Lantai paling atas Grup Suteja memiliki ketinggian lebih dari lima puluh lantai.Steward berdiri di tepi atap. Wajahnya terkadang bingung, terkadang marah, dan tangannya juga terkepal erat."Mengapa? Mengapa kalian semua mau memaksaku?""Kapan aku pernah mengecewakan kalian? Aku sudah mengabdikan seluruh hidupku untuk perusahaan, apa semua ini masih belum cukup?"Raungan marah dan kesal itu keluar dari mulut Steward.Karena terlalu emosi, dia kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh.Para karyawan perusahaan yang berada di belakangnya langsung bergegas maju ke depan.Semuanya berteriak ketakutan. Jantung mereka berdebar kencang."Pak Steward, kamu turun dulu. Sekalipun ada masalah, kita masih bisa menyelesaikannya!""Steward, apa yang sedang kamu lakukan? Kita semua sudah bekerja sama untuk perusahaan selama bertahun-tahun. Apa pun yang terjadi, kami pasti akan memikul tanggung jawab bersamamu!""Di mana CEO? Mengapa CEO belum muncul? Kalau Pak Steward benar-benar melompat, konsekue
Setelah membeli dua porsi sarapan di lantai bawah gedung perusahaan, Nathan pun berencana naik ke atas.Tepat di saat ini, sebuah mobil Santana berhenti di pinggir jalan. Kemudian, terlihat Steward keluar sambil menenteng tas kerja.Ada tanda-tanda kelelahan yang ditemukan di wajah Steward. Kondisinya juga terlihat tidak begitu baik!Nathan menunggunya mendekat dan berkata sambil tersenyum, "Pak Steward merupakan salah satu pimpinan Grup Suteja, mengapa kamu masih mengendarai mobil Santana? Bukankah kamu terlalu merendah?"Melihat yang menyapanya adalah Nathan, Steward pun memaksakan senyum dan berkata, "Ternyata Pak Nathan. Selamat pagi!""Aku nggak punya tuntutan tinggi untuk mobil. Yang penting aku bisa duduk di dalamnya dan nyaman, itu sudah cukup!""Pak Steward sepertinya nggak cukup istirahat tadi malam. Apa ada masalah?" tanya Nathan dengan santai."Aku memang nggak cukup istirahat tadi malam karena pekerjaan terlalu rumit," kata Steward.Nathan mengangguk. "Meski pekerjaan pent
Alice tiba-tiba mendengus dingin. "Nathan, sebaiknya lupakan saja kalau kamu ingin aku berterima kasih padamu!""Kamu membantu semua orang mendapatkan uang kembali bukan karena murni berniat baik, 'kan? Tapi agar aku punya pandangan berbeda terhadapmu, 'kan?"Nathan tersenyum dan hanya menjawab dengan singkat, "Otakmu bermasalah!""Seberapa keras pun kamu berpikir dan berusaha, kemampuan kecilmu itu tetap nggak pantas disebut di hadapanku dan juga Emilia," kata Alice dengan nada menghina."Aku sudah bisa menebaknya. Jasper mau bekerja sama dengan patuh dan mengembalikan uang itu pasti karena kamu menggunakan Grup Suteja sebagai tameng, 'kan?"Nathan bahkan tidak perlu repot-repot menghiraukan Alice. Dia menyuruh Tiara masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu!Emilia tersenyum dan berkata, "Kak Alice, entah itu karena Nathan atau bukan, kita akan mendapatkan kembali dua triliun itu.""Momen ini patut untuk kita rayakan!"Wajah Alice berubah muram. Dia tampak tidak terlalu senang
Nathan tersenyum dan berkata, "Jangan takut. Kepalamu terlalu keras, tanganku sampai sakit. Aku nggak akan memukulmu lagi.""Sampaikan pada Hasan untuk mengembalikan semua utang pada para kreditor itu.""Mereka menggunakan uang hasil jerih payah mereka untuk berbisnis pada Sirion, jadi mereka pantas mendapatkan uang itu kembali.""Aku mengerti," ucap Jasper dengan enggan.Nathan juga tidak khawatir Jasper hanya menyetujuinya secara verbal, tetapi tidak melakukannya. Jadi, dia dan Tiara langsung meninggalkan Perguruan Bela Diri Jenawi.Di luar perguruan bela diri, para penagih utang masih berkeliaran, menangis dan berteriak. Semuanya sangat kesal dengan sikap Perguruan Bela Diri Jenawi.Beberapa di antaranya bahkan mengalami memar di sekujur tubuh karena dipukul dengan kejam sebelumnya.Nathan berkata dengan suara lantang, "Semuanya, dengar aku dulu. Perguruan Bela Diri Jenawi sudah berjanji akan mengembalikan uang. Kalian boleh pergi tagih sekarang!"Kata-kata ini seketika membuat para
"Alice punya harga diri yang tinggi. Beraninya kamu menindasnya? Sepertinya kamu ingin mati."Nathan yang tengah menunggu Tiara juga tidak ada kerjaan, jadi dia pun mulai mengkritik Jasper.Yang dikritik malah tertawa dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau wanita ini nggak tahu diri dan masih berani membuat masalah, aku bukan hanya sekadar menyentuhnya lagi, tapi aku juga akan menidurinya!"Nathan kembali melayangkan sebuah tamparan, tetapi pukulannya tidak begitu kuat dan hanya membuat Jasper mundur dua langkah.Jasper yang ditampar sekali lagi bertambah marah dan mulai berteriak, "Nathan, kamu masih memukulku? Aku peringatkan kamu, jangan keterlaluan!"Kalau itu orang lain, dia pasti sudah mengambil pisau dan membunuhnya.Kapan tuan muda Perguruan Bela Diri Jenawi pernah menerima ketidakadilan seperti ini?Nathan tidak menatapnya, lalu berkata dengan nada datar, "Bicara bagus-bagus padaku. Jangan macam-macam. Jujur saja, aku merasa kamu lumayan bagus.""Setidaknya, kamu bukan orang
"Tolong bawa aku menemui pasien. Aku harus menyelesaikan pengobatan secepatnya karena aku masih punya urusan yang harus ditangani," kata Tiara dengan nada datar.Jasper memasang ekspresi muram, tetapi dia tidak berani menunjukkan emosi sedikit pun. Dia hanya berkata dengan suara pelan, "Bu Tiara, silakan ikuti aku."Tiara buru-buru memperkenalkan, "Ini wakil kepala rumah sakit kami, Nathan Anggoro.""Pak Nathan," sapa Jasper dengan cepat.Dia diam-diam bergumam dalam hati, 'Sialan! Bocah ini punya begitu banyak identitas!'Nathan tersenyum dan berkata, "Tiara, pergilah obati pasien. Ada yang ingin kutanyakan pada Tuan Jasper.""Ok. Kalau begitu, tunggu aku," ucap Tiara.Mengikuti orang-orang dari Perguruan Bela Diri Jenawi, mereka pun berjalan ke aula dalam.Nathan melirik sekilas para murid perguruan bela diri, Hasan, dan yang lainnya, kemudian berkata dengan acuh tak acuh, "Yang nggak berkepentingan, keluarlah!"Para murid tidak berani memperlihatkan emosi sedikit pun. Semuanya berge