Share

3. Bangkitnya Dewa Kegelapan

"Menjauh dariku," teriak salah satu dari mereka. Seharusnya kalimat itu diucapkan oleh Mikaila, tetapi aneh karena justru ia dapati suara cemprengnya berubah menjadi suara laki-laki dewasa yang berat. "Ah, apa yang terjadi pada suaraku? Hallo? Tes, satu, dua."

Dua matanya membola, menutup bibir sendiri karena sensasi terkejut. "Apa aku sakit tenggorokkan?"

Sementara sosok yang ia kenali sebagai dirinya, berada di atas, menahan bobot tubuh menaungi Mikaila yang berada di bawah.

"Siapa kau?"

"Aku Griffin, dewa kegelapan."

"Dewa kejahatan? Kau penjahat ya, ternyata. Kenapa kau jadi aku dan aku jadi kau?" 

Lelaki yang baru memperkenalkan diri sebagai Dewa kegelapan itu ingin membetulkan julukan yang diberi Mika, tetapi terlalu malas. 

Bukan itu sekarang yang penting, tetapi penyebab kenapa tubuh mereka saling bertukar. Mika menjadi lelaki misterius penghuni tempat aneh, dan sebaliknya, lelaki itu menempati raga Mika.

Histeria menyergap jiwa. Mika kembali memekik kencang. Matanya belingsatan, memegang dada tak menemukan payudara, memegang kepala tak menemukan rambut indahnya. Memegang gaun, gaunnya berubah menjadi jubah hitam aneh. "Aku jadi jelek."

Griffin tersinggung berat. Seumur hidup, belum ada satu makhluk pun yang berani menghinanya. Meski kejam, tampangnya rupawan seperti pangeran. Jadi, jangan main-main.

"Kau, kenapa kau jadi aku dan aku jadi kau," tunjuk Mika tak terima. "Ini kiamat, ini bencana alam. Apa yang harus kulakukan? Ayo, tanggung jawab, penjahat."

"Berisik. Tutup mulut cerewetmu atau aku akan merobeknya.

Mika mingkem. Teringat adegan ciuman yang barusan terjadi. Napasnya memburu, kesal karena itu adalah ciuman pertama selama dua ribu tahun dia hidup. 

"Kau merenggut kesucian bibirku. Dasar orang cabul." Mika mendorong tubuh yang adalah miliknya. Akibat tenaga baru yang dia miliki, peri lemah itu tak bisa mengukur kekuatan hingga menghempaskan orang di atasnya jauh ke belakang.

"Ugh!" Griffin mengaduh, tubuhnya terpental jauh. Nyeri langsung menyebar di sekitaran bokong. "Sialan kau. Berani-beraninya--"

"Diam kau jelek!"

"Apa!" Yang dimaki makin tersinggung berat. Apa pun itu, orang yang sudah menghinanya harus di hukum berat. Griffin bangkit dan secepat kilat sudah ada di hadapan Mika, menekan kembali leher tubuhnya sendiri.

"Aku benar-benar akan membunuhmu. Kau menguji kesabaranku."

Tubuh besar Mika mengambang di udara. Kembali menerima rangsangan sesak yang menghambat jalur napasnya. Namun, hal serupa ternyata juga terjadi pada tubuh Griffin. Apa yang Mika rasakan, juga dirasakan olehnya. Ini aneh. 

Dia menambah tenaga, rasa sakit semakin pekat. Mengurangi tekanan dan rasa sakit berkurang.

Sebuah simbol aneh muncul di dada Mika. Terang dan redup dalam waktu beberapa detik. 

"Ada yang salah dengan ini," katanya sambil melepaskan Mika. Membuat peri lemah itu jatuh terjerembab.

Griffin menyipit mata bertanya-tanya. Eskpresi kejam dan dingin tergambar jelas di raut milik Mika. Sangat berbeda dengan yang biasa diperlihatkan gadis konyol itu.

Sementara Mika sendiri ditubuh Griffin, terbatuk-batuk mengatur napas. Dia menatap benci dan berniat ingin membalas, tetapi sadar tak punya daya. 

Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua.

"Kau ... Siapa kau sebenarnya? Apa yang sudah kau lakukan?" tanya Griffin. "Ini pasti karena ulahmu."

"Bukan! Ini karena ulahmu. Gara-gara kau, suaraku jadi aneh dan rambutku juga aneh," katanya sambil meringis. "Kau juga bahkan menyakitiku. Cepat kembalikan tubuhku, aku tak mau mendiami tubuhmu yang--"

Belum selesai Mika berbicara. Lelaki itu mendadak melesat dan menindih perut Mika. Memenjarakannya di antara dua tangan. 

Napas mereka berembus hangat. Sangat dekat dan saling berpandangan. Mika memperhatikan wajahnya sendiri, dia baru tahu kalau rupanya seperti ini dari kacamata orang lain.

"Ternyata aku cantik."

"Diam!"

"Bibirku juga bagus."

"Aku bilang diam."

