Melihat Hasan berjalan memasuki toko dengan wajah seram.Ben makin percaya diri. Dia buru-buru bangkit dan berseru pada Nathan, "Apa kamu punya nyali untuk memukulku lagi? Dasar bajingan kecil, bukankah kamu jago berkelahi?""Biar aku ajari kamu. Kalau mau sukses di luar, setidaknya kamu harus punya kekuatan dan latar belakang!"Nathan mengangkat alisnya dan berkata, "Kamu yakin mau aku menamparmu lagi?"Ben menepuk wajahnya yang sudah bengkak parah itu sambil berteriak, "Persetan! Kalau kamu punya nyali, teruslah memukulku. Apa kamu berani? Kurasa kamu sudah mengompol sekarang, 'kan?"Para master dari Perguruan Bela Diri Jenawi telah tiba. Dia tidak percaya bahwa bajingan kecil ini masih berani bertindak liar.Dalam benak Ben, sudah muncul adegan di mana bajingan kecil ini akan berlutut di hadapannya dan memohon dengan histeris.Tepat di saat Ben asyik membayangkan semua itu, tamparan keras dari Nathan kembali mendarat di wajahnya.Kali ini, Nathan mengerahkan tenaga dua kali lipat. B
Setelah menutup telepon, Ben menyeringai pada Nathan dan berkata, "Nak, kematianmu sudah dekat.""Kakak sepupuku sudah mengutus orang untuk membantuku. Kalau aku nggak mematahkan kakimu dan meniduri istrimu, aku akan ikut nama keluargamu."Seakan merasa dirinya sangat keren, Ben menarik bangku dan duduk, kemudian menyalakan sebatang rokok dan mulai menghisapnya.Wanita berdandan tebal yang penampilannya telah dibongkar oleh Regina langsung berlari ke arah Ben sambil berteriak, "Kak Ben, kamu harus urus wanita ini untukku. Aku menghabiskan ratusan juta untuk tubuh ini dan semuanya dihancurkan oleh wanita jalang itu.""Aku nggak peduli. Kamu harus bantu aku menghabisinya!"Ben sedang merokok untuk meredakan kekesalan di hatinya. Namun, saat melihat penampilan Fani, dia langsung terkejut dan refleks berteriak. Puntung rokok di tangannya terjatuh. Dia juga menampar wanita itu."Kamu manusia atau hantu? Pergi sana. Dari mana asalmu, wanita jelek? Bagaimana mungkin ada orang sejelek dirimu d
Para tamu dan bos di dapur langsung tercengang.Semua orang menatap Nathan dan Regina dengan bingung."Bu, kakak-kakak ini hebat sekali!""Astaga. Dia berhasil menjatuhkan Ben hanya dengan satu tamparan. Lengan pria tampan ini benar-benar kuat!""Kita sungguh nggak boleh menilai orang dari penampilannya. Pria tampan dengan lengan dan kaki ramping itu ternyata master tersembunyi!"Regina menginjak wajah wanita dandanan tebal itu dengan sepatu hak tingginya, lalu tersenyum merendahkan. "Bukankah kamu barusan memanggilku jalang?""Sekarang coba bilang sekali lagi?"Mulut dan hidung wanita dandanan tebal itu diinjak oleh Regina. Dia tergeletak di tanah sambil meratap dengan sedih, "Kak Ben, tolong aku!""Si jalang ini mau bunuh orang. Tolong!"Tatapan mata Regina berubah dingin. Dia menjambak rambut wanita yang berdandan tebal itu sambil mencibir. "Kelopak matamu dioperasi, hidungmu prostetik, bibirmu disulam, dan dadamu juga terbuat dari silikon. Ckck. Nggak ada yang alami!"Sembari berbi
"Aku akan beri kamu pilihan sekarang. Tamparlah dirimu sendiri sepuluh kali, lalu sebut dirimu sebagai bajingan. Setelah itu, berjanjilah nggak akan pernah muncul di hadapanku lagi.""Asal kamu melakukan semua itu, aku bisa pertimbangkan untuk memaafkanmu!"Ben yang mendengar perkataan itu langsung tercengang, lalu tertawa terbahak-bahak. "Kamu sudah gila? Fani, kamu dengar apa yang dikatakan si bodoh ini?""Hahaha. Bisa-bisanya dia memberiku pilihan. Beraninya seorang pecundang mengatakan hal seperti itu? Apa dia sudah bosan hidup?"Wanita yang berdandan tebal itu tersenyum sinis pada Nathan sambil berkata, "Bodoh sekali. Kak Ben akan membuatmu menangis sesenggukan nanti. Kamu akan berlutut dan bersujud minta ampun padanya!""Oh ya, juga pacarmu yang menyebalkan itu, Kak Ben pasti akan memberinya pelajaran. Lain kali saat keluar, belajarlah dari kejadian hari ini. Kalau kamu bertemu orang hebat seperti Kak Ben, kamu harus menghindarinya."Wajah Ben tiba-tiba berubah muram. Dia pun ber
Bos bersembunyi kembali di dapur dan tidak berani ikut campur masalah mereka lagi.Tamu-tamu lainnya memandang Nathan dengan simpati."Cepat makan. Selesai makan, kita pergi. Ben, si bajingan itu, mentang-mentang mengandalkan dukungan dari Perguruan Bela Diri Jenawi, makin lama dia makin sombong!""Pria tampan itu dalam masalah. Dia nggak bersalah, tapi dia pasti akan dipukul oleh gangster ini!""Coba kalian lihat pacar pemuda itu, cantik bak bidadari. Ben terkenal mesum. Dia pasti akan merebut pacarnya kali ini.""Hais. Sungguh nggak tahu apa yang dipikirkan pria tampan itu. Bertemu dengan bajingan seperti Ben, dia seharusnya lebih sabar sedikit. Meskipun masyarakat sekarang diatur oleh hukum, orang-orang kecil seperti kita masih harus menanggung penindasan yang nggak pantas kita terima!"Tamu-tamu di toko merasa Nathan sangat tidak beruntung dan merasa kasihan padanya.Ada beberapa yang menganggap Nathan tidak pengertian. Preman seperti Ben bukanlah orang yang bisa diajak main-main,
Mendengar itu, Nathan tidak tahan lagi. Dia menepuk bahu pria gemuk itu sambil berkata, "Halo, tolong geser kursimu sedikit. Terlalu sempit."Kak Ben berbalik dan langsung mengumpat. "Kepalamu yang kugeser nanti! Sempit? Kenapa kamu nggak bisa pindah tempat duduk saja? Sialan! Bodoh banget."Sembari mengumpat, Kak Ben sengaja memperlihatkan tato di dadanya, yang mana seekor harimau turun dari gunung.Dia sudah sering menggunakan trik ini. Kapan pun dia keluar, asalkan dia memperlihatkan tato harimau di dadanya, dia sudah bisa semena-mena di Beluno.Lagi pula, orang zaman sekarang sangat penakut. Hanya segelintir yang berani menunjukkan emosinya. Tato apa pun cukup untuk membuat banyak orang awam takut.Wanita dengan dandanan tebal di seberang pun berkata dengan marah, "Kak Ben, ada apa? Apa si idiot ini memprovokasimu?"Kak Ben berkata dengan nada menghina, "Nggak usah peduli, lanjutkan makan saja. Hanya orang bego. Sialan. Beraninya dia memintaku untuk menggeser kursi. Dia kira dia pe