Share

labrak, jambak!

“Di mana, mana hatiku senang.”

“Jangan bercanda deh, kamu!” Inggit membentak.

“Iya udah aktifin kamera kalau kamu tidak percaya.”

Inggit mengernyit. Seketika pikirannya curiga karena Agam orangnya sering nyeleneh. “Tapi jangan nunjukin yang macem-macem ya! Nanti kamu kayak oknum yang gak bertanggungjawab itu? Tiba-tiba VC, langsung nunjukin kemaluan.”

Agam tertawa lepas. “Iya enggak lah, emang aku lelaki apaan. Aku jomblo gini masih punya harga diri kali. Tapi kalau kamu mau liat ya gak apa?” guraunya.

“Iihh, kamu ....”

“Mau liat enggak?”

“Liat apa?”

“Gimana sih kamu! Hah, dari dulu kamu itu memang rada bego.” Agam mengaktifkan kamera untuk beralih panggilan video.

Terlihat di layar ponsel Inggit, lelaki yang ia sayang menggandeng wanita lain. Sangat wajar apabila Inggit kesulitan melihat sisi terang atau sisi positif dalam kepelikan atau persoalan yang sedang ia hadapi. Apalagi jika permasalahan yang ia hadapi tersebut sampai membuat hatinya ‘hancur’ berkeping-keping, menjadi partikel-partikel yang tertiup angin.

Mata Inggit membulat sempurna, menatap lekat-lekat layar ponselnya, terlihat jelas suaminya dan wanita yang pernah tertangkap basah olehnya di penginapan itu.

Inggi menekan tombol merah di layar ponselnya, tak kuat bila harus melihat keromantisan suaminya. Secepat kilat Inggit lekas berganti pakaian, ia ingin terlihat cantik kali ini. Gaun warna cream belahan di bagian pahanya dan juga bagian terbuka di bagian punggung jadi daya tarik bagi kaum adam. Ia telah lama tak berpenampilan seperti ini.

Menjadi ratu sejagat semalam.

Inggit pergi dengan taksi online. Ia hanya ingin mencari bukti untuk menyelesaikan masalah yang Arya cipta. Ia enggan harus menyimpan masalah ini berlarut, akan tak baik untuk kesehatan fisik dan mentalnya kelak.

“Inggit.”

Arya menoleh ke arah sumber suara, ia menangkap seorang yang melambaikan tangan.

Segera Agam menghampiri Inggit yang baru saja turun dari taksi. Menggamit tangan Inggit memasuki acara pameran lukisan yang sudah di mulai.

“Dah liat, suami tersayang kamu menggandeng wanita lain di acara ini ... acara pameran lukisan yang dihadiri para pengusaha sukses. Coba buat apa dia beli lukisan? Padahal kamu aja sekarang aku lihat tidak terurus sepertinya.” Agam tak henti-henti nyerocos membuat hati Inggit yang mendengar cerita tersebut semakin panas.

“Agam, itu dia suamiku.” Tunjuk Inggit ke arah suaminya yang sedang menggandeng selingkuhannya.

Agam tersenyum remeh. “Suami? Masih pantas lelaki itu kamu sebut suami.”

“Aku mau labrak mereka!” Inggit sudah bersiap, bahkan sebelah tangannya sudah menarik gaun ke atas agar melangkah leluasa.

“Jangan barbar gitu dong,” Agam mencegah Inggit, meyakinkan kembali keputusannya.

“Peduli setan!” tegas Inggit melangkahkan kakinya.

Agam terdiam terpaku, hanya menonton aksi brutal yang akan Inggit perankan. Ia hanya berharap wanita yang sedang terbakar api cemburu itu tidak menjadi pusat acara, bahkan mengacaukan acara ini.

“Mas Ar--.“

Mulut Inggit seketika dibekap seseorang dibawa ke sebuah ruangan gelap dan sempit.

Sontak Inggit terkejut ketika tangan seorang pria membekap mulutnya. Matanya membelalak kaget kala menyadari pria tersebut adalah Agam.

