Share

Bab 6

Penulis: Russel
Tit! Tit! Tit!

Sepuluh menit kemudian, suara mesin yang terpasang di tubuh Lowel mulai stabil. Darah yang dikeluarkan dari jempol kaki kanan Lowel terlihat berwarna kebiruan. Setelah meminum darah ayam, kondisi Lowel juga mendadak mulai normal.

"Syukurlah!" Sutopo menangis saking terharunya.

Dokter menyeka keringat dingin di tubuhnya dan menghela napas panjang. Tekanan yang dialaminya tadi benar-benar luar biasa! Jika sampai terjadi sesuatu pada putra Sutopo, rumah sakit mereka akan langsung gulung tikar dan nasibnya juga akan celaka!

"Dokter, sepertinya Lowel memang keracunan?" tanya Felicia.

Sutopo memelototi dokter itu dengan marah, "Kantin rumah sakit kalian meracuni pasien?"

"Nggak! Mana mungkin? Mana mungkin kami meracuni pasien?"

Wajah dokter tampak pucat pasi. Sedetik kemudian, sudut matanya melirik ke sebuah termos yang terletak di samping meja. Di dalamnya ternyata adalah sup ular yang tersisa!

"Dari mana sup ular ini?" tanya dokter tiba-tiba dengan kaget.

"Ini masakan istriku untuk menutrisi tubuh anakku. Kenapa?" tanya Sutopo.

"Aku mengerti sekarang! Masalahnya ada pada sup ular ini! Menu makanan kantin hari ini adalah lobak! Kedua makanan ini memang nggak beracun kalau dimakan terpisah. Tapi kalau dimakan bersamaan, akibatnya bisa fatal!"

Dokter itu menggeleng sambil tertawa getir, lalu menghela napas. "Nggak kusangka, pemuda tadi itu malah bisa mendeteksinya secepat itu! Semua yang dikatakannya memang benar!"

Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Sutopo berubah drastis. Ternyata anaknya hampir saja meninggal karena sup ular yang dibawakannya. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Afkar tidak meninggalkan pesan itu sebelum pergi tadi!

Seketika, Sutopo merasa ketakutan, bersalah, sekaligus bersyukur ....

Detik berikutnya, Sutopo berjalan ke hadapan Felicia. "Bu Felicia, tolong sampaikan terima kasihku pada Pak Afkar. Aku setuju untuk bekerja sama dengan perusahaanmu. Jalankan saja semuanya sesuai persyaratan yang kamu ajukan."

"Beberapa hari lagi kita tanda tangan saja kontraknya. Oh ya, saat kita ketemu lain kali, tolong bawa Pak Afkar juga bersamamu. Dia adalah penyelamat anakku. Aku harus minta maaf dan berterima kasih padanya langsung," ucap Sutopo.

Wajah cantik Felicia tampak terkejut. Dia buru-buru berkata, "Oh, oke! Baik ...."

Hanya dengan begitu saja, kesepakatan dengan Sutopo sudah selesai? Felicia yang tadinya masih merasa sangat putus asa, tidak menyangka akan terjadi perubahan secepat ini. Sepertinya dia salah menilai Afkar tadi.

Pada akhirnya, Afkar memang telah membantunya. Namun, dia malah telanjur mengusir Afkar. Bagaimana ini?

....

Keesokan paginya pukul tujuh. Afkar yang sedang duduk merenung, tiba-tiba mendengar pergerakan Shafa.

Begitu membuka mata, seberkas kilatan tajam muncul di mata Afkar. Meskipun tidak tidur sepanjang malam, semangatnya tetap sangat penuh. Aliran panas dari energi naga yang mengalir dari ginjal kirinya, terus-menerus memperkuat dan menutrisi tubuhnya.

Sepanjang malam itu, dia telah berhasil membenahi ingatan di dalam pikirannya. Mantra Roh Naga adalah sebuah seni bela diri yang mencakup serangan, pertahanan, dan teknik membunuh.

Kitab Naga adalah ilmu kedokteran yang sangat mendalam dan luas. Sementara itu, Jurus Mata Naga adalah ilmu fengsui yang mampu meramal dari hal kecil seperti keberuntungan pribadi hingga nasib suatu negara.

