LOGIN“Tapi energi itu tidak lagi terkurung.” suara pelan Liora terdengar.Di ruang observasi Heaven’s Pulse, deretan layar holografik memantulkan cahaya pucat ke wajah para staf. Grafik-grafik Qi bergerak tidak sinkron, naik turun dengan pola yang semakin sulit diprediksi.Harris berdiri di depan layar utama, kedua tangannya di belakang punggung. Tatapannya tenang, tapi fokusnya tajam, seperti pisau yang sudah diarahkan terlalu lama. “Sejak kapan?” tanyanya.“Dua jam lalu,” jawab Raka cepat. “Awalnya fluktuasi kecil. Tapi sekarang mulai konsisten.”Ia menunjuk satu grafik yang berwarna merah kusam. “Ini bukan lagi reaksi lokal dari ruang penyegelan.”Liora melangkah mendekat. “Itu bocoran.”Harris menoleh. “Ke mana?”Liora menatap wajah Harris dengan bimbang. “Ke lingkungan sekitar.”Seolah kata-kata itu adalah pemicu, alarm lembut berbunyi di salah satu terminal.Seorang perawat senior masuk tergesa-gesa. Wajahnya pucat, napasnya sedikit memburu. “Dokter Harris, kami punya laporan dari ru
“Aku tidak tahu, namun segel arsip sepertinya telah aktif.” Suara itu menggema pelan di ruang bawah Heaven’s Pulse.Diikuti lampu-lampu putih redup menyala satu per satu, menerangi dinding baja yang dipenuhi simbol medis kuno dan pengaman berlapis.Harris berdiri di tengah ruangan, telapak tangannya menempel pada panel kristal transparan. Di balik panel itu, lapisan demi lapisan segel berpendar, saling menindih seperti jaringan saraf.“Ini level tertinggi,” gumam Liora, berdiri di belakangnya. “Arsip yang bahkan Konsorsium tidak pernah lihat.”“Karena ini bukan untuk dunia luar,” jawab Harris tenang. “Ini untuk pewaris.”Panel bergetar pelan.Cahaya emas dari liontin di dada Harris menyatu dengan sistem pengaman. Segel pertama terbuka. Lalu yang kedua. Lalu yang ketiga.Klik.Sebuah laci logam hitam meluncur keluar dari dinding. Di dalamnya, bukan dokumen digital, bukan tablet, melainkan gulungan-gulungan tipis yang dibungkus kain abu-abu tua, masing-masing disegel dengan cap lilin be
“Dia bergerak!”Peringatan itu datang terlambat setengah detik.Lampu indikator di ruang penyegelan Heaven’s Pulse beralih dari kuning ke oranye. Garis-garis cahaya biru yang membentuk segel bergetar, lalu merapat kembali, seolah ruangan itu menahan napas.Harris sudah berdiri di sisi meja kristal ketika kelopak mata Sera bergetar. “Semua mundur,” katanya tenang. “Tetap di luar lingkaran.”Liora melangkah setengah langkah ke depan, lalu berhenti. “Harris—”“Sekarang!”Ia tidak menoleh. Jarum naga sudah tersusun di udara, berputar perlahan mengikuti ritme Nafas Surga yang ia tahan setipis mungkin.Sera membuka matanya, namun tidak sepenuhnya. Pupilnya tidak fokus, putih matanya dipenuhi serabut merah tipis yang berdenyut mengikuti cahaya di dadanya. Napasnya terangkat cepat, dangkal, lalu berhenti sejenak, seperti sedang mendengarkan sesuatu yang tidak ada di ruangan itu.“Jangan sentuh dia,” bisik perawat muda di balik panel kaca. Tangannya gemetar di atas konsol.Sera menoleh. Geraka
“Pisahkan saja.” Kalimat itu jatuh datar dari bibir Liora, tapi efeknya menghantam ruangan lebih keras dari alarm mana pun.Harris berhenti menulis di panel kristal. Tangannya diam di udara, jarum naga masih terjepit di antara dua jarinya. “Ulangi,” katanya tanpa menoleh.Liora berdiri di seberang meja penyegelan, bahunya tegang. Di balik panel kaca, tubuh Sera terbaring tenang, terlalu tenang, dengan cahaya merah samar yang berdenyut di dadanya.“Pemisahan paksa,” ulang Liora, kali ini lebih tegas. “Jiwa Sera dan Giok Terlarang, sekarang! Sebelum adaptasinya mencapai fase irreversible.”Teknisi Raka yang masih berada di ruangan itu refleks menahan napas. Seorang perawat di sudut ruangan saling pandang dengan rekannya, lalu memilih diam.Harris menurunkan tangannya perlahan. “Kau tahu apa artinya.”“Aku tahu risikonya,” balas Liora cepat. “Tapi kita juga tahu alternatifnya.”Ia menunjuk layar data. “Setiap jam, giok itu belajar lebih banyak. Struktur Qi Sera makin menipis. Kalau kita
“Tunggu, angka ini salah!”Suara itu datang dari salah satu teknisi Heaven’s Pulse yang berdiri di balik panel kaca ruang penyegelan. Pria paruh baya bernama Raka itu menatap layar holografik dengan dahi berkerut, jarinya berhenti di atas tombol konfirmasi.“Ulangi pengukuran,” kata Harris tanpa menoleh.Raka menelan ludah. “Sudah tiga kali, Dokter.”Di dalam ruang penyegelan, tubuh Sera terbaring di atas meja kristal, dikelilingi lingkaran tipis cahaya biru. Udara tetap steril, tenang, nyaris mati. Namun layar-layar di sekeliling ruangan menampilkan sesuatu yang berlawanan, grafik Qi yang terus bergeser, tidak pernah kembali ke garis tengah.Liora berdiri di sisi Harris, matanya berpindah cepat dari satu layar ke layar lain. “Pola alirannya tidak seimbang.”Harris menganggkuk. “Benar, ini tidak simetris.” Ia menunjuk dua grafik yang berjalan paralel. “Qi normal selalu punya cerminan. Yin dan Yang, masuk dan keluar, tekan dan lepas.”Jarum naga di tangannya bergetar tipis saat ia mend
“Segel ruang aktif, tutup pintu dalam lima detik.” Suara Harris terdengar tenang, saat tubuh Sera didorong masuk ke ruang terdalam Heaven’s Pulse. Pintu baja berlapis simbol medis kuno meluncur menutup perlahan, memutus dunia luar dengan desis berat yang menekan telinga.Klik.Lampu putih kebiruan menyala stabil. Udara di dalam ruangan terasa hampa namun bersih, steril, tanpa aliran Qi liar sedikit pun. Ruangan ini terlihat lebih seperti tempat penahanan daripada ruang perawatan.Liora berdiri di sisi meja medis kristal, tangannya masih menggenggam tablet pemantau Qi. “Zona steril penuh,” lapornya. “Tidak ada resonansi eksternal. Kalau ada reaksi… sumbernya pasti dari dalam.”Harris mengangguk sekali. “Bagus.”Ia tidak langsung mendekat ke Sera. Sebaliknya, ia berdiri dua langkah jauhnya, menilai dari jarak aman. Tatapannya tidak menunjukkan kecemasan, tidak juga empati. Ia hanya fokus dingin seorang dokter yang sedang menilai ancaman biologis.“Monitor jiwa aktif,” perintahnya.Liora







