Share

BAB 2 Menantu Idaman

Author: Endah Tanty
last update Last Updated: 2024-10-24 21:13:29

Sepulang dari klinik, Maya melihat sang ibu mertua sedang duduk sambil menikmati sore di taman rumahnya yang sangat luas itu.

Ingin rasanya Maya bertanya, mengapa sang mertua memberinya pil kontrasepsi alih-alih vitamin sungguhan. Tapi niat itu diurungkan, percuma berdebat dengan ibu mertuanya yang memiliki kuasa atas semuanya di rumah ini.

Maya lantas menghampiri Ambar. “Apa perlu Maya buatkan camilan untuk menemani sore Ibu?” tanyanya, berusaha meredakan amarah dalam dadanya.

“Oh… kamu sudah pulang,” sahut Ambar acuh tak acuh. “Tidak usah, lebih baik kamu bantu Bi Siti memasak, nanti malam ada tamu spesial yang akan datang,” titah wanita itu.

“Baik, Bu.”

Maya bergegas menuju dapur untuk memenuhi perintah sang ibu mertua.

Sesampainya di dapur, Maya menatap lekat Bi Siti. Ia berpikir wanita yang berusia 40 tahunan itu juga ikut andil dalam rencana busuk Ambar.

“Bi... aku ingin tahu, vitamin apa yang diberikan Ibu padaku setiap malam?”

Siti tampak terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Sesaat ia gugup akan pertanyaan Maya.

“Sa-saya tidak tahu Non Maya. Saya hanya disuruh menyiapkan vitamin itu setiap malam,” kata Siti.

Maya hanya menghela napas berat. Ia tidak bisa menyalahkan asisten rumah tangga di depannya, wanita itu hanya bekerja pada Ambar, jadi pastilah ia menuruti perintah sang majikan.

Malam dengan semilir angin yang dingin sudah menyapa. Tepat pukul delapan malam, Rendra memarkirkan mobilnya di garasi.

Seperti biasa, Maya menungguinya di teras rumah. Dengan sigap Maya membawakan tas kerja Rendra.

“Mas, aku akan siapkan air hangat dan teh hangat, tunggulah sebentar,” ucap Maya seraya tersenyum.

“Kamu memang istri idaman May, tak salah aku memilihmu menjadi istriku,” ucap Rendra mencubit mesra hidung mancung Maya, dan wanita muda itu hanya mengulum senyum.

“Rendra, cepatlah mandi, dan segera turun. Malam ini akan ada tamu spesial,” titah Ambar pada putranya.

“Tamu, siapa Bu?” tanya Rendra menoleh ke arah Ambar yang sudah berpenampilan rapi.

“Nanti juga kamu akan tahu, sana cepat bersihkan dirimu,” suruh Ambar lagi.

Maya bergegas menuju kamar, menyiapkan air hangat untuk mandi suaminya dan sekaligus menyiapkan baju untuk suaminya.

“Kamu tahu, May, tamu yang dimaksud ibu?” tanya Rendra, seraya berjalan kamar mandi.

“Tidak tahu Mas, tadi aku diminta ibu masak spesial untuk menyambut tamu, mungkin teman ibu yang datang,” sahut Maya.

Setelah itu, Maya turun ke bawah untuk menyiapkan menu makan malam bersama Siti.

Bertepatan dengan menu yang sudah tertata rapi di atas meja, terdengar suara mobil yang berhenti di halaman depan.

“Maya, panggil suamimu, tamunya sudah datang!” perintah Ambar dengan binar wajah bahagia, lalu ia melangkah ke ruang depan untuk menyambut sang tamu yang sepertinya sangat spesial.

Maya pun bergegas memanggil sang suami untuk turun menyambut tamu spesial itu.

Seorang wanita bertubuh molek, dengan kulit putih susu yang halus, berjalan memasuki ruang makan. Ambar menyambutnya dengan ramah dan terlihat bahagia akan kedatangan wanita itu.

Sementara itu, Maya hanya diam menyaksikan pertemuan Rendra dengan tamu spesial ibu mertuanya dari ujung tangga di lantai dua.

“Halo, Arnia, jadi tamu spesial itu adalah dirimu,” sapa Rendra, lalu memberi pelukan singkat pada wanita muda bernama Arnia itu.

“Apa kabar Mas Rendra? Lama tak jumpa, aku dengar dirimu diam-diam sudah menikah?”

