Devan akhirnya membuka pintu, Kania menghela nafasnya dengan lega. Ia menarik tangan Devan lalu membawanya ke ruang keluarga. Kania mengulurkan potret Sean yang sudah ia bawa lalu berkata, "Ini Papa,"
Devan menelusuri potret itu dengan alisnya yang terangkat, "Tapi kenapa fotonya begini, Ma?" Tanya Devan bingung.Kania segera mengambil foto dari Devan, "Mama takut merindukannya jika fotonya terlalu jelas. Sudahlah, kamu sudah melihatnya, bukan? Sekarang kita makan." Kilah Kania dengan cepat.Namun, bukannya beranjak dari duduknya, Devan kembali menarik tangan Kania, "Papa itu orang seperti apa, Ma?"Kania tertegun. Ia menatap manik mata Devan. Manik mata itu terlihat berbinar, sepertinya Devan sangat ingin tahu tentang ayahnya. Kania menghela nafasnya, apa yang harus kita ia katakan? Tidak mungkin ia mengatakan pada Devan bahwa ayahnya mengusir mereka."Papa orang yang baik, ya sangat baik, dia sangat perhatian. Dia selalu membuat Mama merasa sangat dicintai. Meski sedang sibuk, Papa selalu berusaha menghubungi Mama dan bertanya tentang keadaan Mama," balas Kania memilih mengingat kebaikan Sean sebelum ia hamil. Setidaknya Kania tidak berbohong, sebelum fitnah itu terjadi, Sean memang sangat baik padanya. Kania kembali menghela nafasnya yang terasa sesak, mengingat Sean selalu membuat hatinya merasa berat.Kania mengulas senyumnya ke arah Devan, "Sekarang apa kamu sudah puas?"Devan mengangguk sambil membalas senyum Kania, "Ya Ma,""Kalau begitu, ayo kita makan."Kali ini Devan tidak menolak, ia mengikuti tangan Kania yang menuntunnya menuju arah meja dapur.****"Ini contoh desain baju pengantin dan juga gaun pertunangan yang sudah saya buat,"Kania mengulurkan beberapa gambar ke arah Sheline dan juga Sean yang berada di hadapannya. Ini adalah pertemuan kedua mereka untuk membahas desain baju pernikahan. Sebenarnya ia merasa malas kembali bertatap muka dengan Sean, tapi seperti yang sudah ia katakan kemarin, Kania tidak akan kabur. Ia akan membuktikan pada Sean bahwa ia hanya bekerja secara profesional."Desainnya cukup sederhana, tapi menarik. Bagaimana menurut kamu, Sayang?" Tanya Sheline ke arah Sean.Sean terlihat mengerutkan kening, ia menatap ke arah Kania tajam lalu berkata, "Kamu yakin ingin mendengar pendapat saya tentang baju-baju ini? Mungkin pendapatku terlalu keras untuk desainer yang berada di hadapanku ini. Bisa saja dia menangis setelah mendengar pendapatku." cibir Sean.Kania mendengus kasar. Sudah ia duga, pria ini memang menyebalkan."Katakan saja, saya tidak keberatan." balas Kania berusaha mengulas senyum."Baju-baju Anda norak sekali. Saya tidak habis pikir ada orang yang mau memakai baju dengan desain tidak menarik seperti ini."Kania merasa tertohok mendengar ucapan Sean.Sheline yang merasa tidak enak dengan ucapan Sean segera menegurnya, "Sayang, apa ucapan kamu tidak berlebihan?""Berlebihan? Tentu tidak Sayang, aku mengatakan faktanya. Acara pertunangan kita acara yang besar, acara ini akan dihadiri banyak klien dan para petinggi perusahaan, apa kamu yakin akan memakai baju seperti ini di pertunangan kita? Tidak Sheline, aku tidak mau kita dipermalukan hanya karena baju yang kamu pakai. Baju ini sampah,"Hati Kania terasa diremat mendengar ucapan Sean. Seumur hidup ia menekuni profesinya, baru kali ini ada yang mengomentari hasil kerjanya sekejam ini. Satu tetes air mata menetes ke pipinya. Masa bodoh, ia benar-benar tidak tahan dengan pekerjaan ini. Sepertinya mereka memang tidak bisa bekerja sama. Sedari awal, ia memang sudah salah menerima pekerjaan ini.Kania segera membereskan seluruh berkas-berkasnya dengan perasaan kesal. Ia menatap ke arah Sean dan juga Sheline lalu berkata, "Anda bisa mencari orang lain jika memang tidak menyukai hasil kerja keras saya. Permisi."Sheline yang merasa tidak enak ikut berdiri saat Kania berdiri, "Tunggu, Bu Kania,""Jadi hanya itu tekad yang Anda punya?"Kania tertegun mendengar ucapan Sean, ia membalikkan tubuhnya dengan cepat, raut wajah tersinggung tercetak jelas di