Maya adalah wanita berusia 21 tahun, wanita yang sangat sederhana dan polos, dibesarkan di sebuah panti asuhan, dan ia sangat beruntung karena Rendra, putra konglomerat menikahinya, tapi yang membuat Maya menderita adalah sikap sang mertua, yang terang-terangan menentang pernikahan Maya dan Rendra, hingga sebuah kesepakatan dilakukan, jika Maya tidak hamil dalam waktu satu tahun, maka Maya dan Rendra harus mengakhiri pernikahan mereka. Rencana licik pun dilakukan Ambar, mertua Maya, setiap malam, Ambar memberi pil kontrasepsi untuk Maya, dengan dalih memberi vitamin, tujuannya jelas, supaya Maya tidak bisa hamil. Rencana Ambar untuk memisahkan Rendra dan Maya berhasil, dengan segala upaya, dan konspirasinya Ambar berhasil membuat Rendra berselingkuh dengan Arnia, sahabat kecil Rendra, yang juga merupakan putri dari seoarng pengusaha dibidang kosmetik. Di tengah perceraian Maya dan Rendra, ternyata Maya hamil, tapi sebuah kecelakaan membuat Maya harus menderita amnesia, dan ia justru menganggap Fardian, sang pengacara perceraian sebagai suaminya. Fardian yang memang menaruh hati pada Maya, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk menikahi Maya. Pernikahan Maya dengan Fardian merubah nasib Maya, enam tahun berlalu, Maya menjadi seorang pelukis, dengan hasil karya lukisan yang sangat di minati pecinta seni lukis, hingga membuat Maya, menjadi wanita yang berbeda.
view more“Cepatlah beri cucu! Karena hanya seorang cucu yang bisa membuat aku menerimamu sebagai menantu. Jika kamu tidak bisa memberikan cucu padaku, Rendra akan menceraikanmu!”
Dada Maya bergemuruh mendengar ucapan ibu mertuanya. Baru beberapa menit yang lalu suaminya berangkat ke kantor, dan mertuanya itu langsung mencecarnya. “Iya, Bu. Kami sudah berikhtiar setiap malam, demi memenuhi keinginan ibu,” kata Maya menahan perih di hatinya. “Kamu beruntung karena dicintai dan dikagumi oleh putraku. Gadis yatim piatu sepertimu pasti bangga menjadi anggota keluarga Dermawan.” Maya terdiam, kata-kata seperti itu selalu didengar oleh telinganya, seakan dirinya wanita yang tidak pantas bersanding dengan Rendra. “Iya, Bu, aku sangat beruntung,” sahut Maya, berusaha tidak memasukkan ucapan ibu mertuanya ke dalam hati. Ambar mendengus dan menatap Maya sinis. “Jangan hanya menjadi parasit di keluargaku, setidaknya kamu harus melahirkan keturunan keluarga Dermawan!” tegasnya. Maya hanya bisa menunduk tidak berdaya. Ambar hampir beranjak, tapi ia melihat Maya sekali lagi dengan tatapan menilai. “Satu lagi, perbaiki penampilanmu ini. Jangan membuat keluargaku malu dengan wajah kusam dan badan yang tidak terurus seperti itu!” Maya tertegun. Tangannya terangkat untuk mengusap wajahnya yang berpoles makeup tipis, lalu melihat tubuhnya yang melebar dari hari ke hari. Belakangan ini, Maya memang merasa perubahan pada tubuhnya. Ia tidak lagi langsing seperti dulu, wajahnya juga mendadak terlihat kusam. Padahal Maya selalu berhati-hati dan selektif dalam memilih kosmetik. Maya menghela napas panjang. Tidak ingin pusing memikirkan penampilannya, ia segera bersiap pergi ke sebuah klinik kandungan. Ia sudah ada janji dengan seorang dokter untuk memeriksa kesuburannya. Niatnya memeriksakan diri ke dokter tanpa sepengetahuan suaminya, karena Maya ingin memastikan kesuburan dirinya. “Anda datang sendiri?” tanya seorang dokter di depannya. “Untuk