Setelah Keluarga Handoko pergi, suasana di pihak Keluarga Laksono seketika menjadi hening dan suram."Huft!" Beberapa saat kemudian, Yogi menghela napas panjang. Suaranya dipenuhi rasa bersalah ketika berbicara, "Maaf, Afkar. Kali ini, keluarga kami sudah menyeretmu. Dari ucapan Leo tadi sebelum pergi, sepertinya dia memang sudah merencanakan sesuatu saat ujian masuk nanti.""Kalau sampai kamu ikut terseret dan gagal dalam ujian gara-gara kami, anggap saja Keluarga Laksono berutang budi besar padamu. Kalau ada yang bisa kami bantu di masa depan, tinggal cari aku," janji Yogi.Sekarang, Keluarga Handoko sudah punya koneksi dengan salah satu pengurus dalam Sekte Pemutus Nadi. Bagi Keluarga Laksono, itu adalah level yang masih jauh di luar jangkauan.Yogi benar-benar tidak tahu, jika pihak lawan memang berniat menjegal mereka saat ujian nanti, apa yang bisa mereka lakukan? Untuk sesaat, wajah anggota Keluarga Laksono dipenuhi rasa putus asa.Namun, Afkar segera berkata dengan tenang, "Pam
Kedua orang itu langsung mendengus dingin. Tanpa janjian, mereka sama-sama menarik kembali aura tekanan mereka.Jumlah peserta ujian masuk Sekte Pemutus Nadi kali ini memang sangat banyak. Ditambah lagi dengan para anggota keluarga yang ikut mendampingi, jumlah orang yang memadati lapangan latihan sudah mencapai 100 orang lebih.Dalam situasi seperti ini, sudah sewajarnya pihak sekte menugaskan murid-murid dari Balai Penegak Hukum untuk menjaga ketertiban.Setelah para murid dari Balai Penegak Hukum memberi peringatan tegas tadi, orang-orang yang tadinya punya dendam pribadi pun ikut menahan diri."Hmph! Kali ini, kuampuni dulu nyawamu! Tapi setelah keluar dari Sekte Pemutus Nadi, sekalipun harus mengejarmu sampai ke ujung langit dan tepi laut, aku tetap nggak akan membiarkanmu hidup!""Hehe. Urus saja dulu supaya anakmu itu bisa lolos ujian masuk Sekte Pemutus Nadi. Anakku, Leo, sudah setahun yang lalu dipilih langsung oleh salah satu pengurus dalam sekte dan rencananya akan dijadikan
Gerlin langsung merasa sedikit gugup begitu melihat begitu banyak orang seumuran dengannya yang semuanya adalah para kultivator. Tanpa sadar, dia memegang lengan Afkar dan berkata pelan, "Wah, Kak Afkar. Banyak banget orang di sini."Afkar berusaha menenangkan, "Jangan takut. Orang-orang ini mungkin saja bakal jadi teman satu sektemu. Nggak perlu takut sama mereka, nanti kamu juga bakal terbiasa."Sambil berbicara, Afkar mengarahkan pandangan ke sekeliling. Saat ini, lapangan latihan sudah dipenuhi cukup banyak orang. Jika dihitung, totalnya sudah lebih dari 100 orang dan masih ada banyak lagi yang berdatangan dari arah lain.Melihat semua orang itu, sorot mata Afkar juga sempat menampakkan rasa heran. Tak disangka, ternyata kultivator yang datang untuk ikut ujian masuk Sekte Pemutus Nadi sebanyak ini.Sebagai sekte lapisan atas dunia seni bela diri kuno yang jauh lebih tinggi daripada sekte bela diri biasa, bahkan lebih tinggi dari kekuatan-kekuatan dunia misterius, Sekte Pemutus Nadi
Para senior dari sekte-sekte bela diri kuno itu dulunya memang telah memasang formasi besar yang bisa mengumpulkan energi spiritual, sekaligus memutus hubungan dari dunia luar. Mereka menggunakan formasi ini untuk mengisolasi wilayah sekte atau keluarga mereka agar keturunan mereka bisa terus menjalani latihan kultivasi secara turun-temurun.Tentu saja, formasi yang mampu membentuk wilayah sebuah sekte atau keluarga seperti ini jauh lebih besar dan rumit daripada Formasi Ilusi Delapan Gerbang.Saat itu, Herman tersenyum tipis lalu menoleh kepada semua orang dan berkata dengan nada tenang, "Selamat datang di Sekte Pemutus Nadi!"Begitu mereka benar-benar memasuki wilayah Sekte Pemutus Nadi, yang pertama mereka lihat adalah barisan pegunungan menjulang tinggi yang ukurannya sama sekali tidak kalah dari pegunungan luar Gunung Gomer.Di antara gunung-gunung tersebut, ada satu titik yang menjadi tempat strategis menurut fengsui. Di situlah berdiri kompleks bangunan megah yang menyerupai ist
Herman menjelaskan sejenak, lalu kembali berbicara, "Gerlin? Aku sepertinya sedikit mengingatnya. Sepertinya, keluarga mereka bukan berasal dari sekte atau klan mana pun, melainkan cuma kultivator mandiri. Mereka mulai menapaki jalan kultivasi karena punya warisan dari leluhur mereka. Tujuan mereka datang ke Gunung Gomer besok juga untuk mengikuti ujian masuk sekte."Mendengar penjelasan Herman, Afkar mengangguk paham. Dia lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Kalau begitu, besok aku ikut mereka saja. Lagian sudah saling kenal, jadi aku akan antar mereka sampai tujuan. Tapi, tolong jangan sembarangan membocorkan identitasku."Herman sempat merasa heran dengan ucapan Afkar, tetapi dia tetap mengangguk dan menyetujuinya.Keesokan paginya, Afkar dibangunkan langsung oleh Gerlin. Dia melihat Keluarga Laksono berpakaian begitu rapi dan formal. Mereka sama sekali tidak terlihat seperti orang yang mau naik gunung. Namun, Afkar sama sekali tidak terkejut karena sejak kemarin dia sudah tahu ap
Setelah berkata demikian, Afkar langsung menendang kedua kaki Julius. Terdengar suara tulang patah yang sangat jelas. Kedua kaki Julius langsung dipatahkan oleh tendangan Afkar!Dug!Dengan tatapan dingin dan tanpa emosi sedikit pun di matanya, Afkar melempar tubuh Julius ke belakang. Hal itu lagi-lagi membuat keributan besar di antara kerumunan."Kalau berani gerak lagi, aku akan merenggut nyawamu!" Afkar menoleh dingin dan meninggalkan satu kalimat itu, lalu berbalik dan berjalan ke arah Yogi.Julius menatap punggung Afkar yang menjauh. Rasa takut yang menggelayut di wajahnya tak bisa disembunyikan sama sekali. Tubuhnya membeku di tempat. Dia benar-benar tak berani bergerak sedikit pun."Afkar, hebat banget kemampuanmu!" Begitu Afkar mendekat, Yogi langsung tertawa dan memuji dengan hangat. Tatapan penuh rasa kagum di matanya pun tak bisa disembunyikan."Afkar, kulihat dari kemampuanmu itu, pasti pernah belajar bela diri ya? Tapi, apa kamu tertarik jadi seorang ahli sejati? Bukan ahl