Share

Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah
Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah
Penulis: Iyustine

Bab 1

Penulis: Iyustine
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 16:16:21

“Tunggu!”

Lengkingan itu spontan membuat Fenita dan Kemal berhenti. Sedianya Kemal akan memasangkan cincin di jari manis Fenita. 

Malam ini adalah malam pertunangan mereka. Meski hanya dihadiri oleh keluarga Fenita dan Kemal, tetapi diadakan secara cukup mewah. Bertempat di sebuah resto terkenal milik Mama Erna, yang tidak lain ibu kandung Fenita.

“Tunggu, Mal. Tahan dulu!” Suara itu terdengar lagi.

Tidak berapa lama sang pemilik suara, seorang ibu bertubuh besar dari rombongan keluarga Kemal, terlihat berdiri. Dia lalu melangkah mendekati panggung kecil, di mana Fenita dan Kemal berdiri berhadapan, bersiap saling memasangkan cincin pertunangan. 

Fenita mengenal perempuan bertubuh besar itu. Dia Tante Desi, adik dari Bu Rinta, ibu kandung Kemal.

“Des, bukan waktunya bercanda!” tegur Bu Rinta, terlihat dia hendak menarik tangan sang adik ipar.

“Ini serius, Mbak, ini soal masa depan Kemal,” ujar Tante Desi tetap merangsek maju. Ternyata perempuan itu tidak menuju ke panggung, melainkan berbelok ke tempat duduk Mama Erna, di mana perempuan cantik itu duduk seorang diri.

Ya, berbeda dengan Kemal yang datang bersama keluarga besarnya. Fenita hanya punya Mama Erna sebagai satu-satunya keluarga. 

“Eh, bener loh. Kamu Erna yang itu kan?” Tante Desi tampak memperhatikan wajah Mama Erna dengan seksama.

Fenita kini menatap sang mama. Bisa terlihat dengan jelas dari tempatnya jika wajah Mama Erna menampakkan keterkejutannya.

“Siapa ya?” tanya Mama Erna sambil berdiri anggun.

“Erna, jangan pura-pura begitu. Aku tau kamu Erna anaknya Pak Hadi kan?” tuding Tante Desi. “Aku tau skandal kamu yang menghebohkan kampung kita dulu.”

Fenita melihat mamanya melebarkan mata. Bahkan sepertinya sang mama begitu kaget mendengar ucapan Tante Desi itu, Mama Erna sampai mundur dua langkah. 

Tante Desi terlihat menyeringai. Dia berbalik badan, menghadap kepada orang tua Kemal. 

“Mbak, aku kenal mamanya Fenita. Dia Erna, dulu babu di rumah orang kaya, terus dihamilin anak majikannya. Sudah pasti hasil hubungan tidak senonoh itu adalah Fenita. Jadi Fenita itu anak haram.”

Kalimat itu bagai sihir yang membuat suasana langsung senyap.

Saking senyapnya, saat Kemal terlihat kaget sampai menjatuhkan cincin yang dia pegang, bunyi itu terdengar bergemerincing sangat jelas.

“Sayang, apa itu benar?” desis Kemal.

Fenita menggeleng-gelengkan kepala. Penglihatannya mendadak kabur, tetapi dia memaksa untuk menatap Mama Erna kembali.  

“Mama,” panggil Fenita. “Itu nggak benar kan, Ma?”

Mama Erna terlihat menggigit bibirnya. Tampak gestur tubuhnya menyiratkan kegelisahan. 

“Mama, ini nggak benar kan?” Fenita mengulang pertanyaannya. Kali ini dia sudah setengah menjerit. 

“Dia nggak akan bisa membantah, karena itu fakta. Iya kan, Er?” Tante Desi bersuara lagi.

“Pertunangan ini batal!” seru Bu Rinta membahana. 

“Mah,” Kemal ikut berseru. Suaranya terdengar serak.

“Kita pulang, Mal. Mamah nggak sudi punya menantu anak haram.” Bu Rinta berdiri.

“Kemal, kehormatan keluarga lebih penting, kamu bisa mendapatkan gadis yang jauh lebih baik!” 

“Dan dari keturunan yang jelas!” tukas Tante Desi menambahkan ucapan kakak iparnya itu.

Rombongan keluarga Kemal pun berarak meninggalkan ruangan tanpa dikomando.

Fenita terpaku. Air mata menetes begitu saja. Dia berharap Kemal akan tetap berdiri di sampingnya. Namun hati gadis dua puluh tiga tahun itu hancur saat melihat sang kekasih bergerak turun dari panggung.

“Mas….”

Kemal terlihat tidak mengacuhkan panggilan Fenita. Lelaki itu dengan cepat menyatu dengan rombongan keluarganya.

Hal tersebut membuat Fenita tidak kuat lagi. Dia segera berlari menjauh. Di belakangnya suara-suara mulai membumbung. Bukan gelak tawa keceriaan seperti sebelumnya, tetapi gunjingan bernada menghina yang tentu saja ditujukan pada dia dan mamanya.