"Papa." Pada saat itu, terdengar suara lembut yang memanggilnya.

Shafa telah bangun. Begitu membuka mata, Shafa tampak gembira saat melihat ayahnya sedang duduk di sampingnya.

"Gimana perasaanmu?" tanya Afkar sambil mengelus wajah putrinya dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya, Afkar sudah bisa melihat kondisi tubuh Shafa dengan jelas setelah mengalirkan energi naga di kedua matanya.

Kondisi Shafa sangat baik sekarang. Hanya saja, ada sedikit energi hitam yang mengitari bagian sumsum tulang belakangnya. Ini menandakan bahwa penyakitnya masih belum pulih sepenuhnya.

"Shafa lapar sekali! Shafa ingin makan roti goreng ...." Gadis kecil itu mencemberutkan bibirnya sambil mengelus perutnya.

"Oke, Papa belikan untukmu!" Afkar benar-benar kegirangan mendengar putrinya mengatakan bahwa dia sedang lapar.

Sebelumnya, penyakit Shafa terus memburuk sehingga dia tidak bernafsu makan sama sekali. Bahkan semua makanan yang disuapkan ke mulutnya juga akan dimuntahkannya. Kini Shafa telah bisa mengeluhkan lapar. Ini adalah sebuah pertanda baik.

"Jangan! Shafa nggak mau Papa pergi! Shafa lapar sekali, tapi nggak mau Papa pergi. Gimana ini?" tanya gadis kecil itu sambil memegang tangan ayahnya dan mencibir.

Afkar tersenyum sambil berpura-pura marah. "Shafa harus patuh, Papa sebentar lagi saja sudah pulang."

"Oh, Papa nggak tidur semalaman ya? Kalau nggak, Papa tidur saja dulu. Shafa ... sebenarnya nggak terlalu lapar kok," ujar Shafa tiba-tiba teringat sesuatu.

Hanya saja, perutnya yang keroncongan telah mengkhianatinya. Shafa menutup wajahnya dengan malu.

"Haha ... kamu masih berani bilang nggak lapar? Papa nggak ngantuk. Kamu tunggu Papa pulang saja di sini," kata Afkar melihat tampang putrinya yang tersipu.

"Papa jahat! Papa ngejek Shafa! Huh!" teriak Shafa dengan kesal di dalam selimut. Afkar membujuk putrinya sejenak sebelum keluar untuk membelikannya roti.

Baru saja keluar dari pintu rumah sakit, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata panggilan dari Felicia!

Afkar telah "menjual dirinya" kepada Felicia kemarin dan bahkan menandatangani perjanjian. Tentu saja dia telah meninggalkan kontak untuk Felicia.

"Bu Felicia?" tanyanya setelah menjawab telepon.

"Kenapa kamu nggak jemput aku? Bukannya sudah kubilang, ke depannya kamu yang bertugas antar jemput aku pulang kerja!" Begitu telepon itu diangkat, Felicia langsung melancarkan pertanyaan bertubi-tubi kepada Afkar.

Yang tidak terlihat oleh Afkar adalah, ternyata wajah Felicia yang dingin selama ini, sekarang malah tampak merona di ujung telepon! Padahal kemarin dia yang menyuruh Afkar untuk enyah. Tujuan dan maksudnya juga sangat jelas.

Hari ini, Felicia akhirnya memutuskan untuk menelepon Afkar setelah ragu-ragu cukup lama. Jadi, Felicia terpaksa menggunakan nada bicara yang mendesak dan mendominasi ini untuk menutupi kecanggungannya.

"Hah? Jemput kamu? Bukannya kemarin kamu suruh aku ...." Afkar agak kebingungan menanggapinya.

"Jangan banyak bicara! Kamu sudah tanda tangan perjanjian kemarin, aku juga sudah bantu lunasi biaya pengobatan putrimu. Kenapa? Kamu mau ingkar janji sekarang?" hardik Felicia sambil mendengus.

"Aku ...." Afkar berkeringat dingin.

Apanya yang mau ingkar janji? Padahal jelas-jelas Felicia yang menyuruhnya enyah kemarin dan mengatakan tidak mau menemuinya lagi. Kenapa sekarang malah jadi dia yang ingkar janji?

