Share

Bab 15

Penulis: Cahaya Suci
Wanita hamil dan orang tua cenderung kekurangan vitamin kalsium. Oleh sebab itu kalsium paling banyak dikonsumsi oleh orang lanjut usia dan ibu hamil.

"Apa aku ada kewajiban memberi tahu semua makanan, minuman, obat, bahkan sampai vitamin yang aku konsumsi?" Meskipun panik, Anisa tetap berusaha bersikap tenang.

Setelah bicara, Anisa langsung berlari ke kamar. Sesampainya di kamar, Anisa menyimpan vitamin kalsium ke dalam laci, lalu pergi mencuci tangan dan wajah.

Tidak bisa seperti ini terus. Kalau Anisa tidak segera meninggalkan rumah ini, suatu saat pasti akan ketahuan.

Semua surat dokter ada di dalam lemari. Jika Theo menggeledah kamarnya, semua akan langsung terungkap.

Namun akal sehat Anisa mengatakan bahwa Theo memang gila, tetapi dia tidak mungkin menggeledah kamar Anisa.

Tanpa persetujuan Theo, mereka tidak mungkin bercerai. Theo telah memberikan mahar yang banyak.

Anisa duduk di tempat tidur sambil melamun. Rasa laparnya bahkan sudah hilang.

Tak berapa lama, seseorang datang mengetuk pintu kamarnya.

"Siapa?" tanya Anisa.

"Nona, Tuan sudah kembali ke kamar. Ayo, makan dulu," jawab Bibi Wina.

Selain Theo, sebenarnya semua orang di rumah ini memperlakukan Anisa dengan sangat baik. Terutama Bibi Wina, dia selalu berusaha menjaga Anisa.

Anisa pun bangkit berdiri, lalu membuka pintu kamar dan turun bersama Bibi Wina.

Sesampainya di ruang makan, Anisa berkata, "Bibi, makanannya terlalu banyak. Aku tidak bisa menghabiskannya sendiri. Bagaimana kalau Bibi juga ikut makan?"

Bibi Wina tersenyum mendengarnya. "Nona, makan saja semampumu. Di rumah ini ada aturan. Aku tidak boleh melanggarnya."

"Oh. Emm, Bibi ... apakah kamu punya anak?" Anisa berani bertanya seperti ini karena Theo sudah kembali ke kamar.

"Ada, sudah kuliah. Kurang lebih seumuran sama kamu. Nona, kenapa tiba-tiba bertanya seperti ini?" tanya Bibi Wina.

Wajah Anisa memerah, dia tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, aku cuma bertanya. Aku dengar kehamilan bisa mengubah bentuk tubuh? Tapi badan Bibi masih bagus ...."

"Em, waktu hamil aku tidak nafsu makan. Habis melahirkan pun berat badanku tidak sampai 50 kg. Tubuhku memang tidak banyak berubah," jawab Bibi Wina.

"Berarti waktu hamil perut Bibi tidak besar?" Anisa kembali bertanya.

"Iya. Waktu usia kandunganku 7 bulan, bentuk perutku sama seperti orang yang mengandung 5 bulan. Setiap memakai baju yang kebesaran orang lain tidak akan tahu aku sedang hamil."

Jawaban Bibi Wina sontak memberikan Anisa sebuah ide.

Anisa hanya makan beberapa suap, dia harus menjaga berat badan agar perutnya tidak makin besar.

"Nona, kok makan sedikit sekali?" Bibi Wina curiga melihat Anisa yang cuma makan sedikit.

Anisa menjawab, "Aku tidak terlalu lapar. Bibi, lain kali tidak perlu masak terlalu banyak. Aku takut badanku semakin gendut."

"Nona sama sekali tidak gendut." Bibi Wina mengerutkan alisnya.

"Aku nggak suka olahraga, jadi lebih baik menjaga makan." Anisa bangkit berdiri dan kembali ke kamar.

Sesampainya di kamar, Anisa mengeluarkan hasil pemeriksaan tempo hari dan mengecek tanggal pemeriksaan selanjutnya. Kebetulan pemeriksaan selanjutnya adalah besok.

Anisa berbaring di tempat tidur dan mengelus perutnya. Dia mencoba merasakan keberadaan bayi yang ada di dalam kandungan ....

Walaupun jarang muntah, nafsu makannya menurun drastis. Selama beberapa hari terakhir Anisa terlihat lebih kurus, perutnya yang hamil pun terlihat rata.

....

Keesokan hari Anisa pergi ke rumah sakit lebih awal.

Hari ini pasien jauh lebih banyak daripada biasanya. Anisa baru mendapatkan giliran pada jam 12 siang. Semua hasil pemeriksaan baru bisa diambil jam 2, Anisa berencana makan siang ke restoran terdekat.

Setibanya di lobi rumah sakit, seseorang menepuk pundak Anisa dari belakang. Anisa menoleh dan melihat sebuah sosok familier.

"Ternyata benar kamu ...." Clara mengenakan kemeja putih yang dipadukan dengan jas berwarna hitam. Rambut yang diikat ke belakang serta riasan wajah yang sederhana membuatnya tampak menawan.

"Kamu sakit?" tanya Clara.

"Cuma pemeriksaan rutin." Anisa tidak mau banyak berkomunikasi dengan wanita ini.

Namun Clara tidak akan membiarkan Anisa pergi begitu saja. "Anisa, kamu belum makan, 'kan? Ayo, aku traktir. Kemarin aku memang salah, maafkan aku."

"Aku nggak marah," jawab Anisa.

"Oh, aku mau ngobrol sebentar sama kamu. Aku nggak ada niat jahat." Clara menunjukan ekspresi yang polos.

Sepertinya tidak sopan kalau Anisa menolak ajakan Clara.

Pengambilan darah harus dilakukan dalam keadaan perut kosong sehingga Anisa masih belum makan sampai sekarang.

Anisa sudah kelaparan, akhirnya dia menerima tawaran Clara dan pergi ke restoran terdekat.

Anisa memesan beberapa sayuran, sedangkan Clara memesan salad.

"Aku tidak makan karbo untuk menjaga berat badan." Clara bergegas menjelaskan saat melihat ekspresi Anisa yang tampak terkejut. "Aku dengan Tante Sabrina sangat menyukaimu makanya Theo nggak menceraikan kamu?"

Anisa meletakkan gelasnya, lalu bertanya, "Waktu ibunya mencari istri untuk Theo, kenapa kamu nggak mendaftarkan diri?"

Clara tersenyum kecut. "Waktu itu aku lagi liburan, aku juga nggak tahu soal perjodohan itu. Setelah aku pulang, ternyata kalian berdua sudah menikah."

"Oh? Kebetulan banget?" tanya Anisa.

"Kamu mencurigai aku? Anisa, nggak seorang pun yang berhak meragukan cintaku kepada Theo. Karena dia tidak menyukai anak-anak, aku sampai mengangkat rahimku. Apakah kamu berani?" Clara menantang.

Anisa terkejut mendengarnya.

"Aku nggak akan bisa punya anak, tapi aku nggak menyesal. Demi Theo, aku rela melakukan apa pun," kata Clara dengan bangga.

"Theo sudah gila, ternyata kamu juga gila. Setiap kambuh, dia akan menyakiti orang, sedangkan kamu menyakiti diri sendiri. Bodoh banget," jawab Anisa.

Bukannya mendapatkan pujian, Clara malah mendapatkan cacian.

"Kamu ngerti apa? Theo tidak pernah berinteraksi dengan wanita mana pun, tapi dia mau berinteraksi dengan aku." Clara terlihat sangat bangga.

"Clara, kamu salah. Dia menyukai wanita lain. Sebaiknya kamu berhenti bersikap bodoh." Anisa terlalu emosional sampai keceplosan.

Setelah berbicara, Anisa terkejut dan bergegas mengatupkan mulutnya.

Jika Clara mau berbuat bodoh, apa untung dan ruginya untuk Anisa?

Kalau sampai Theo tahu Anisa menceritakan rahasianya, Theo pasti akan menghukumnya.

Clara tertawa, lalu menatap Anisa dengan tatapan mengejek. "Nggak mungkin. Theo nggak mungkin suka sama kamu."

Anisa menghela napas. "Bukan aku, tapi wanita lain."

Clara bergegas membantah. "Mustahil! Selain aku, nggak ada wanita lain yang dekat sama Theo. Aku sudah berada di sampingnya selama 10 tahun, kakakku berteman dengan Theo selama 20 tahun. Aku adalah orang yang paling mengenal dia!"

Anisa tertegun mendengarnya. Dia tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang berbohong?

Namun apa untungnya Clara membohongi Anisa?

Kalau yang dikatakan Clara benar, lantas apa yang dilihat Anisa di laptop Theo?
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 884

    Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 883

    "Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 882

    Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 881

    "Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 880

    Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 879

    Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status