Share

Bab 12

Author: Cahaya Suci
Pada pukul 9 malam. Angin berembus meniup pepohonan, terdengar gemerisik daun-daun yang jatuh.

Anisa keluar dari taksi, dinginnya angin membuat dia menggigil. Dia memeluk tasnya sambil berlari ke dalam rumah.

Anisa pergi dengan mengenakan kemeja polos, tetapi pulang dengan mengenakan gaun mewah yang seksi. Theo mengepalkan tangan saat melihat Anisa yang mengenakan pakaian seperti itu untuk menyenangkan pria lain.

Ketika melepaskan sepatu, Anisa baru menyadari keberadaan Theo yang sedang duduk di sofa. Hari ini Theo mengenakan pakaian berwarna hitam, auranya terasa dingin dan suram.

Anisa tidak berani menatap Theo terlalu lama, dia langsung menundukkan kepala.

Setelah melepaskan sepatu, Anisa bingung apakah dia harus menyapa Theo. Bagaimanapun tadi pagi Theo sudah berbaik hati memberikannya tisu.

Anisa berjalan ke ruang tamu dengan perasaan gugup. Suasana malam ini terasa berbeda, biasanya ada Bibi Wina yang menyambut kepulangan Anisa.

Jangan-jangan Bibi Wina sedang tidak ada di rumah?

Anisa menghela napas, jantungnya berdegup sangat kencang. Mau tidak mau dia harus menyapa Theo.

"Sini!" Suara Theo terdengar dingin.

Di ruang tamu hanya ada mereka berdua, Anisa tidak bisa berpura-pura bodoh.

"Ada apa?" tanya Anisa.

"Sini!" Suara Theo terdengar semakin dingin.

Anisa berjalan mendekati Theo secara perlahan-lahan. Meskipun Theo belum bisa berjalan, Anisa tidak berani membantah perintahnya.

Sesampainya di samping Theo, Anisa menundukkan kepala sambil bergumam, "Ada apa? Ma membicarakan masalah perceraian?"

Theo mengangkat kedua alisnya, dia mencium aroma alkohol. Anisa minum alkohol?

Theo mengangkat kepala, dia tak dapat menyembunyikan kebencian yang terpancar dari tatapannya. Kemudian dia menggenggam pergelangan tangan Anisa dan bertanya, "Pergi minum-minum? Seru?"

Anisa merasa kesakitan, tulang tangannya terasa mau remuk. Dia berusaha mengempaskan tangan Theo, tetapi tenaganya tidak cukup besar.

"Theo, lepaskan! Sakit!" kata Anisa sambil meneteskan air mata.

Semakin Anisa memberontak, Theo mencengkramnya semakin kuat. Theo sengaja menyakiti dan membuat Anisa menangis.

"Aku tanya ... seru, tidak? Jawab!" Theo makin kesal melihat raut wajah Anisa yang kesakitan.

"Apanya? Aku tidak mengerti maksud kamu!" Anisa berhenti memberontak, lalu berkata sambil menangis, "Aku nggak pergi minum-minum!"

Anisa menangis karena kesakitan sekaligus ketakutan.

Kemudian Theo menarik Anisa ke dalam pelukannya. Anisa mengaku tidak minum, tetapi Theo mencium aroma alkohol di tubuhnya.

Theo mencium leher Anisa, tidak ada aroma alkohol. Aneh sekali?

Anisa menggeliat seperti cacing, dia geli saat ujung hidung Theo menyentuh kulitnya. Saking takutnya, Anisa sampai menahan napas selama beberapa detik.

Akhirnya Theo melepaskan Anisa. Meskipun begitu, pergelangan tangannya masih terasa sakit.

Mengetahui kaki Theo yang belum sembuh, Anisa sengaja meremas pahanya saat ditarik tadi. Namun sepertinya Theo tidak merasakan apa-apa, dia mengangkat kepala dan kembali menatap Anisa dengan tatapan dingin.

"Ada aroma pria lain di pakaianmu. Mau kamu robek atau aku yang robek?" tanya Theo.

Ada aroma pria lain? Theo memintanya buka baju? Sekarang?

