Longwei masuk ke aula istana, hari ini adalah hari pertamanya menjabat sebagai seorang raja di Kerajaan Qing. Ling melangkah di belakang Longwei dengan anggun.Keduanya memakai pakaian yang serasi. Banyak pasang mata takjub melihat kecantikan Ling. Maklum saja, Wanita ini tinggal di pengasingan begitu lama.Rumor mengatakan bahwa keterampilan Ling dalam memainkan pedang sangat bagus, dia juga cukup pintar dalam mengatur strategi perang. Itu yang membuat Raja sebelumnya tidak begitu mengkhawatirkan keadaan Wanita itu saat di pengasingan.Sayangnya, dia harus menikah dengan pria yang bahkan tidak jelas asal-usulnya. Rakyat sebenarnya juga ragu dengan Raja yang baru. Hanya saja mereka tidak bisa tutup mata dengan kehebatan orang tersebut.Satu persatu mentri melaporkan keadaan seluruh wilayah negara Qing. Keadaan kerajaan pasca wabah itu jauh dari kata baik. Banyak kota besar yang dilanda krisis ekonomi sampai bahan pangan.Yang paling mengejutkan adalah ... ada kabar bahwa akan terjadi p
Hamparan rerumputan hijau terhampar di hadapan Longwei, terdengar gemericik air sungai yang terlihat begitu jernih. Terdapat air terjun dan sebuah batu besar yang berada di tengah sungai itu.Udara segar berhembus di sekitarnya, memberi hawa sejuk yang membuat otaknya siap menyerap semua energi positif yang ada.Longwei melangkah menuruni bebukitan dan menuju sungai jernih yang berada di bawah bukit tersebut. Mingyu melangkah di belakang sambil menatap sekitar."Disini tempat yang sangat cocok," ucap Mingyu menghirup udara segar."Jadi apa yang harus aku lakukan?" tanya Longwei datar."Duduk di sana, pejamkan mata dan coba kendalikan jiwa nagamu itu," ucap Mingyu sambil mengayunkan langkahnya.Longwei menarik baju Mingyu dan menatap lekat manik mata kuning yang mencoba menghindarinya."Ada apa? Bukankah memang seperti itu caranya meditasi," ucap Mingyu tersenyum kikuk."Tidak ada waktu untuk bercanda, cepat katakan! Kondisi istana tidak sedang baik-baik saja." Longwei mengeraskan rahan
Hembusan napas sang naga bagai kobaran api yang amat panas. Mata Longwei terpaku pada mata sang naga yang berbentuk kristal berwarna merah darah."Apakah kau benar-benar Panglima Longwei?" tanya Sang naga."Siapa kau sebenarnya?" tanya Longwei menyapa dalam kristal merah yang berada di hadapannya."Aku adalah inti jiwa naga hitam. Pusaka yang banyak dicari oleh para kesatria," jawab Sang naga.Longwei menatap lekat kristal merah yang perlahan menunjukkan betapa bayangan. Gambar demi gambar berganti. Pria itu mulai sadar siapa orang yang ada di dalam kristal merah itu.Di sana terlihat kejadian saat dia menghembuskan napas terakhirnya. Saat dirinya terkena tombak raja iblis, sebuah cahaya biru bersinar terang. Cahaya itu menimbulkan ledakan yang membuat raja Iblis dan pasukannya terpental jauh. Di saat itu pula, inti jiwa Longwei keluar dari raganya dan terbang ke langit ke tujuh.Sampai di langit, inti jiwa Longwei di kunci oleh beberapa dewa sebagai wujud penghormatan terakhir. Mereka
Ling mengejar Mingyu yang melangkah melewati barisan prajurit yang berlatih. Sayangnya Pria itu tidak ingin masalah ini semakin runyam. Dia segera membaca mantra dan menghilang tiba-tiba."Argh, dimana sih dia?" ucap Ling celingukan mencari sosok sang suami misterius.Sedangkan Shuang yang tangannya masih di gandeng Ling hanya mampu terdiam dan menundukkan wajah penuh bersalahnya... Di tempat berbeda, tepatnya di air sungai dengan air terjun yang mengalir cukup deras. Longwei masih duduk bersila di batu besar. Buliran keringat sebesar biji jagung mulai keluar dari tubuh kekarnya. Tubuhnya terasa begitu panas, meskipun inti jiwa nya sedang berlatih di alam fana. Tetap saja raganya ikut merasakan hawa panas yang di terima oleh inti jiwa.Tak jauh dari tempatnya berlatih, dua orang sedang mengawasi pergerakan Longwei. Mata merah dengan tatapan tajam itu bersembunyi di balik dahan yang rindang."Apakah kita harus menyerang sekarang?" ucap seorang yang memakai topeng hitam."Tunggu Raja