Wanita memang sulit dimengerti.

"Kamu apanya? Apa maksudmu?" desak Felicia seakan-akan merasa sangat kesal karena sikap Afkar yang "ingkar janji".

"Jadi, aku jemput kamu sekarang?" tanya Afkar setelah tersenyum getir.

"Sekarang nggak perlu, aku sudah sampai di kantor. Kita makan di Restoran Damai sama-sama siang ini." Setelah berkata demikian, Felicia langsung mengakhiri panggilan itu tanpa memberi kesempatan pada Afkar untuk menolaknya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Rahma Amalia
trs lanjut bos
goodnovel comment avatar
Herry Hermanto
menarik ,lanjutkan......
goodnovel comment avatar
Jamhari mt1
lanjutkan.. bosku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 1767

    Sambil berbicara, Afkar meletakkan telapak tangannya di punggung Calvina dan mulai menyalurkan Teknik Penyatuan Energi Naga kepadanya.Awalnya, Calvina sedikit terkejut. Ketika merasakan tangan Afkar menyentuh tubuhnya, dia sempat mengira pria itu ingin melakukan sesuatu yang lain. Namun setelah berpikir sejenak, mengingat bahwa demi hidupnya, dia tadi bahkan bersedia menjadi pasangan kultivasi Afkar, kalau sampai pria ini benar-benar ingin berbuat sesuatu, ya sudah biarkan dia melakukannya saja.Walaupun begitu, Calvina tetap sempat heran. Dirinya sedang luka berat begini, apakah Afkar yakin? Namun tak lama kemudian, ekspresi terkejut muncul jelas di wajah wanita itu.Calvina bisa merasakan suatu aliran energi penuh kehidupan yang sangat murni masuk ke dalam tubuhnya. Energi itu menstimulasi energi vital bawaan dalam tubuhnya, membuat keduanya berpadu, dan langsung memperbaiki luka-luka parahnya.Sepasang mata indah Calvina memancarkan keterkejutan dan kebahagiaan. Hanya dalam beberap

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 1766

    Bam!Dalam satu tinju itu, tubuh Calvina langsung terpental jauh ke belakang. Darah menyembur deras dari mulutnya. Lukanya sejak awal memang belum sembuh. Kini, dia pun terlihat seperti bunga rapuh yang bisa hancur kapan saja.Pada saat yang sama, Afkar juga mengerang pelan dan menyemburkan darah dari mulutnya. Ketika mengaktifkan Dewa Iblis Tak Menyesal, dia bisa melukai musuh tetapi juga akan melukai diri sendiri. Afkar pun menerima setengah dari kekuatan tinju yang mengenai Calvina.Akan tetapi dengan fisik tingkat pengguncang langit yang Afkar miliki, setengah kekuatan itu masih bisa ditahan. Lukanya tidak ringan, tetapi masih jauh dari membuatnya kehilangan kemampuan bertarung.Saat berikutnya, Afkar mengentakkan kakinya dan berlari ke arah Calvina yang jatuh ke tanah. Saat ini, wajah wanita itu yang biasa secantik peri sudah sepenuhnya memucat. Bahkan untuk sekadar bangkit pun dia tidak mampu.Dari mulut, hidung, dan telinga Calvina, darah terus mengalir keluar. Di sisi kanan dad

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 1765

    Mendengar kata-kata Calvina, raut wajah Afkar dipenuhi rasa meremehkan dan ejekan. Dia balik mengejek, "Aku juga memberi kesempatan padamu. Serahkan Api Ilahi Empat Simbol, maka aku akan berhenti. Kalau nggak, jangan salahkan aku kalau aku nggak tahu sopan terhadap wanita!"Calvina menggertakkan gigi dan membalas dengan marah, "Memangnya aku butuh kamu bersikap sopan? Biar kulihat berapa lama lagi kamu bisa bertahan!""Selama nggak mati, aku bisa terus bertahan. Kemampuanku untuk melanjutkan pertarungan jauh melebihi bayanganmu!" timpal Afkar sembari menyeringai lebar. Setelah berkata begitu, dia mengentakkan kakinya dan tubuhnya memelesat seperti peluru menghantam udara menuju Calvina.Calvina buru-buru menebaskan pedangnya dan mengirimkan cahaya pedang untuk mencegah Afkar mendekat.Bam, bam, bam!Namun pada saat itu juga, bumi tiba-tiba bergemuruh keras. Dengan satu entakan kaki Afkar, tanah bergulung seperti ombak besar hingga memunculkan retakan-retakan mengerikan di permukaan.Tu

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 1764

    Calvina melihat Afkar yang tadi terpental jauh karena serangannya dan kini tergeletak di tanah dengan seluruh tubuh hitam gosong. Dia mengembuskan napas panjang. Kekuatan supranatural hukum miliknya memang sangat menakutkan.Walaupun tubuh Afkar sekeras baja dan kulitnya seperti perisai, menghadapi serangan yang mengabaikan pertahanan tubuh seperti ini, Calvina ingin lihat apa yang bisa dilakukan Afkar. Bahkan, para monster besar yang sangat kuat pun tidak berani membiarkan dirinya terkena jurus itu.Hanya saja, tepat saat Calvina mengira Afkar seharusnya sudah hampir mati atau setidaknya luka berat hingga tak bisa lagi bertarung, tiba-tiba sosok hitam yang hangus itu pelan-pelan mulai berdiri."Huft ...." Saat ini, seluruh tubuh Afkar hitam legam. Hanya sepasang matanya yang masih memancarkan cahaya tajam. Di tengah kegelapan malam, yang terlihat hanya mata itu saja. Dia mengembuskan satu napas, dari mulutnya keluar asap tebal berwarna kebiruan bercampur sedikit kilatan api."Serangan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 1763

    Sret!Ketika berhadapan dengan tinju keras yang dilepaskan Afkar, Calvina menepiskan satu serangan telapak tangan. Keduanya pun saling bertabrakan dan langsung saling meniadakan.Calvina mendarat dengan ringan sambil menggenggam erat Pedang Api Ilahi di tangannya. Tubuhnya terlihat seperti melayang. Di sisi lain, Afkar mendengus dingin. Tubuhnya bagaikan sebuah gunung kecil yang jatuh menghantam tanah dan tenggelam ke dalam tanah beberapa sentimeter.Calvina berucap, "Afkar, kamu benaran berani menyerangku? Kamu pikir bisa memanfaatkan kesempatan ini karena aku lagi terluka? Apa kamu nggak tahu, selama ini aku nggak menyentuhmu cuma karena kamu berlindung di bawah organisasi Penjaga Ketertiban? Tapi, kalau kamu berani menyerangku lebih dulu, itu sama saja dengan kamu mencari mati!"Mata indah Calvina dipenuhi dengan kemarahan. Afkar berani menyerangnya, bahkan setelah dia baru saja menerobos ke tingkat pemecahan kekosongan. Di matanya, ini adalah penghinaan dan provokasi paling besar.

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 1762

    Calvina mengikuti Deven menuju ke bagian terdalam dari nadi spiritual Keluarga Rowanto. Berdasarkan penjelasan dari penuntun sebelumnya, Calvina mengeluarkan sebilah pisau es yang dibentuk dari air tanpa akar. Itu adalah sejenis air langka yang dapat membekukan energi spiritual.Dengan pisau itu, Calvina memotong bagian dasar Api Ilahi Empat Simbol dan memutuskan keterkaitan api tersebut dengan tanah di mana dia tumbuh. Meskipun Api Ilahi Empat Simbol itu terlihat seperti nyala api, ketika dipegang, itu sama sekali tidak terasa panas. Bahkan, tidak ada suhu sama sekali.Calvina dengan sangat hati-hati memasukkan api itu ke dalam sebuah kotak obsidian khusus yang dibuat untuk menyimpan benda-benda berbahaya atau langka. Setelah itu, dia menyimpannya kembali ke dalam gelang ruang miliknya.Calvina berujar dengan nada datar, "Sudah. Makasih, Pak Deven."Deven terkekeh-kekeh. Dia berucap dengan ragu-ragu, "Bu Calvina, itu ...."Mendengar itu, Calvina menyela dengan nada datar, "Tenang saja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status