“Halah, jangan bicarakan pernikahan Rendra dengan wanita yang tak sederajat dengan kita. Lagipula, jika Rendra tak kunjung punya anak dari istrinya, mereka akan bercerai,” timpal Ambar dengan nada santai.

“Bu, rasanya kurang pantas membicarakan hal ini di hadapan Arnia,” sela Rendra tak suka.

“Kenapa? Arnia sudah kuanggap seperti putriku sendiri. Kalian begitu dekat dari SD hingga SMA, dan kami para orang tua sangat ingin menjodohkan kalian. Tapi takdir berkata lain, kamu dan Ayahmu membawa Maya dan memperkenalkannya sebagai istrimu,” kata Ambar terlihat kesal sekaligus kecewa.

Maya mendengar percakapan itu karena suara Ambar begitu lantang, seolah sengaja agar ucapannya tak luput dari sang menantu.

Wanita itu tampak sedih dan kecewa, masih berdiri di ujung tangga menatap ketiga orang yang mulai menikmati makan malam.

“Lalu di mana istrimu, Mas? Kenapa tidak ikut makan malam bersama kita?” tanya wanita cantik dengan rambut lurus sebahu itu.

“Aku akan panggil Maya,” jawab Rendra.

Baru saja Rendra akan bangkit dari duduknya, tangan Ambar menghentikanya.

“Tidak usah dipanggil. Dia mungkin capek, habis bantu Bi Siti di dapur, apa lagi Maya pasti tidak akan nyambung dengan pembicaraan kita,” kata Ambar.

Rendra yang enggan berdebat dengan ibunya di hadapan Arnia pun memilih untuk menuruti kemauan sang ibu. Ia kembali duduk dan tersenyum ke arah wanita yang berpenampilan elegan di sampingnya.

“Bagaimana kabarmu, Ar? Apa kuliah bisnis di Singapura telah selesai?” tanya Rendra mengubah arah pembicaraan.

“Satu bulan lagi akan wisuda, dan setelah itu aku diminta Papa untuk mengelola usaha kosmetik.”

“Wow, jabatan yang sangat mengesankan, Arnia. Tante bangga padamu. Brand kosmetikmu sudah terkenal di seluruh negeri ini. Dan juga masih tetap menarik konsumen di salah satu gerai Rajas Shopping Center, aku rasa kerjasama ini akan berlanjut,” kata Ambar yang terlihat begitu antusias.

“RSC juga makin berkembang di tangan Rendra,” puji Arnia sambil tersenyum manis.

“Jika aku pikir-pikir, kalian adalah pasangan yang sangat serasi.” Ambar menatap bergantian Rendra dan Arnia.

Arnia hanya tersenyum mendengar perkataan Ambar. Suara langkah kaki menuruni tangga membuat wanita yang berusia 25 tahun itu menatap wanita yang saat ini berjalan ke arah meja makan.

“Kenalkan saya Maya, istri Mas Rendra.” Maya mengulurkan tangan pada Arnia seraya tersenyum.

“Halo, saya Arnia, teman Rendra,” balas wanita yang mengenakan gaun sepanjang lutut itu seraya menyambut uluran tangan Maya.

Lalu Maya duduk di samping sang suami, dan itu membuat Ambar tidak senang.

“Aku pikir kamu istirahat karena kelelahan,” ucap Rendra pada Maya.

“Aku tidak mungkin tidak menyambut tamu spesial ibu. Iya ‘kan, Bu?” sahut Maya, menoleh pada Ambar.

“Sudahlah, kita selesaikan saja makan malam ini, setelah itu kita bisa berbincang ringan mengenai bisnis,” kata Ambar, tidak berusaha menutupi rasa tidak senangnya.

Malam semakin larut, Ambar dan Arnia tampak begitu akrab. Maya hanya menatap pilu dengan rasa kecewa yang dalam, menyaksikan ibu mertuanya yang selalu merendahkannya dan membandingkannya dengan Arnia. Sudah jelas mereka adalah dua sosok yang berbeda seperti bumi dan langit.

Tapi yang membuat Maya lebih sedih, Rendra terlihat menikmati pertemuannya dengan teman lamanya itu.

Akhirnya, perbincangan selesai, dan Arnia pun berpamitan pulang. Rendra mengantarkannya sampai di depan mobil, sedangkan Ambar berdiri di teras persis di samping Maya.