Agam tersebut melepaskan bekapan tangannya dan membiarkan Inggit yang sedari tadi menahan ucapannya.

“Apa maksudnya ini.”

Agam hanya tersenyum miring.

Inggit yang kesal langsung menghadiahkan injakan terhadap kaki pria tersebut, akan tetapi korban tersebut menarik pinggang Inggit dan merapatkan tubuhnya hingga mereka saling bersentuhan.

Mata Inggit membeliak tajam saat pria tersebut tanpa basa-basi mendaratkan bibirnya di bibir Inggit. Bersamaan dengan itu ada wanita yang lewat di ruang sempit tempat mereka.

“Sorry,” ucap wanita tersebut. Kemudian buru-buru pergi lagi kala memergoki ada pasangan yang tak kuat menahan nafsunya.

“Lepaskan!” Inggit sontak memberontak tak terima. Lalu mendorong dada pria itu menjauh darinya. Jantung yang berdegup kencang setelah ada pria lain yang bukan suaminya menyentuh bibirnya.

“Maaf, aku hanya ingin menyelamatkan kamu.” Agam menjelaskan dengan santai. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding.

“Menyelamatkan? Apa?” kecam Inggit menunjuk wajah pria tersebut dengan amarah dan kesal.

Seringai miring hanya balasan.

“Jangan kurang ajar!”

“Kurang ajar bagaimana? Jadi kamu harus menikah denganku baru aku boleh menciummu biar aku tidak dibilang lelaki kurang ajar?”

“Kamu!” rahang Nayla mulai mengeras beberapa saat. “Bukan waktunya bercanda sekarang.”

Agam tersebut malah mendekat dan berujar. “Kamu tahu Mas Aryamu telah lama main belakang, hanya saja kamu bego masuk dalam permainannya, kamu tidak lebih hanya boneka selama ini, aku tahu banyak tentang Mas Aryamu, bersikap santai, dan balas dengan kecerdasan,” jelas Agam ceriwis menatap Inggit penuh arti.

Kemudian memilih pergi dari ruang gelap dan sesak itu. Meninggalkan Inggit dengan semua tanda tanya.

Terpaksa Inggit membuntuti pria itu, ketika para pengunjung sedang menikmati acara tersebut.

Namun Inggit berubah pikiran ia tak ingin mendengar penjelasan lebih tentang suaminya, kenapa masalah hidupnya kini lebih rumit. Ia pikir bahwa dirinya telah mendapat kebahagiaan ternyata sebaliknya.

“Sudahlah, aku mau pulang saja!” Inggit mengerucutkan bibir.

“Selangkah lagi,” jelas Agam mencoba menahan Inggit. “Bagaimana kalau kamu rekam, atau foto untuk kamu tunjukkan kepada Arya, sebagai tanda bukti!”

Inggit bag mikir, beberapa detik kemudian mencari sesuatu yang dikira pas untuk menutup wajahnya, ia melihat syal hitam yang dikenakan Agam.

“Boleh Aku pinjam? Ayo kita masuk.”

“Nih pakai juga,” Agam memasangkan kaca mata hitam untuk menutupi penyamaran. Mereka yakin bahwa Arya si lelaki hidung belalang, belakang, ehk... Belang itu tidak akan menyadari penyamaran mereka.

“Thanks you, Agam,” ucap Inggit berbinar.

“Tidak usah berterima kasih, semua yang aku lakukan ada maunya.” Agam menatap genit Inggit.

“Apa?”

“Cium!” canda Agam terkekeh.

Sebelum melangkah masuk Agam dihadiahi cubitan kecil dari Inggit.

Detak jantung Inggit yang berdebar saat mulai masuk ke dalam, melihat pangerannya ternyata buaya. Ia melihat jelas dengan mata kepalanya ada seorang wanita yang tidak lebih cantik darinya bergelayut manja di sisi suaminya.

“Aku labrak! Aku jambak juga, nih!” Inggit naik pitam. Napasnya tersengal. Ia tak dapat lagi mengatur akal sehatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status