.Mataku terlelalak kaget. Entah seperti apa ekspresi wajahku sekarang melihat layar hp dimana penghasilanku terpampang. Di aplikasi xxx aku mendapat penghasilan sepuluh juta sejak penghasilan sebelumnya di transfer minggu lalu. Gajiku termasuk bersih karena sudah di potong oleh admin untuk bagi hasil dengan aplikasi. Tanganku sampai gemetar saking tidak percayanya. Sepertinya kemarin penghasilanku di aplikasi ini belum genap lima juta. Itu berati aku dapat penghasilan lima juta dalam sehari. Benar-benar tidak bisa di percaya.“Ibu, Ayah sudah pulang tuh.” Kata Salma begitu membuka pintu. Putri sulungku masih berdiri di ambang pintu.“Iya sayang. Kalian ke meja makan dulu saja. Nanti Ibu menyusul.”Salma menganggukan kepala lalu keluar sambil menutup pintu. Sudah tiga hari ini Mas Ardi selal
Setelah Raya dan Bu May pulang, Mas Ardi langsung masuk ke dalam kamar kami. Pasti dia akan sibuk bermain game. Seperti yang biasa ia lakukan. Sementara aku masih menemani anak-anak di lantai dua. Berkumpul bersama anak-anak untuk mengobrol dan menonton TV."Kira-kira berapa uang yang di kirim Ayah untuk Tante Raya ya Bu?" Tanya Salwa penasaran. Tanpa ada rasa cemburu yang terkandung dalam suaranya."Ibu juga nggak tahu. Mungkin saja Ayah mengirim uang yang banyak. Seperti yang selalu ia lakukan pada Sarah." Jawabku apa adanya. Walaupun itu hanya tebakan semata. Dari hp rahasia yang berhasil di bobol Wulan, aku jadi tahu berapa saja jumlah uang yang di kirimkan Mas Ardi untuk Raya. Minimal sepuluh juta. Kadang juga sampai lima puluh juta. Jumlahnya berkali-kali lipat dari uang yang di berikan oleh Mas Ardi padaku selama ini. Membuatku jadi bertanya-tanya, apakah gaji Mas Ardi memang sebesar itu? Apakah dia menyembunyikan penghasilannya dariku selama ini?Jika Raya mendapat kiriman y