“Kamu lihat kan? Arnia adalah calon menantu yang aku idamkan untuk mendampingi Rendra,” kata Ambar sambil menatap Maya dengan senyum miring. “Jika kamu tidak hamil dalam waktu satu bulan ini, aku harap kamu tahu diri. Bercerailah dengan Rendra!” titah Ambar dengan nada sinis.

“Aku akan hamil,” sahut Maya dengan suara gemetar. “Aku akan melahirkan cucu untuk keluarga Dermawan,” katanya dengan sangat yakin.

Ambar melirik ke arah Maya. Senyum sinis di bibirnya semakin terlihat jelas.

“Menurutmu begitu?” kata Ambar, menatap Maya tajam. “Bagiku, kamu hanyalah parasit di rumah ini.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bangkitnya Menantu yang Dianggap Parasit    BAB 133 Hukuman Untuk Fara dan Nova

    “Fara, kenapa diam-diam bertemu Nova, kamu tahu ‘kan Nova mencoba melawanku?”“A..aku hanya makan malam saja,”jawab Fara semakin cemas“Makan malam di private room, sepertinya ada yang kalian rencanakan,”timpal Nura tegas“Keluarlah, aku tidak mengundangmu makan malam!”suruh Nova dengan tatapan marah“Aku tahu, kalian menunggu Risa ‘kan?”Nova dan Fara terkejut, Nura melangkah mendekati meja, dan duduk di kursi, menatap menu hidangan yang sudah tersaji.“Tampaknya kalian, akan merayakan sesuatu.” Nura menatap satu persatu Fara dan Nova.“Itu bukan urusanmu, pergi sebelum aku memanggil security untuk menyeretmu!”bentak NovaNura tidak peduli dengan ancaman Nova, ia menuang minuman di gelas kosong dan meneguknya.”Aku sedang merayakan kemenanganku, bagaimana kondisi tanganmu Nova, apa sudah mulai susah digerakkan?”Pertanyaan Nura membuat Nova terkejut, ia mulai merasakan sesuatu yang tak beres sedang terjadi.Lalu terdengar suara Nura lagi, kali ia menatap Fara.”Akhir-akhir ini banya

  • Bangkitnya Menantu yang Dianggap Parasit    BAB 132 Kisah Bahagia Nura dan Raja

    Nura mengerutkan dahi, lalu berjalan cepat menuju kamarnya dan menatap cermin, matanya memindai tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu melangkah menuju almari pakaiannya disana masih tersimpan baju-baju yang dibelikan Jho untuknya, lalu ia meraih salah satu baju berwarna pink lembut, dengan kerah sabrina, lalu mengenakannya di tubuhnya.‘Apa berlebihan ya,’batin Nura sambil menatap tubuhnya di cermin, lalu senyum mengembang di bibirnya,”Ahh demi pria yang kucinta dan demi pernikahan bertingkah konyol pun tak apa, semoga kak Raja senang,”gumam NuraSekitar tiga puluh menit berlalu, terdengar bunyi bel pintu depan, lalu Nura berjalan untuk membukanya.Ceklek! Sebuah boneka tedy bear besar ada dihadapannya, lalu terlihat Raja, ada dibalik boneka itu“Kak Raja, bikin kaget, aku kira siapa?”basa-basi Nura“Emangnya kamu menunggu siapa lagi selain aku,”sahut RajaNura hanya tersenyum, lalu meraih boneka yang masih di tangan Raja.”Ini untuk aku ‘kan?”“Siapa lagi jika bukan unt

  • Bangkitnya Menantu yang Dianggap Parasit    BAB 131 Dukungan Untuk Nura

    Raja meraih telapak tangan Nura, lalu mengecupnya dengan lembut, seraya berbisik,”Maafkan aku, Nura.”“Apa itu berarti kita punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya?”tanya Nura“Aku akan memperbaiki kesalahanku, aku akan menjadi suami yang sempurna untukmu, berikan kesempatan itu,”pinta RajaNura menatap dalam wajah tampan yang ada dihadapannya, seakan tak percaya jika pria egois itu kini bisa luluh menyatakan cinta.“Tak perlu menjadi sempurna, cukup cintai aku dengan tulus. Aku juga minta maaf, beberapa minggu ini aku bersikap egois padamu, “jawab NuraMalam itu hampir semalaman mereka berbincang hingga memutuskan kembali ke kamar masing-masing karena masih canggung.“Istirahatlah, besok setelah perkerjaan kita selesai, aku akan mengajakmu jalan-jalan,”suruh Raja, mengantarkan Nura sampai di depan pintu kamarnya“Oke,”jawab Nura sambil tersenyum hangat***Risa mencari tahu di mana Nova tinggal selama di Bali, dan akhirnya Risa pun berhasil.‘Jadi Nova tinggal sendiri di rumah s