Gadis cantik itu terus berlari, hingga sampai di ruang kerja sang mama. Dia membanting pintu dengan amat keras. 

Fenita menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas kursi. Dia puaskan menangis di situ.

Selalu berakhir seperti ini. Tidak teman, sahabat ataupun kekasih. Fenita terus ditinggalkan orang-orang hanya karena dia tidak mempunyai ayah yang jelas. Dia anak haram, karena lahir tanpa seorang ayah yang sah. 

Sudah sejak umur dua belas tahun dia mengetahui fakta ini, ketika dia membaca akta kelahirannya dan tidak menemukan nama ayah di sana. Hanya tertulis Fenita Mutiara Ayu, lahir dari Ibu bernama Erna Yuningsih.

“Fe.” Suara Mama Erna terdengar seiring dengan pintu yang terbuka.

“Siapa, Ma? Siapa anak orang kaya yang menghamili Mama itu? Dia papaku kan?” Fenita menegakkan kepala. Menatap wanita yang telah melahirkannya itu dengan nyalang.

Erna menghela napas. Dia sudah tampak lebih tenang. Wajahnya yang masih segar di usianya yang empat puluh dua tahun, terlihat biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa.

“Sudahlah, Fe. Itu artinya Kemal tidak tulus mencintai kamu,” sahut Mama Erna enteng. “Kemal bukan pria satu-satunya di dunia.”

Fenita bertambah kencang menangis. “Ini bukan salah Kemal, Ma. Semua ini karena papaku yang nggak jelas. Setiap ibu pasti akan berpikir sama dengan Bu Rinta.”

“Fe, kamu itu cantik, masih muda, punya uang. Mama yakin kamu bisa dapat yang lebih dari Kemal. Laki-laki dari keluarga terhormat, terpandang. Bukan pekerja biasa macam si Kemal,” ujar Mama Erna. 

Gadis berkulit putih itu gegas mendekati sang Mama. “Ma, aku baru saja ditolak oleh keluarga yang biasa-biasa saja karena aku nggak punya papa yang jelas. Mama pikir, ada laki-laki dari keluarga terhormat yang mau menerima anak haram seperti aku?”

“Sudahlah, Fe.” Mama Erna terlihat membuang muka.

“Aku berhak tau siapa papa kandungku, Ma.”

Mata Fenita beradu dengan tatapan mata Mama Erna. 

“Fe, Mama hanya ingin melindungi kamu.”

Fenita menggebrak meja. Selalu kalimat itu yang mamanya beri jika dia menanyakan siapa ayahnya.

“Oke, kalau Mama lebih suka melihat aku tau dari orang lain, nggak apa-apa. Aku bisa ke rumah Tante Desi, biar aku tau semuanya dari dia. Lelaki bejat mana yang menjadi ayahku, setelah itu aku akan datangi rumahnya, aku obrak abrik keluarganya. Bila perlu aku viralkan!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 20

    Fenita membulatkan mata. Jadi kalau benar begitu, artinya dia bukan murni anak haram? Meskipun siri, sebenarnya Mama Erna dan Pak Galih menikah?Tiba-tiba Pak Galih merangkul Fenita dengan erat. Membuat Fenita sedikit gelagapan. Gadis itu spontan saja balas memeluk, lalu menyembunyikan wajahnya di dada Pak Galih.Sedang Pak Galih kembali menatap pada para wartawan yang sepertinya kalap mengabadikan momen mereka.“Ya, kami memang menikah siri, tapi sehabis melahirkan kami bercerai baik-baik,” desah Pak Galih.Fenita menegakkan kepala. Kembali menatap Pak Galih. Matanya sudah basah. “Benarkah?” lirihnya.Lirih sekali suara itu. Saking lirihnya, tidak dapat ditangkap oleh telinga siapa pun yang ada di sekitar situ. Sebab suara gemuruh dari para kuli tinta terus bergelombang naik. Gemuruh hebat, yang seakan-akan tidak menyisakan ruang sedikit pun bagi suara lain.“Mungkin kami bisa mendengar dari Bu Erna?” teriak salah satu di antara gerombolan wartawan yang duduk di sebelah kanan. Dia me

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 19

    Fenita menelan ludah. Dia sampai tidak mampu mengangguk. Namun kakinya melangkah, mengiringi ayunan kaki Pak Galih. Dia berjalan sembari menunduk, membiarkan ayahnya menuntun langkah. Sementara Mama Erna berjalan di belakangnya, berjejer dengan Keira dan Pak Ferdinand.Semakin jauh melangkah, Fenita merasa kakinya semakin lunglai. Apalagi saat melihat sebuah pintu besar yang terbuka, dan terdengar suara-suara bergemuruh dari sana. Tangan Fenita spontan meraih pinggang Pak Galih.“Tenanglah, semua akan baik-baik saja,” bisik Pak Galih sembari mengambil tangan Fenita yang sempat meremas pinggangnya. Kemudian dia genggam tangan anaknya itu.Dengan bergandengan, Pak Galih dan Fenita memasuki ruangan.Pak Ferdinand terlihat sigap mendahului, sehingga kini dia sudah berada paling depan. Sampai di depan deretan meja yang sudah diatur rapi, dia berseru dengan nada lucu, “Semua harus tertib, kalau tidak ingin ditendang keluar ya!”

