Share

Hidup Yang Nelangsa

Setelah Mas Lukman pergi, aku bergegas menuju kamar mandi. Aku harus sudah pergi sebelum kantor ini dipenuhi para karyawan. Tidak enak juga rasanya jika aku berada di sini, takut jadi fitnah bagi Mas Lukman.

Namun, belum selesai aku mengganti pakaian setelah mandi, pintu kamarku sudah diketok seseorang.

Eh, apakah itu Mas Lukman? Tapi, kenapa dia tidak mengucapkan salam.

Karena pintu terus diketok dan makin hari makin keras, aku bergegas menggunakan baju dan mengambil jilbab langsung yang memang kuletakkan di tempat yang mudah kuraih.

“Sebentar,” ucapku sambil tergopoh-gopoh membuka pintu.

Namun, saat sekat itu terbuka, aku terkejut bukan main. Di hadapanku ada seorang ibu paruh baya yang rambutnya sudah tampak memutih.

Dia memandangku dengan teliti dari atas sampai ke bawah.

“Kamu yang bernama Wulan?” tanyanya dengan nada yang menurutku tidak terlalu bersahabat. Sebab, tidak ada senyum yang tersungging di wajahnya.

Aku mengangguk sambil mencoba tersenyum. Dengan sedikit gugup, aku b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status