sana, "Anda sudah menghina pekerjaan saya, untuk apa saya lanjutkan?""Saya hanya menyatakan fakta, tapi Anda sudah menyerah. Bagaimana Anda bisa maju jika seperti itu? Desain gaun ini memang terlalu sederhana jika harus ada di acara pertunangan saya dan juga Sheline. Sheline memilih berkata seperti itu karena ia pribadi yang naif, selalu tidak enak hati kepada orang lain. Lain halnya dengan saya cenderung mengatakan langsung kepada intinya. Saya sedang memberikan kritik yang membangun untuk Anda, tapi ternyata Anda cepat menyerah. Itu bukan mental seorang pekerja keras, Bu Kania. Bukankah Anda bilang, Anda seorang yang profesional?" sindir Sean tajam."Sebenarnya apa yang ingin Anda katakan?" Tanya Kania merasa lelah berdebat."Saya ingin menantang Anda."Kania mengangkat alisnya dengan bingung mendengar ucapan Sean, "Menantang?""Jika Anda berhasil memenangkan tantangan saya, saya mengaku kalah. Saya akan membayar berapapun gaun yang akan Anda buat untuk Sheline."Sean mengulurkan sebuah tablet di atas meja, Kania yang merasa penasaran kembali duduk lalu melihat tablet itu.Mata Kania melebar melihat gambar di dalam tablet. Sebuah banner besar terpampang di sana. Kania membaca banner tersebut lalu bergumam kecil, "Kontes Fashion Show Summer Fest 2023,"Kania mengangkat alisnya, ia menunjuk gambar tersebut lalu bertanya, "Jadi maksud Anda saya harus mengikuti ajang perlombaan ini?"Sean mengulas senyuman licik, "Ya, kebetulan perusahaan saya mensponsori acara tersebut. Seharusnya Anda tidak menolak tantangan ini jika Anda memiliki keberanian. Anda orang yang profesional, bukan?"Amarah Kania kembali tersulut mendengar ucapan Sean. Pria ini memang berniat mengajaknya berduel."Baik, saya terima tantangan dari Anda," balas Kania dengan yakin.Sean tersenyum kembali mendengar persetujuan Kania, "Bagus, saya suka keyakinan Anda."Kania hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat melihat senyumanmeremehkan dari Sean. Lihat saja, ia akan menghapus seluruh senyuman itu secepatnya.Saat mengetahui bahwa yang berada di hadapannya adalah Leonard, Kania segera mengambil langkah. Ia mundur untuk kemudian berlari menghindar dari pria itu.Leonard yang melihat Kania melarikan diri darinya segera menyusulnya. Dengan cepat ia kembali menahan Kania lalu bertanya dengan nafas tersengal saat berhasil mendapatkan tangannya, "Kenapa kau lari?""Lepaskan aku.""Baik, tapi bagaimana kalau kita bicara? Aku sudah menyewa seluruh tempat ini khusus untukmu, apa kau tidak sayang jika aku membuang-buang uang karena kau tidak mau menemuiku?""Aku tidak menyuruhmu menyewa tempat untukku,""Ayolah Kania, aku mohon."Kania terlihat menghela nafasnya panjang, "Baik, tapi lepaskan tanganku dulu."Dengan cepat Leonard melepaskan genggaman tangannya. Kania segera memilih kursi yang berada tepat di hadapannya lalu duduk di sana. Musik romantis segera mengalun saat mereka duduk berdampingan. Kania memberikan tatapan jengahnya, sebenarnya apa maksud pria ini?"Kenapa kau lari?""Tidak apa-apa,
Leonard pulang ke rumahnya dengan langkah gontai. Setelah berkeliling selama hampir satu jam di dalam bandara, Leonard sama sekali tidak bisa menemukan Kania dimanapun. Kania sudah pergi dari kehidupannya, ia terlambat, sangat terlambat."Jadi bagaimana? Kamu menemukan wanita itu?"Leonard mendengus kuat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Lauren tepat saat ia tiba di kediaman mereka."Mama pasti senang sekarang, Kania tidak bisa aku temukan. Dia sudah pergi dari hidupku selamanya. Apa sekarang Mama puas?" Tukas Leonard dengan penuh emosional.Alih-alih merasa simpati Lauren yang malah menuang alkohol ke gelasnya membuat Leonard merasa geram. Lauren memang sudah tidak perduli kepadanya lagi."Sepertinya Mama cukup senang karena sudah menghancurkan hidupku." ucap Leonard dingin. Ia menghela nafasnya panjang lalu mulai beranjak meninggalkan Lauren.Namun, baru saja ia hendak melangkah, Lauren tiba-tiba memanggilnya kembali, "Kau akan menyerah begitu saja padanya?"Leonard seketika m