Mika menatap payudaranya sendiri, menjulurkan tangan dan menyentuh benda kenyal itu. "Wow, sangat lembut," katanya mengulum senyum. Satu tangan tak mau ketinggalan, ikut meremas yang sebelah kiri. "Rasanya sangat berbeda saat aku menyentuhnya menggunakan tubuh orang lain. Apa ini karena tanganmu besar?"

Mika mengamati jemarinya dan bergerak-gerak riang. Bahagia dengan tingkah cabul yang ia lakukan. 

"Hentikan."

"Tidak mau. Ini enak, lembut dan hangat seperti kue."

Griffin menepis tangan Mika. "Aku bilang hentikan!"

Sejujurnya, dewa kegelapan itu merasa ada sesuatu yang aneh saat Mika meremas dada. Rangsangan alamiah menyebabkan libidonya naik dan dia tak mau lepas kendali.

"Aku mau pegang! Ini 'kan payudaraku."

"Tidak boleh, Peri Tengil. Kau ini tidak tahu malu. Padahal kau perempuan, tetapi tingkahmu sangat mesum terhadap laki-laki."

"Memangnya kenapa. Ini 'kan--"

"Ini memang tubuhmu, tapi..."

"Tapi apa?"

Griffin mengetat gigi. Dia ingin menjelaskan apa yang terjadi, tetapi terlalu malu mengatakannya.

"Jangan menambah masalah dengan sesuatu yang tidak perlu, katanya bijak. "Aku harus keluar dari tempat ini segera. Dan ini adalah tugasmu untuk membuka formasi segel itu."

"Aku?"

"Kau mendiami tubuhku. Jadi kekuatanku seluruhnya ada dalam kendalimu. Keluarkan api neraka dan hancurkan dinding dimensi ini selagi lemah."

"Tidak mau!" Mika menolak menggembungkan pipinya. Dia menoleh ke kiri dan melipat tangan. Enak saja orang ini memerintah dirinya, memangnya dia siapa.

"Kenapa kau tidak mau?"

"Kembalikan dulu tubuhku. Nanti kalau kau sudah bebas, kau malah kabur dan menggoda para pria menggunakan itu," tunjuknya dengan bibir pada payudaranya sendiri. 

Dewa kegelapan mengembuskan napas berat. Pening tak habis pikir dengan perempuan kecil cabul yang dia temui ini. 

"Baiklah kalau begitu, kita akan menukar tubuh kita kembali." 

Griffin mendekat dan menyosor bibir Mika. Namun, sigap gadis itu menghindar. Kembali untuk percobaan kedua dan Mika menghindar lagi. Percobaan ketiga, keempat, dan seterusnya.

"Diam di tempat!" maki Griffin kesal. Ingin rasanya memukul Mika sekuat tenaga. Gadis ini selain cabul, narsistik, ternyata juga keras kepala. Namun Griffin membatalkan niat, tahu hal itu akan berimbas pada dirinya sendiri.

"Aku tidak mau dicium olehmu."

"Kenapa?"

"Dasar lelaki cabul. Itu saja masih ditanya, tentu saja karena aku tidak menyukaimu. Sudah kubilang, aku ini menyukai orang lain."

"Kau yang cabul. Enak saja mengataiku cabul. Kau bilang kau ingin kita bertukar kembali. Maka dari itu kita harus melakukan hal yang sebelumnya."

Mika menggeleng. Semakin menggembungkan pipinya. "Aku tidak mau, pasti ada cara lain."

Kesal dan emosi. Dewa kegelapan menekan dua pipi Mika dengan sebelah tangan dan melumatnya paksa. Ini harus dilakukan atau mereka tidak akan pernah keluar.

Tubuh Mika kaget, menggeliat berusaha melepaskan diri, tetapi Griffin menekan ciumannya dengan menghisap bibir lembut Mika.

Denyut kekuatan energi yang aneh berpendar, menggagalkan kontrak jiwa mereka. Cahaya warna-warni berseliweran.

Getaran kuat mengguncang tempat itu. Mika yang terdesak bercampur takut tak sengaja melepaskan kekuatan besar menggunakan sihir milik dewa kegelapan. Menyebabkan runtuhnya formasi segel.

Dinding dimensi berlubang. Tubuh mereka terangkat ke udara, masih dengan posisi bibir saling melumat. 

Sampai akhirnya keduanya terpental menjauh. Dewa kegelapan kembali ke tubuh asli, begitu juga dengan Mika. 

"Akhirnya. Aku bisa kembali ke tubuhku sendiri," ucap Giffin. Perlahan mahkotanya terbentuk, wujud asli penguasa api neraka terlihat. Sembilan ekor rubah mengibas angkuh, juga baju zirah perang yang ia gunakan. Penampakkannya saat ini sangat berbahaya. Hawa iblis yang pekat terasa memberatkan atmosfir sekitar. Mika yang melihatnya jadi takut.

Griffin Menatap portal yang terbuka dan melesat ke angkasa meninggalkan Mika. 

Kini ia berdiri di tengah langit malam, memejam mata merasakan embusan angin menerbangkan rambut panjangnya. Tangannya di rentangkan dan saat dua matanya terbuka, api neraka langsung menyelimuti sekeliling.

"Aku kembali."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status