saat ini saya dulu yang diperiksa, saya hanya ingin memastikan apakah kesuburan saya ada masalah?” “Bisa, Bu Maya, tapi alangkah baiknya, jika suami Anda juga sama-sama diperiksa.” “Mungkin lain kali suami saya juga periksa.” “Baiklah, kita mulai beberapa tes laboratorium,” kata dokter. Kemudian dokter memulai memeriksa urine dan darah Maya. Hati wanita muda itu tidak tenang, ia takut dirinyalah yang bermasalah dengan kesuburan. Sebab sudah hampir satu tahun ia tak kunjung hamil. “Besok hasil dari tes bisa diketahui Bu Maya,” ucap dokter. Maya mengangguk dan beranjak pergi, dan berharap tidak terjadi sesuatu dengan rahimnya dan kesuburannya. *** Malam ini, Maya dan Rendra pulang cukup larut karena menghadiri acara perjamuan bisnis suaminya di sebuah restoran mewah. Seorang ART di rumah itu tergopoh-gopoh menghampiri Maya yang hendak masuk ke dalam kamar. “Non Maya, jangan lupa minum vitaminnya,” kata wanita tua itu sembari menyodorkan sebuah pil berbentuk bulan dan berwarna putih serta segelas air putih. Maya memang rutin minum vitamin atas perintah ibu mertuanya. Katanya, vitamin itu adalah suplemen khusus untuk meningkatkan kesuburan. Maya mengangguk dan mengambil alih vitamin itu, lalu masuk ke dalam kamar. Baru saja mau memasukkan pil itu ke dalam mulut, tiba-tiba Rendra yang baru keluar dari kamar mandi langsung memeluk Maya, membuat pil di tangan wanita itu terjatuh dan terlempar entah ke mana. “Kamu cantik sekali, Sayang,” bisik Rendra sambil melayangkan ciuman di leher sang istri. Rendra membantu Maya melepas resleting gaunnya. Punggung mulus Maya yang terekspos itu selalu berhasil membuat Rendra selalu bergairah. Terpantik sentuhan-sentuhan yang memabukkan, Maya sampai lupa dengan vitamin yang harus dia minum. Malam itu, ia dan Rendra terlibat gairah cinta yang membara sepanjang malam. Pagi harinya, wajah Rendra dan Maya berseri setelah aktivitas keduanya semalam. Seperti biasa, Rendra langsung ke kantor usai sarapan. Sedangkan Maya membantu membersihkan meja makan setelah kepergian sang suami. “May, semalam kamu tidak lupa ‘kan, minum vitamin yang telah Bi Siti siapkan?” tanya Ambar begitu tiba di meja makan. “Maya sudah minum, Bu,” bohong Maya. Tidak mungkin ia mengaku bahwa vitamin itu jatuh hingga tak terlihat. Ia tak ingin ibu mertuanya itu marah besar karena tidak melakukan apa yang diminta. Ambar tersenyum simpul. “Itu vitamin supaya kamu cepat hamil, kamu masih ingat ‘kan, perjanjian kita? Jika dalam waktu satu tahun kamu tidak hamil, kalian harus berpisah. Biarkan Rendra menikah dengan wanita pilihanku.” Maya menelan ludah pahit. “Maya masih ingat dengan kesepakatan itu,” katanya. Ia tak mungkin lupa, sebab hampir setiap hari Ambar mengatakan tuntutan dan ancaman yang sama. Setelah selesai dengan pekerjaan rumah, Maya pergi ke klinik kandungan untuk mendapatkan hasil tes yang kemarin ia lakukan. Di hadapannya, dokter yang kemarin memeriksanya, menyerahkan lembaran berkas dengan raut wajah serius. “Bu Maya, bagaimana Anda akan cepat hamil, jika Anda mengkonsumsi zat yang mencegah kehamilan?” Deg! Jantung Maya seolah berhenti mendengar ucapan dokter itu. Wajahnya yang memucat tampak terkejut sekaligus bingung. “A-apa maksud Dokter?” tanyanya. “Saya hanya mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh mertua setiap malam.” Dokter tampak menghela napas. “Dalam laporan hasil tes ini, menunjukkan jika dalam tubuh Bu Maya terdapat zat estrogen dan progesteron, kedua zat itu biasanya ada di obat pencegah kehamilan,” jelasnya. Maya terdiam. Kepalanya berpikir dengan cepat. Hanya ada satu kemungkinan … dan itu membuat Maya marah sekaligus sedih. ‘Jadi selama ini aku mengkonsumsi pil kontrasepsi,’ batin Maya getir. ‘Sejak malam pertama pernikahanku, Bu Ambar sudah memberikan aku pil kontrasepsi dengan dalih memberiku vitamin supaya cepat hamil.’ Maya mengusap embun bening menumpuk sudut matanya. Pernikahan yang menurutnya sudah mendapatkan restu, ternyata ingin dihancurkan oleh mertuanya. “Baiklah, Dokter, terima kasih atas penjelasannya,” kata Maya dengan suara parau. “Iya, Bu Maya. Anda bisa datang lagi untuk konsultasi masalah program hamil, dan saya sarankan datang dengan suami Bu Maya, agar hasilnya lebih efektif,” saran dokter tersebut. Namun, pikiran Maya sudah tidak berada di sana. Untuk apa melakukan program kehamilan apabila sejak awal ibu mertuanya tak ingin ia punya anak?“Fara, kenapa diam-diam bertemu Nova, kamu tahu ‘kan Nova mencoba melawanku?”“A..aku hanya makan malam saja,”jawab Fara semakin cemas“Makan malam di private room, sepertinya ada yang kalian rencanakan,”timpal Nura tegas“Keluarlah, aku tidak mengundangmu makan malam!”suruh Nova dengan tatapan marah“Aku tahu, kalian menunggu Risa ‘kan?”Nova dan Fara terkejut, Nura melangkah mendekati meja, dan duduk di kursi, menatap menu hidangan yang sudah tersaji.“Tampaknya kalian, akan merayakan sesuatu.” Nura menatap satu persatu Fara dan Nova.“Itu bukan urusanmu, pergi sebelum aku memanggil security untuk menyeretmu!”bentak NovaNura tidak peduli dengan ancaman Nova, ia menuang minuman di gelas kosong dan meneguknya.”Aku sedang merayakan kemenanganku, bagaimana kondisi tanganmu Nova, apa sudah mulai susah digerakkan?”Pertanyaan Nura membuat Nova terkejut, ia mulai merasakan sesuatu yang tak beres sedang terjadi.Lalu terdengar suara Nura lagi, kali ia menatap Fara.”Akhir-akhir ini banya
Nura mengerutkan dahi, lalu berjalan cepat menuju kamarnya dan menatap cermin, matanya memindai tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu melangkah menuju almari pakaiannya disana masih tersimpan baju-baju yang dibelikan Jho untuknya, lalu ia meraih salah satu baju berwarna pink lembut, dengan kerah sabrina, lalu mengenakannya di tubuhnya.‘Apa berlebihan ya,’batin Nura sambil menatap tubuhnya di cermin, lalu senyum mengembang di bibirnya,”Ahh demi pria yang kucinta dan demi pernikahan bertingkah konyol pun tak apa, semoga kak Raja senang,”gumam NuraSekitar tiga puluh menit berlalu, terdengar bunyi bel pintu depan, lalu Nura berjalan untuk membukanya.Ceklek! Sebuah boneka tedy bear besar ada dihadapannya, lalu terlihat Raja, ada dibalik boneka itu“Kak Raja, bikin kaget, aku kira siapa?”basa-basi Nura“Emangnya kamu menunggu siapa lagi selain aku,”sahut RajaNura hanya tersenyum, lalu meraih boneka yang masih di tangan Raja.”Ini untuk aku ‘kan?”“Siapa lagi jika bukan unt