Leonard seketika tertegun mendengar ucapan Jasmine. Jasmine terlihat sangat serius di hadapannya membuat Leonard seketika mengangkat alis."Apa maksudmu?""Hari ini adalah keberangkatan Kania, apa kau akan terus berdiam diri di tempat ini dan membiarkan Kania pergi begitu saja?"Mata Leonard seketika melebar mendengar ucapan Jasmine, cekalannya di tangan Jasmine seketika terlepas, "Kania pergi hari ini?" tanyanya dengan nada tidak percaya. Sepengatahuannya projek mereka belum selesai dengan sempurna, masih ada beberapa tahapan pendistribusian dan promosi produk yang harus dilakukan."Pekerjaannya untuk membuat pakaian sudah selesai, jadi dia tidak akan ikut andil dalam promosi produk, semuanya hanya akan dilakukan oleh pihak Valerine."Leonard terlihat terhenyak mendengar penuturan Jasmine. Jadi Kania benar-benar akan pergi hari ini?"Tunggu apa lagi? Pergi!"Mendengar ucapan Jasmine, Leonard segera beranjak dari sana. Ia berlari keluar dari restoran itu tanpa menghiraukan panggilan d
"Yak selesai! Hasilnya bagus sekali."Semua bertepuk tangan ketika foto terakhir yang diambil dari Jasmine selesai. Beberapa orang menyalami Kania dan juga Jasmine karena projek itu berhasil dilakukan. Kania tersenyum, merasa cukup lega karena ia bisa melakukan projek itu tepat pada waktunya. Meski hatinya teramat berantakan dan juga banyak drama yang terjadi, akhirnya semuanya selesai. Ia menatap kursi tempat Leonard berada yang diduduki oleh Hannah. Masih sama, Leonard masih tidak ingin menemuinya sama sekali."Nanti malam akan ada perayaan kecil karena pekerjaan kita sudah selesai dilakukan, apa Ibu mau ikut?"Kania menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Dewi, "Kalian saja yang ikut, saya akan mempersiapkan semua persiapan kita untuk terbang besok?""Apa tidak apa-apa, Bu?" Tanya Dewi merasa tidak enak."Tidak apa-apa, kalian sudah banyak bekerja keras selama dua Minggu ini. Bersenang-senanglah di sana. Ah, jangan lupa bawa instal aplikasi bahasa di ponsel kalian masing-
Setelah kejadian di rumah sakit tempo hari, Leonard tidak pernah datang lagi ke pertemuan mereka. Hanya ada asistennya yang mengikuti pertemuan mereka beberapa kali.Penasaran dengan keadaan Leonard, Kania menahan langkah asisten pribadinya setelah rapat selesai."Hannah, bisa bicara sebentar?"Hannah terlihat mengangkat alisnya lalu kemudian mengangguk mendengar pertanyaan Kania, "Ya, ada apa Bu Kania?""Apa Leonard baik-baik saja? Ah maksud saya sudah beberapa kali dia mangkir dari pertemuan kami.""Ah, Pak Leon baik-baik saja, dia sangat sibuk akhir-akhir ini karena projek yang lain. Apa ada masalah jika saya yang menggantikan Beliau?"Kania segera mengibaskan tangannya mendengar ucapan Hannah, "Ah tidak, kamu adalah orang yang kompeten juga, saya rasa Leonard tepat memilih kamu untuk mengurusi projek ini. Kalau begitu terimakasih,"Kania terlihat membalikkan tubuhnya untuk beranjak, namun Hannah kembali memanggilnya."Emm... Bu Kania? Apa Anda memiliki pesan untuk atasan saya?"Ka
Delon seketika terdiam mendengar ucapan Leonard. Keningnya berkerut dengan bingung, jadi mereka sudah saling mengenal sebelumnya? Tapi kenapa mereka berpura-pura tidak saling mengenal seolah baru berkenalan? Sebenarnya sedalam apa hubungan mereka hingga Leonard bersikap sangat posesif kepada Kania?Delon menghela nafasnya panjang, tidak ingin membuat keributan karena hal sepele akhirnya ia menyerah."Baiklah, saya serahkan Bu Kania kepada Anda."Delon menatap ke arah Kania yang masih tidak sadarkan diri lalu beranjak meninggalkannya. Untuk terakhir kalinya ia membalikkan tubuhnya lalu tertegun saat melihat pemandangan Leonard yang tengah memegang tangan Kania dengan erat. Delon terlihat mengangkat alis, sebenarnya apa hubungan mereka hingga Leonard bisa bersikap sedekat itu pada Kania?****Kania mengerjapkan matany saat mendapati atap putih di hadapannya, bau alkohol dan obat-obatan yang menyeruak membuat Kania seketika terhenyak. Dimana ia? Apa dia ada di rumah sakit?Kania mengangk