  • Bangkitnya Menantu yang Dianggap Parasit    BAB 130 Fara Bergabung di J Hotel

    Risa meningalkan kamar dengan perasaan tenang, kini ia tak harus menuruti petintah Nova. Sementara Nura masih menatap botol obat ditanganya sesekali menyuap menu makan malam sambil berpikir apa yang akan dia lakukan pada Nova.‘Ah..kenapa wanita itu harus mencari masalah denganku,’batin NuraMalam berganti pagi yang cerah, Fara sudah menunggu di depan kantor Nura“Fara, ada apa? Akhir-akhir ini kamu sering menemuiku?”tanya Nura“Apa kakimu sudah membaik?”basa –basi Fara“Kamu lihat ‘kan, aku bisa berjalan,”jawab Nura lalu membuka pintu kantornyaFara mengikuti langkah Nura, lalu duduk di sofa di sudut ruangan, Nura menatap Fara dari tempat kursi kerjanya.“Kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa kamu sering menemuiku, pasti ada sesuatu yang kamu harapkan dariku?”tanya Nura tegas“Aku membutuhkan pekerjaan, dan aku rasa kamu bisa membantuku.”Fara menjawab pertanyaan Nura“Sayangnya tidak ada lowongan di J hotel.”“Kenapa kamu tidak menjadikan aku sekertaris pribadimu Nura, kita bersau

  • Bangkitnya Menantu yang Dianggap Parasit    BAB 29 Risa berbalik mendukung Nura

    Sementara itu Fara yang berdiri tak jauh dari Raja dan Nura yang terjatuh dalam posisi berpelukan, berdecak kesal karena rencananya gagal, gara-gara Raja menyelamatkan Nura lebih dulu.‘Ck...kenapa ada Raja sih...rencanaku gagal,’batin Fara lalu melangkah mendekati keduanya.“Kalian tidak ada apa-apa ‘kan, atau aku panggilkan ambulance,”tawar Fara“Fara, kami baik-baik saja,”balas Nura , lalu berlahan bangkit berdiri, diikuti Raja“Pengendara tidak waras, ia hampir menabrakmu tadi, “ujar Raja kesal“Mungkin pengendaranya mabuk, jadi mengendalikan mobil asal-asalan,”sahut Fara“Sudahlah yang penting aku selamat,terima kasih kak Raja,”ucap NuraBaru saja berdiri beberapa menit , Nura merasakan kesakitan, dan waktu akan berjalan, ia kehilangan keseimbangan karena kaki kanannya terkilir.“Aoww,”jerit Nura menahan sakit“Apa kamu bisa berjalan,”“Kakiku sakit, mungkin terkilir,”sahut Nura sambil menahan sakitTanpa diminta Raja, langsung membopong Nura dan berjalan menuju J hotel, banyak

  • Bangkitnya Menantu yang Dianggap Parasit    BAB 128 Liciknya Nova

    “Lalu bagaimana cara kita membuat Nura, gila?”Fara penasaran tatapannya serius“Heumm.. aku mengenal dokter psikiater, ia bisa diajak kerjasama, kita cari tahu dulu tentang Nura, baru kita pikirkan cara yang tepat,”suruh Nova.“Aku akan menemui Nura,”jawab Fara“Oke, kamu harus mendekati Nura, berpura-puralah kamu mulai menyadari kesalahanmu dan senang memiliki saudara Nura,”saran Nova“Walau sebenarnya aku muak dengannya,”gerutu Fara sambil cemberut.“Ingat tujuan kita Fara.”“Okelah, aku akan mencoba mendekatinya,”jawab FaraFara dan Nova tersenyum licik dibalik rencananya untuk merebut kedudukan Nura.Saat ini Nova sudah mendapatkan informasi, jika Nura tinggal di J Hotel. Tanpa membuang waktu wanita cantik keturunan indo, mencari obat jenis anti psikotik, Nova mendatangi sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter jiwa.“kamu tahu ‘kan aku sekarang dibatasi karena beberapa kasus yang aku lakukan,”ucap seorang wanita tengah baya.“Carikan aku obat yang dapat membuat gangguan jiwa,”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status