Raja meraih telapak tangan Nura, lalu mengecupnya dengan lembut, seraya berbisik,”Maafkan aku, Nura.”“Apa itu berarti kita punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya?”tanya Nura“Aku akan memperbaiki kesalahanku, aku akan menjadi suami yang sempurna untukmu, berikan kesempatan itu,”pinta RajaNura menatap dalam wajah tampan yang ada dihadapannya, seakan tak percaya jika pria egois itu kini bisa luluh menyatakan cinta.“Tak perlu menjadi sempurna, cukup cintai aku dengan tulus. Aku juga minta maaf, beberapa minggu ini aku bersikap egois padamu, “jawab NuraMalam itu hampir semalaman mereka berbincang hingga memutuskan kembali ke kamar masing-masing karena masih canggung.“Istirahatlah, besok setelah perkerjaan kita selesai, aku akan mengajakmu jalan-jalan,”suruh Raja, mengantarkan Nura sampai di depan pintu kamarnya“Oke,”jawab Nura sambil tersenyum hangat***Risa mencari tahu di mana Nova tinggal selama di Bali, dan akhirnya Risa pun berhasil.‘Jadi Nova tinggal sendiri di rumah s
Risa meningalkan kamar dengan perasaan tenang, kini ia tak harus menuruti petintah Nova. Sementara Nura masih menatap botol obat ditanganya sesekali menyuap menu makan malam sambil berpikir apa yang akan dia lakukan pada Nova.‘Ah..kenapa wanita itu harus mencari masalah denganku,’batin NuraMalam berganti pagi yang cerah, Fara sudah menunggu di depan kantor Nura“Fara, ada apa? Akhir-akhir ini kamu sering menemuiku?”tanya Nura“Apa kakimu sudah membaik?”basa –basi Fara“Kamu lihat ‘kan, aku bisa berjalan,”jawab Nura lalu membuka pintu kantornyaFara mengikuti langkah Nura, lalu duduk di sofa di sudut ruangan, Nura menatap Fara dari tempat kursi kerjanya.“Kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa kamu sering menemuiku, pasti ada sesuatu yang kamu harapkan dariku?”tanya Nura tegas“Aku membutuhkan pekerjaan, dan aku rasa kamu bisa membantuku.”Fara menjawab pertanyaan Nura“Sayangnya tidak ada lowongan di J hotel.”“Kenapa kamu tidak menjadikan aku sekertaris pribadimu Nura, kita bersau
Sementara itu Fara yang berdiri tak jauh dari Raja dan Nura yang terjatuh dalam posisi berpelukan, berdecak kesal karena rencananya gagal, gara-gara Raja menyelamatkan Nura lebih dulu.‘Ck...kenapa ada Raja sih...rencanaku gagal,’batin Fara lalu melangkah mendekati keduanya.“Kalian tidak ada apa-apa ‘kan, atau aku panggilkan ambulance,”tawar Fara“Fara, kami baik-baik saja,”balas Nura , lalu berlahan bangkit berdiri, diikuti Raja“Pengendara tidak waras, ia hampir menabrakmu tadi, “ujar Raja kesal“Mungkin pengendaranya mabuk, jadi mengendalikan mobil asal-asalan,”sahut Fara“Sudahlah yang penting aku selamat,terima kasih kak Raja,”ucap NuraBaru saja berdiri beberapa menit , Nura merasakan kesakitan, dan waktu akan berjalan, ia kehilangan keseimbangan karena kaki kanannya terkilir.“Aoww,”jerit Nura menahan sakit“Apa kamu bisa berjalan,”“Kakiku sakit, mungkin terkilir,”sahut Nura sambil menahan sakitTanpa diminta Raja, langsung membopong Nura dan berjalan menuju J hotel, banyak
“Lalu bagaimana cara kita membuat Nura, gila?”Fara penasaran tatapannya serius“Heumm.. aku mengenal dokter psikiater, ia bisa diajak kerjasama, kita cari tahu dulu tentang Nura, baru kita pikirkan cara yang tepat,”suruh Nova.“Aku akan menemui Nura,”jawab Fara“Oke, kamu harus mendekati Nura, berpura-puralah kamu mulai menyadari kesalahanmu dan senang memiliki saudara Nura,”saran Nova“Walau sebenarnya aku muak dengannya,”gerutu Fara sambil cemberut.“Ingat tujuan kita Fara.”“Okelah, aku akan mencoba mendekatinya,”jawab FaraFara dan Nova tersenyum licik dibalik rencananya untuk merebut kedudukan Nura.Saat ini Nova sudah mendapatkan informasi, jika Nura tinggal di J Hotel. Tanpa membuang waktu wanita cantik keturunan indo, mencari obat jenis anti psikotik, Nova mendatangi sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter jiwa.“kamu tahu ‘kan aku sekarang dibatasi karena beberapa kasus yang aku lakukan,”ucap seorang wanita tengah baya.“Carikan aku obat yang dapat membuat gangguan jiwa,”