Tubuh Longwei melayang tinggi. Bibir tipisnya mulai membaca mantra dan mengeluarkan bola mantra berwarna biru yang kian detik semakin membesar.Mata Raja iblis terbuka lebar. Ketiga orang dibawah terpaku melihat cahaya biru yang berbentuk bola es itu.Tidak mau binasa di sini, Raja Iblis dan dua anak buahnya segera kabur. Belum sempat mereka membaca mantra untuk menghilang, bola es itu sudah menghantam tubuh mereka.Duarr ...Ketiga orang itu kembali terpental cukup jauh. Ketiga orang itu terluka parah. Terlebih Sang Raja iblis, dia tidak sadarkan diri karena serangan Longwei."Kita harus pergi sekarang," ucap pria bertopeng menatap rekannya yang juga terluka parah.Keduanya memapah Raja Iblis dan menghilang di balik hembusan awan berwarna hitam. Langit hitam kelam berangsur menghilang. Di saat bersamaan cahaya biru dari tubuh Longwei menghilang.Naga dari tubuh Longwei terbang dan menghembuskan napasnya pada rubah yang sudah tidak sadarkan diri. Seketika luka dalam di tubuh rubah itu
Ling duduk di kamarnya, tangannya masih berada di pundak Longwei. Sudah satu jam lamanya, tapi pria ini tidak kunjung menyudahi acara pijat memijat ini.Longwei tersenyum tipis saat melihat wajah sebal Ling uang terpantul dari teko perak yang berada di hadapannya."Agak keras! Aku tidak merasakan apapun," ucap Longwei dengan suara keras.Karena sebal, Ling mencekam pundak Longwei dengan kukunya. Berharap kalau pria itu merasa kesakitan dan menyudahi siksaannya."Kurang keras! Kenapa kau lembek sekali," ucap Longwei masih menggoda Ling."Kau!!!" Ling menarik napas panjang dan mencoba mengontrol emosi. Ling memutar otak, terukir senyum tipis saat sebuah ide muncul di otaknya. Dia sedikit mendekat, hembusan napasnya berhembus di tengkuk Longwei."Tuan misterius, bukankah kau ingin di layani? Bisakah aku berbuat hal lain untuk menyenangkan mu," ucap Ling menggoda.Karena gemas, Longwei memutar tubuhnya dan menarik Ling dalam dekapannya. Matanya menatap dalam manik mata yang sedang ketakut
Sementara di tempat berbeda, Ling semakin gusar. Dia tau kalau telah di tipu. Tapi entah mengapa dirinya begitu resah memikirkan pria yang pergi memimpin peperangan itu.Wanita itu terus mondar-mandir di depan kamar hingga salah satu pelayan kepercayaan datang, Ling menarik pelayan tersebut dan duduk di tepi ranjang."Aku minta tolong padamu," ucap Ling memohon."Tidak, aku tidak mau Nona melakukan hal yang berbahaya lagi," ucap Shuang berdiri dan melangkah menjauh.Perlu di curigai bila sang Nona memasang wajah melas dan memohon seperti ini, beberapa waktu dia bertingkat demikian dan alhasil dia pulang dengan banyak luka. Sebelumnya juga sang Nona sempat menipunya, dia bilang hanya ingin pergi ke pasar, ternyata malah pergi menangkap preman dan masuk rumah bordil. Karena itu dia hampir saja kehilangan kegadisannya."Aku mohon, aku sangat mencemaskan suamiku," ucap Ling tetap memohon."Apa!? Tidak. Sejak kapan Nona menganggapnya suami. Bahkan Nona sendiri yang bilang kalau dia tidak p
Terdengar suara guntur yang bergemuruh, kilatan petir memenuhi langit seolah akan ada badai besar. Panglima Hong masih terus membaca mantra dan memanggil pusakanya, begitupun Longwei.Tidak mau banyak korban berjatuhan, Longwei mulai memanggil sosok naga hitam yang bersemayam di dalam tubuhnya."Kau tidak akan mampu menghentikan ku panglima Longwei," ucap Panglima Hong terbahak.Seketika anga hitam legam keluar dari tubuh Longwei, naga itu terbang di atas awan dan menghembuskan napas api ke arah panglima Hong "Sial!" Kekuatan Longwei cukup besar, Hong tidak bisa menahannya. Tidak menunggu waktu lama, Hong terpental dan mengeluarkan cairan merah kental dari mulutnya.Melihat panglimanya terluka, semua prajurit mulai was-was. Ini kali pertama mereka di ambang kekalahan. "Serang mereka!" teriak panglima Hong.Semua prajurit di kubu Hong mulai menyerang, tidak mau kalah, prajurit dari kubu Longwei pun ikut maju.Kedua kubu saling serang, keduanya memiliki kekuatan yang setara. Satu pers