Begitu terbangun dari lamunan, Anisa memegang dadanya dan hendak kabur. Namun Theo tidak melepaskannya begitu saja, dia kembali menarik Anisa dan merobek pakaiannya.

"Sret ...."

"Ah ...." Anisa ketakutan, malu, kesal, marah, semua emosi terasa campur aduk. "Theo! Kamu sudah gila?"

Theo memegang lengan Anisa sambil memperingatkannya. "Ingat statusmu sekarang, kamu adalah istriku, Theo Pratama!"

Anisa menangis tersedu-sedu, dia merasa sangat terhina diperlakukan seperti ini.

Wakil presdir Kintara Group yang mempersiapkan pertemuan malam ini. Dia juga yang menyiapkan gaun untuk Anisa.

Kedua CEO bank memang memaksa Anisa minum, tetapi dia menolaknya. Kedua CEO tersebut terus memaksa sampai Anisa marah. Akhirnya dia meninggalkan makan malam tersebut.

Sekarang Anisa sedang hamil, dia tidak boleh dan tidak mungkin minum alkohol.

"Theo, aku sama sekali nggak peduli mau jadi istrimu atau tidak. Jangan menggunakan standarmu untuk memaksaku!" Anisa bangkit berdiri sambil memeluk tubuhnya dan membentak, "Kamu benar-benar menyebalkan!"

Anisa jarang memarahi orang, tetapi kali ini Theo sudah kelewatan. Theo terus menerus menindasnya, Anisa juga punya batas kesabaran.

Setelah masuk ke kamar, Anisa membanting pintunya.

Wajah Theo terlihat dingin, tadi dia memang terlalu emosi dan gegabah. Hari ini dia menunggu Anisa sejak sore. Awalnya dia berpikir kalau Anisa akan datang dan meminta bantuan, tetapi sayangnya tidak ....

Daripada meminta bantuan Theo, Anisa lebih memilih menemani pria lain. Jelas, Theo tak bisa menerima kenyataan ini.

Walaupun Anisa tidak mengatakannya secara langsung, Theo tahu betapa wanita itu membencinya.

Tiba-tiba ponsel Theo menyala. Dia mengambil ponselnya dan membaca pesan yang dikirimkan Eden.

[ Pak Theo, Nona Anisa sudah sampai di rumah? Kebetulan aku dan Pak Sabai bertemu Nona Anisa di restoran. Nona Anisa bertengkar sama kedua CEO itu, lalu pergi begitu saja. Mereka bahkan belum mulai makan. ]

Wajah Theo terlihat makin muram. Walaupun tidak minum-minum, tak seharusnya Anisa pergi dan berpakaian seseksi tadi.

....

"Tok, tok." Seseorang mengetuk pintu kamar Anisa.

Anisa bangun dari tempat tidur dan membuka pintu.

"Nona, Tuan memintaku untuk mengantarkan makanan. Aku tidak tahu Nona mau makan apa, jadi aku masakin mi." Bibi Wina meletakkan makanannya ke atas meja.

Anisa baru selesai mandi. Dia masih belum bisa melupakan tindakan Theo yang keterlaluan.

"Apa maksudnya?" Anisa melirik mi yang diberikan. Walaupun lapar, Anisa tidak berani langsung menyantapnya.

"Tuan pasti menyesali perbuatannya tadi. Setelah Nona masuk ke kamar, suasana hati Tuan terlihat kurang bagus," kata Bibi Wina sambil mengambil gaun Anisa yang robek. "Nona, mau aku jahit?"

"Tidak perlu. Gaun itu pinjam, bukan beli. Bawa gaunnya ke Theo, aku tidak ada uang buat ganti rugi," jawab Anisa.

"Oh ...."

Anisa menghela napas, lalu duduk dan berkata, "Dari mana aku punya uang ganti rugi ...."

"Baiklah. Nona, makan dulu, terus tidur. Besok Nyonya Besar pulang dari rumah sakit, Tuan mau membawa Anda ke rumah keluarga besar."
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ratu Incces Gelamour
katanya hamil kok minum minuman keras seperti Alkohol
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 884

    Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 883

    "Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 882

    Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 881

    "Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 880

    Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 879

    Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status