Langkah kaki Salma memasuki sebuah ruang kerja, setelah pintu dibukakan oleh sang resepsionis.“Silahkan Bu Salma , Bu Nura sudah menunggu di dalam,”ucap sang resepsionis, setelah Salma masuk pintu ditutup kembali.“Masuklah Bu,”suruh NuraSalma melempar senyum.”Apa kamu memaafkan ibumu ini Nur?”Salma berkata sambil duduk di sofa di mana Nura juga duduk di sana.“Ibu punya alasan yang kuat , menaruhku di Mery Gold, aku mengerti jika berada di posisi Ibu, yang tidak bisa aku maafkan adalah perbuatan Irfan, sampai kapanpun aku tak akan pernah mengkuinya sebagai ayahku,”jawab Nura“Kamu benar, pria seperti itu tidak usah diakui sebagai ayah, aku sendiri belum puas melihatnya di penjara, aku akan puas jika dia di hukum mati,”balas Salma.“Dia tidak akan tenang hidup di penjara, ibu tak usah risau,”sahut Nura“Nura, bagaimana bisa kamu menjadi pemlik J hotel, katanya kamu mengantikan, Jho?”“Iya Bu, Jho telah meninggal dan dia memberikan J hotel dan vila padaku, aku sendiri tak menya
Wanita berusia 30 tahunan itu geram, mengetahui jika Jho, mengubah surat wasiatnya, apalagi yang namanya digantikan oleh Nura, wanita yang bahkan tidak memilki hubungan apapun dengan Jho.“Brengsek, Jho, aku mantan istrinya setidaknya aku pernah menemainya selama 5 tahun dalam pernikahan, bisa-bisanya ia memberikan kekayaan pada Nura, aku tidak terima , Nura harus menyerahkannya padaku,”gerutu Nova dibalik stir mobilnya.Hari berganti malam, Nura akhirnya tinggal di vila, seperti yang diinginkan Jho, tiba-tiba ia ingin bertemu Salma, rasa sepi menyelimuti hatinya, di dalam vila yang mewah dan besar itu ia sendirian, ia membutuhkan seseorang dan yang dalam pikirannya Salma, ada yang ingin Nura bicarakan pada wanita yang mengaku sebagai ibu kandungnya itu.Tapi rasa kecewa membuatnya mengurungkan niatnya, akhirnya Nura memilih untuk mengetahui sisi kehidupan Jho. Ia penasaran dengan mantan istri Jho yang bernama Nova, kenapa Badi juga terkesan enggan berurusan dengan Nova. Langkah kaki
Nura dan asistennya Jho menyiapkan pemakaman, sesuai permintaan Jho, jika ia meninggal, jenazahnya dikremasi. Jenazahpun dibawa ke krematorium. Para pelayat yang kebanyakan rekan bisnis dan kolega Jho hadir, mereka berbisik-bisk, tentang kelanjutan usaha Jho dan siapa penganti Jho dalam memegang kendali dibeberapa usahanya itu.Nura tampak sedih, ia duduk bersimpuh di depan foto Jho, kremasi jenazah berlangsung beberapa jam, hingga akhirnya selesai dan abu sudah dimasukan ke dalam wadah khusus.“Aku akan menebarkan abu jenazah jho di laut sesuai permintaanya,”ucap Nura“Baik Nona, saya akan siapkan mobil untuk Nona Nura,”ucap asisten JhoHari menjelang malam ketika Nura sampai di dermaga, sebuah kapal very telah disiapkan untuk membawa Nura ke tengah lautan, Nura menaburkan abu jenazah Jho di laut lepas.“Selamat jalan Jho, semoga kamu tenang di surga, aku senang menjadi temanmu,”ucap Nura.***Beberapa hari berlalu setelah kematian Jho, Nura mulai berkemas kan meninggalkan vila, sa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments