Julius berkata dengan nada arogan dan penuh tekanan, "Bocah, kalau nggak mau cacat, cepat sujud minta maaf sekarang juga! Setelah itu, tampar dirimu sendiri 30 kali! Masalah di kereta waktu itu kita anggap selesai! Kalau nggak ....""Kamu!" Melihat semua ini, raut wajah Yogi langsung berubah dingin. Dia seperti ingin turun tangan membela Afkar.Namun, Afkar segera mengangkat tangan untuk menghentikannya. Dia memberi tahu, "Biar aku yang urus ini sendiri. Kebetulan aku pernah belajar bela diri beberapa tahun. Menghadapi preman-preman kecil seperti ini seharusnya bukan masalah besar."Mendengar kata-kata Afkar, Yogi sempat memandang pria itu dengan tatapan agak berbeda. Namun, kekuatan Afkar jauh di atas mereka semua. Sebenarnya, dia tidak bisa menilai seberapa dalam kemampuan Afkar.Yogi hanya melihat jumlah lawan yang banyak dan merasa cocok berteman dengan Afkar sehingga ingin turun tangan membantu. Bagaimanapun kalau Afkar hanya orang biasa, dia sudah pasti akan dirugikan.Namun kare
Saat itu, seorang pria paruh baya maju dan berbicara kepada Afkar sambil tersenyum sopan, "Hehe. Afkar, mohon jangan tersinggung. Anakku biasanya terlalu lama terkurung di rumah, jadi sekarang begitu bisa keluar, dia jadi terlalu bersemangat. Kalau Pak Afkar merasa nggak nyaman, tentu saja boleh pergi lebih dulu."Afkar membalas beberapa kata dengan ramah. Mereka ternyata juga hendak menuju ke Gunung Gomer dan yang lebih mengejutkan lagi, mereka juga kultivator. Afkar pun tak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya dalam hati. Apakah mereka juga menuju ke Sekte Pemutus Nadi?Sambil berpikir demikian, Afkar pun berujar sambil tersenyum ringan, "Nggak masalah. Lagian, aku juga sendirian. Kalau pergi bareng, kebetulan bisa ada teman di perjalanan."Mendengar ucapan Afkar, wajah Gerlin langsung bersinar penuh semangat. Dia pun menarik tangan Afkar dan mengajaknya berjalan ke depan.Sepanjang perjalanan, Gerlin terus saja mengoceh. Dia tidak henti-hentinya mengajak Afkar ngobrol. Namun, topi
Setelah beberapa saat, barulah si gadis berkata pada pacarnya, "Pria tampan tadi mengalahkan lima orang sendirian?"Saat ini, pacarnya sudah terdiam karena benar-benar syok dengan apa yang baru saja mereka lihat. Dia duduk di tempatnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Tepat saat itu, Afkar kembali masuk setelah mencuci tangan di luar. Melihat bahwa pria paruh baya tadi dan kelompoknya sudah pergi, dia pun tidak menunjukkan sedikit pun rasa terkejut.Bagi Afkar, orang-orang seperti itu hanyalah masalah kecil yang bisa diselesaikan dengan mudah. Tidak perlu dipikirkan lebih jauh. Kalau saja mereka tidak datang mencari masalah duluan, dia sebenarnya malas untuk meladeni mereka.Melihat Afkar kembali, ekspresi pasangan muda itu jelas menunjukkan ketakutan. Sambil tersenyum canggung, mereka mempersilakan Afkar duduk, "Kak, silakan duduk!"Begitu melihat ekspresi mereka, Afkar langsung paham bahwa mereka pasti ketakutan karena kejadian barusan. Sebenarnya dia sempat berniat untuk menjelas
"Kamu mau apa?" Seolah-olah menyadari bahwa Afkar bukan orang yang mudah dihadapi, nada bicara pria paruh baya itu langsung berubah. Ketika berbicara dengan Afkar, suaranya terdengar galak tetapi sebenarnya hanya pura-pura berani."Pergi!" Afkar tidak berkata banyak. Dia hanya melontarkan satu kata dengan nada datar.Begitu kata itu diucapkan, pria paruh baya itu langsung merasakan seperti ada guncangan dalam batinnya. Dia memandang Afkar dengan tatapan kesal, tetapi pada akhirnya tidak berani benar-benar memulai keributan dengannya.Pria paruh baya itu berbalik dan berjalan pergi. Namun saat hampir tiba di pintu gerbong, tiba-tiba dia menoleh dengan ekspresi penuh kebencian. Dia menggertak dengan garang, "Oke, kuanggap kamu hebat! Tunggu saja pembalasanku!"Afkar sama sekali tidak peduli pada ancaman pria paruh baya itu. Dia hanya merapikan ranjang yang tadi sempat berantakan karena ulah pria tersebut, lalu berbaring dan tidur begitu saja.Keributan yang baru saja terjadi membuat pasa
Dalam beberapa hari berikutnya, Afkar mengatur semua urusan yang perlu diselesaikan dengan sangat rapi. Dia masuk ke pegunungan sekitar Kota Nubes, lalu memilih satu tempat di mana energi spiritualnya paling melimpah. Di sana, dia memasang Formasi Penghimpun Energi Ribuan Perubahan yang fungsinya adalah mengumpulkan energi spiritual dari jarak ratusan kilometer ke satu titik.Tempat itu nantinya akan digunakan oleh orang-orang di sekelilingnya untuk berlatih, termasuk Fadly dan anak buahnya, juga Mateo, Raijin, dan yang lainnya.Afkar juga meninggalkan banyak sekali sumber daya untuk berlatih. Sebagian bahkan dibawa kembali oleh Mateo dari "situs" markas Sekte Kartu Hantu.Setelah tinggal di Kota Nubes selama hampir satu minggu dan memastikan tidak ada lagi bayangan orang-orang dari Keluarga Rajendra Kuno, Afkar akhirnya memutuskan untuk berangkat. Tentu saja, setelah semalam kembali berbagi kehangatan dengan Felicia.Keesokan paginya.Demi menghindari suasana perpisahan yang menyedihk
Namun saat berikutnya, pria yang barusan terlihat penuh wibawa dan semangat tinggi itu, kini justru memasang ekspresi nakal di wajahnya. Afkar mencium kening mulus Felicia dan bertanya demikian dengan nada menggoda.Felicia tertegun sejenak. Dia terlihat seperti kelinci kecil yang polos. Raut wajahnya bingung ketika bertanya, "Hah? Apa maksudmu dengan sekali tembak langsung tepat sasaran?"Namun dalam sesaat, Felicia langsung sadar apa maksudnya. Dengan wajah memerah, bibir merah mudanya menggigit pelan, lalu tangannya mencubit dada Afkar dengan keras. Sosok presdir cantik yang biasanya tenang, anggun, dan selalu tampil kuat, kini terlihat manja dan genit. Itu membuat hati Afkar kembali tergoda.Afkar benar-benar ingin membelai dan mencurahkan kasih sayangnya lagi pada wanita di hadapannya. Namun akhirnya, dia tetap menahan diri. Bagaimanapun, bagi Felicia ini adalah pengalaman pertamanya. Dalam hati pria itu pun, hanya ada rasa sayang dan perhatian mendalam.Pada saat yang sama, di si