Share

Bab 71

Penulis: Kata Semesta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-26 15:16:21

Axel membuang tubuhnya di atas tempat tidurnya. Ia takut kalau Luina kenapa-kenapa, karena ia bisa melihat wajah Luina yang tadi sangat memerah.

“Apa gue tadi keterlaluan ke Luina?” ucap Axel, napasnya masih terengah.

Bayangan saat ia mengecup bibir Luina dan tangannya mengelus paha Luina kini berubah menjadi ketakutan yang dingin. Bukan karena Skala, tapi karena kemungkinan terburuk yang bisa menimpa Luina.

“Kalau Luina mati gimana? Dia tadi demam tinggi banget,” ucap Axel, matanya memandang kosong ke langit-langit, menyadari bahwa obsesinya hampir membahayakan nyawa Luina. Ketakutan akan konsekuensi yang jauh lebih besar daripada sekadar ketahuan, kini mencekiknya.

“Nggak boleh sampai ada yang tahu kalau gue tadi masuk kamar Luina. Kalau sampai Luina kenapa-kenapa, gue nggak mau disalahin, gue tadi cuma cium dan meluk dia sebentar. Gue nggak ngapa-ngapain,” ucap Axel, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak bersalah.

*****

Skala melihat jam menunjukkan pukul sa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bangun, Suamiku! Mari Bercinta   Bab 74

    Skala tidak membuang waktu. Dengan panik, ia langsung menggendong Luina di pelukannya, sedikit berlari menuruni anak tangga. Jantungnya berdebar kencang. Saat Skala hampir mencapai pintu utama vila, pintu itu terbuka, dan ia terhenti. Papanya, Axel, Sarah, serta saudaranya yang lain, baru saja pulang dari air terjun. Mereka semua terkejut melihat Luina yang terkulai tidak sadarkan diri di gendongan Skala. “Skala! Luina kenapa?” tanya Pak Aditya, suara cemasnya menggema di hall vila. “Aku nggak tahu, Pa. Tiba-tiba dia bilang sakit perut banget dan langsung pingsan,” jawab Skala, napasnya tersengal. “Aku mau ke rumah sakit,” tambah Skala, lalu kembali melangkah cepat, melewati kerumunan yang terkejut itu menuju mobilnya. “Papa ikut, Skala!” ucap Pak Aditya, tanpa ragu mengejar putranya, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Seketika orang-orang yang berada di sana terdiam, saling pandang karena bingung dan cemas. “Semoga Luina baik-baik aja,” ucap Desi lir

  • Bangun, Suamiku! Mari Bercinta   Bab 73

    Skala mengikuti navigasi, dan tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah kafe kecil yang dikelilingi kebun teh dengan pemandangan pegunungan yang menakjubkan. Suasananya sepi dan tenang, jauh dari keramaian vila. Mereka memilih tempat duduk di teras dengan pemandangan terbaik. Skala segera memesankan Luina teh hangat madu dan semangkuk sup krim. “Teh hangat, nggak kopi dingin. Aku nggak mau kamu sakit lagi,” ucap Skala. Luina mendengus. “Iya deh, Mas. My personal doctor,” candanya. Setelah beberapa saat menikmati keindahan alam dan kehangatan sup, Skala menatap Luina lekat-lekat. “Sayang, kamu masih kepikirin siapa yang neror kamu nggak?” tanya Skala, nadanya serius. Wajah Luina yang baru saja membaik seketika meredup. Ia menggenggam tangan Skala lebih erat. “Mas… jangan bahas itu lagi, aku udah nggak mau ingat kejadian itu, aku mohon…” lirih Luina. Skala segera menyadari kesalahannya. Ia seharusnya tidak mengungkit hal itu saat Luina sedang dalam masa pemulihan. “Maa

  • Bangun, Suamiku! Mari Bercinta   Bab 72

    Axel tampak santai, ia bercanda tawa dengan Reno dan Desi seolah tidak ada beban. Tante Ida dan Tante Sari sibuk menyiapkan bekal piknik yang berlimpah di pinggir sungai, mengatur tikar dan makanan. Sementara yang lain menikmati keindahan alam, Sarah duduk sedikit menjauh di dekat sebuah batu besar. Wajahnya terlihat pucat. Ia memegangi perutnya yang terasa tidak nyaman. Axel yang melihat Sarah sedikit terasing, menghampirinya. “Kamu kenapa? Nggak ikut gabung?” Sarah meringis. “Nggak tahu, Xel. Perut aku kembung banget, terus mual. Kayaknya aku masuk angin,” keluhnya. Axel hanya mengangguk, tanpa menunjukkan kepedulian yang mendalam. “Yaudah, kamu jangan minum es. Cari tempat yang hangat,” jawab Axel, lalu kembali ke Reno dan Desi untuk melanjutkan obrolan mereka, meninggalkan Sarah yang masih mual. Sarah mendesah. Mualnya semakin menjadi-jadi. Ia mencoba memijat pelipisnya. Dalam benaknya, ia mulai mengingat kembali hal-hal aneh yang ia rasakan belakangan ini. “Mual beg

  • Bangun, Suamiku! Mari Bercinta   Bab 71

    Axel membuang tubuhnya di atas tempat tidurnya. Ia takut kalau Luina kenapa-kenapa, karena ia bisa melihat wajah Luina yang tadi sangat memerah. “Apa gue tadi keterlaluan ke Luina?” ucap Axel, napasnya masih terengah. Bayangan saat ia mengecup bibir Luina dan tangannya mengelus paha Luina kini berubah menjadi ketakutan yang dingin. Bukan karena Skala, tapi karena kemungkinan terburuk yang bisa menimpa Luina. “Kalau Luina mati gimana? Dia tadi demam tinggi banget,” ucap Axel, matanya memandang kosong ke langit-langit, menyadari bahwa obsesinya hampir membahayakan nyawa Luina. Ketakutan akan konsekuensi yang jauh lebih besar daripada sekadar ketahuan, kini mencekiknya. “Nggak boleh sampai ada yang tahu kalau gue tadi masuk kamar Luina. Kalau sampai Luina kenapa-kenapa, gue nggak mau disalahin, gue tadi cuma cium dan meluk dia sebentar. Gue nggak ngapa-ngapain,” ucap Axel, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak bersalah. ***** Skala melihat jam menunjukkan pukul sa

  • Bangun, Suamiku! Mari Bercinta   Bab 70

    Skala mengemudi dengan kecepatan penuh menuju apotek terdekat. Jantungnya berdebar kencang memikirkan Luina yang sendirian di kamar dalam kondisi demam tinggi. Rasa bersalah karena meninggalkan Luina sendirian saat istrinya sedang sakit bercampur dengan rasa panik. Begitu sampai di sebuah apotek kecil yang masih buka, Skala mematikan mesin dan melepaskan sabuk pengamannya. Ia bergegas turun dari mobil, dan masuk ke apotek. Ia langsung menghampiri pelayan apotek yang berada di balik konter. “Selamat malam, Pak. Ada yang bisa dibantu? Mau cari obat apa?” tanyanya ramah. “Saya butuh obat penurun demam yang paling efektif untuk wanita dewasa. Suhu badannya tinggi banget,” jawab Skala, nadanya terdengar tergesa-gesa. Pelayan apotek itu segera mengangguk. Ia mengeluarkan beberapa kotak obat dari rak. “Untuk demam tinggi, Bapak bisa coba ini. Ini mengandung Paracetamol dosis tinggi dan sering direkomendasikan dokter. Atau, Bapak bisa juga coba yang ini, ini bekerja cepat dan bisa

  • Bangun, Suamiku! Mari Bercinta   Bab 69

    Sarah melihat Axel duduk sendirian, sedikit menjauh dari kerumunan, hanya mengamati api unggun dengan tatapan kosong. Sarah melihat ini sebagai peluang. Ia langsung menghampiri Axel, dan tanpa ragu, memeluknya dari belakang, merapatkan tubuhnya. “Kenapa sendirian, Sayang? Dingin lho di sini,” bisik Sarah, mencoba merayu Axel. Axel tersentak, tapi tidak melepaskan pelukan Sarah. “Nggak ada. Lagi mikir aja,” jawab Axel datar, namun tangannya meraih tangan Sarah yang melingkari perutnya. “Mikirin apa? Mikirin Skala yang tadi marah-marah? Atau mikirin aku yang baru aja kamu kasarain di kamar tadi?” bisik Sarah lagi, nada suaranya menggoda. “Aku suka kalau kamu kasar. Itu berarti kamu masih tergila-gila sama aku,” lanjutnya. Axel memejamkan mata sejenak, menikmati sensasi tubuh Sarah di punggungnya. “Shut up, Sarah. Jangan bahas itu di sini.” “Kenapa? Kita kan tunangan, Axel. Kita harusnya kelihatan lengket di depan semua orang. Biar mereka tahu kalau kita adalah pasanga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status