Pada saat itu, suara Afkar yang agak dingin terdengar. "Febrian yang merupakan pemimpin kalian sudah mati. Hari ini adalah hari ulang tahun mertuaku, jadi aku nggak mau melakukan pembantaian. Kalau kalian nggak mau mati, sekarang juga kalian bisa pergi. Jangan lupa untuk bawa pergi peti mati itu!"Begitu kata-kata Afkar terucap, para ahli dari Keluarga Darmadi yang awalnya cemas dan ketakutan, seolah-olah mendapatkan pengampunan besar.Sebelumnya mereka mengira mereka pasti akan kehilangan nyawa, tetapi ternyata Afkar masih memberi mereka kesempatan hidup. Dalam sekejap, tidak ada seorang pun yang berani menunda-nunda. Mereka tidak akan tinggal untuk membalas dendam atas kematian Febrian.Seiring terdengarnya suara bising, para ahli dari Keluarga Darmadi itu segera mengangkat peti mati dan berlari menuju gerbang selatan rumah lama Keluarga Safira. Mereka berlari jauh lebih cepat dibandingkan saat mereka datang. Seolah-olah mereka takut kalau bergerak terlalu lambat, Afkar akan berubah
Tatapan Febrian dipenuhi dengan keheranan, ketidakberdayaan, dan kebencian. Dia tidak menyangka, padahal musuh yang telah membunuh anaknya berada tepat di depannya, tetapi dia tidak bisa membalas dendam untuk anaknya."Melihat caramu bersikap sebagai seorang ayah, sekarang aku tahu alasan Logan bisa begitu sombong dan kejam, sampai akhirnya berakhir dengan kematian. Siang ini, pergilah menemani anakmu!" ucap Afkar dengan nada dingin. Suaranya sangat tenang, tetapi terasa penuh dengan ancaman kematian.Seandainya Afkar tidak datang tepat waktu hari ini, bukan hanya Fadly yang akan mati, mertuanya juga mungkin tidak akan selamat. Nantinya, dia bahkan tidak bisa membayangkan harus bagaimana menghadapi Felicia. Itu sebabnya, kebencian dan niat membunuh terhadap Febrian juga tumbuh dalam hati Afkar.Namun saat berikutnya, Afkar tidak menggunakan kekuatan penuh tingkat inti emas tahap akhir untuk membunuhnya dalam sekejap. Sebaliknya, dia mengerahkan energi khusus dari dalam tubuhnya. Dia me
"Tampaknya kamu nggak tahu siapa yang sedang kamu hadapi!" balas Afkar.Febrian menggertakkan giginya. Dia mengeluarkan dengusan keras, lalu menunjuk ke arah Varel dan Edbert yang tergeletak di tanah sambil memberi tahu, "Anak Muda, lihat itu! Kepala Keluarga Samoa yang mendukungmu sudah berada dalam keadaan seperti ini. Sekarang, siapa lagi yang bisa membantumu? Aku mau kamu mati tanpa tubuh utuh. Ikutlah jejak anakku ke alam baka!"Usai mengucapkan kata-kata ini, Febrian melangkah maju dengan penuh niat membunuh. Dia berlari menuju Afkar dengan ekspresi penuh kebencian dan niat jahat. Termasuk para ahli dari Keluarga Darmadi, mereka semua menatap adegan ini dengan ekspresi penuh harapan.Hanya saja tepat saat itu, di tengah kecepatan tinggi, Febrian tiba-tiba merasakan ... ada yang aneh. Afkar yang berada di hadapannya, seolah-olah menghadapi ancaman kekuatan tingkat pembentukan inti tahap akhir miliknya dengan sangat tenang.Bukan hanya Afkar, bahkan Varel dan Edbert yang sudah mer
Dua ahli Keluarga Darmadi yang ada di sana tiba-tiba meledak menjadi kabut darah. Tubuh mereka hancur sampai tidak ada yang tersisa. Perubahan yang tiba-tiba ini membuat semua orang di sekitar langsung menatap ke arah Afkar.Para ahli Keluarga Darmadi yang awalnya menekan lawan mereka, berhenti sejenak begitu melihat Afkar. Seluruh medan pertarungan mengalami ketegangan sesaat. Semua pihak juga berhenti bergerak untuk sementara.Termasuk Febrian yang sedang menuju ke arah Varel dan Edbert untuk membunuh mereka, ekspresinya juga berubah beberapa kali."Afkar!""Itu Afkar!""Orang itu sudah pulang?"Para ahli Keluarga Darmadi serentak terkejut dan mengeluarkan seruan. Ekspresi mereka dipenuhi dengan rasa dingin yang tak bersahabat."Afkar pulang?""Pak Afkar!""Pak Afkar sudah pulang!"Di pihak mereka, ekspresi semua orang langsung berubah ceria dan penuh semangat. Pada saat ini, dengan ekspresi dingin dan mata tajam, Afkar memindai seluruh medan pertarungan. Wajahnya penuh dengan aura m
Bagaikan seekor binatang buas yang menggila, Fadly menyerbu dengan keras ke arah ahli Keluarga Darmadi yang ada di depannya, lalu menggigit sisi lehernya. Seolah-olah, hanya dengan menelan darah dan daging musuh, kebenciannya yang mendalam baru bisa terbayar."Aaaargh!" Ahli Keluarga Darmadi itu menjerit kesakitan. Darah langsung memancar keluar dari lehernya. Sebelum itu, mungkin dia tidak pernah membayangkan bahwa Fadly yang sudah terluka parah ini, masih bisa bertarung mati-matian dengannya."Bagus! Cepat, manfaatkan kesempatan ini untuk membunuhnya!" Melihat kejadian itu, mata kedua ahli Keluarga Darmadi lainnya berbinar-binar.Setelah saling bertukar pandang, senyuman kejam muncul di wajah mereka. Mereka berniat untuk memanfaatkan kematian rekan mereka untuk memberikan serangan terakhir yang mematikan pada Fadly."Fad!" Suara Gauri berubah menjadi serak. Di sisi lain, dengan ekspresi penuh keputusasaan, Gwen sudah siap untuk mengikuti Fadly dan mati bersamanya.Sementara itu, di s
Di jalan tol.Saat melewati sebuah area peristirahatan, terlihat sebuah papan petunjuk yang menunjukkan bahwa jarak ke pusat kota Kota Nubes masih 15 kilometer.Saat itu, Afkar yang duduk di kursi penumpang memberi tahu Felicia di sebelahnya, "Sudah hampir sampai kok. Masih belum sampai pukul 11:00, kita pasti bisa sampai tepat waktu untuk makan siang di pesta ulang tahun Ayah. Jangan terlalu buru-buru. Kamu sudah ngebut lho."Mereka berdua bergantian mengemudi sepanjang perjalanan. Kini, kecepatan mobil ini sudah mencapai hampir 180 kilometer per jam sehingga mobil-mobil di belakang, termasuk mobil Dara, sudah tak terlihat lagi.Dengan kecepatan seperti itu, kalau Afkar sendiri yang mengemudi, dia tentu tidak akan terlalu khawatir. Hanya saja, yang mengemudi sekarang adalah Felicia .... Dia sedikit meragukan kemampuan berkendara seorang wanita."Oh, oke ...." Felicia yang sudah merindukan keluarganya pun melirik Afkar sejenak, tetapi tetap menurunkan kecepatan.Akan tetapi, pada saat