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 18

    “Jangan berpikir ini pemerasan, Fe,” ujar Mama Erna. Dia kembali tertawa. Kali ini sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan yang dia tangkupkan beberapa detik.“Kamu tau? Ini adalah kerja sama yang saling menguntungkan!” tandas Mama Erna sambil meluruhkan tangannya. “Pak Galih dapat nama baik, kamu dapat uang. And happy ending untuk semua.”Mama Erna bertepuk tangan, dan kembali tertawa.Kedua perempuan cantik itu reflek saling menatap.Beberapa jenak Fenita hanya bisa terpaku, sampai akhirnya Mama Erna memalingkan wajahnya. Seringai kembali muncul di wajah Mama Erna, saat itulah dengan serta merta ada sesuatu yang melintas di kepala Fenita. Dia kemudian mulai tersenyum. Dari senyum tipis menjadi semakin lebar.Setelah sedari tadi dia membiarkan Mama Erna terus menerus mentertawakannya, sekarang dia ingin sedikit membalas. Dia tegakkan kepala, dagunya sedikit terangkat.“Dan Mama dapat apa? Kok a

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 17

    Kemal menghela napas. “Bu, jangan gegabah. Kita tidak boleh menunjukkan pada Fenita kalau kita menginginkan uangnya. Apalagi sampai meminta.”“Ibu kan tau sendiri, mamanya Fenita itu sepertinya sudah mencium niatku sedari awal,” lanjut Kemal. “Tadi sewaktu kami bersama, dia itu tiap detik mengingatkan Fenita bahwa aku ini mengincar uangnya. Nah, kalau Ibu begitu, nanti Fenita akan tersadar.”“Kalau Fenita sadar? Kita belum dapat apa-apa loh,” tambah Kemal. Nadanya sedikit naik.Bu Rinta mencebik. Gestur dan mimik wajahnya langsung memancarkan kekecewaan. Bola matanya memandang ke atas dengan gerakan perlahan.“Sabar ya, Bu. Kalau mau sukses harus bisa tahan diri,” Kemal menatap wajah ibunya. “Ingat, yang kita incar bukan hanya sejuta dua juta. Tapi bisa milyar. Milyar, Bu!”“Iya!” Bu Rinta memekik geram.“Kalau gitu, tolong beliin di toko online. Yang imitasi, dua puluh ribuan juga nggak apa-apa, Mal. Kalung sama gelang.” Bu Rinta berdiri. Dia melangkah, lalu mengambil sapunya.Sampai

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 16

    “Ibu ini kalau soal duit paling cepat deh,” celetuk Kemal.“Padahal dulu yang paling… .”Dia tertawa, sengaja tidak meneruskan kalimatnya. Hanya melirik penuh arti, lalu masuk ke dalam rumah.Bu Rinta yang sedianya belum beres membersihkan teras rumahnya, mengikuti langkah Kemal. Dia berpura-pura tidak mendengar ledekan dari anaknya itu.“Ibu bikinin kopi ya?” Bu Rinta meletakkan sapunya begitu saja dekat Kemal. Tanpa menunggu jawaban dari Kemal, Bu Rinta menuju dapur. Dan dalam waktu kurang dari lima menit dia sudah kembali dengan secangkir kopi instan.“Gimana? Dapat berapa juta dari Galih Sukma? Atau milyar ya, Mal?” tanya Bu Rinta seraya menghempaskan pantatnya ke sofa dekat Kemal. Wajahnya begitu serius.“Aduh, sabar dong, Bu. Masa langsung duit-duit aja,” gelak Kemal.Kemal melirik, tersenyum lagi. Namun dia tidak segera menjawab, dia lebih memilih untuk mengangkat cangkir kopinya. Menyeruput pelan-pelan sembari memejamkan mata. Jelas sekali dia sengaja menggoda ibunya.Bu Rinta

  • Batal Menikah Karena Tak Punya Ayah   Bab 15

    Mama Erna menghela napas. Dia menatap Kemal, lalu perlahan menyingkirkan tangan Fenita yang melingkari sekitar kedua pundaknya.“Mama kan sudah bilang, Fe. Papa kamu itu bukan orang sembarangan, kita tidak punya pilihan selain menurut apa katanya,” desah Mama Erna.Fenita dan Kemal berpandangan. Fenita bisa melihat, ada secuil senyum yang coba disembunyikan oleh Kemal, meski akhirnya senyum itu tidak jadi terkembang sempurna.“Jadi kita akan balik ke kantor Pak Galih?” Mama Erna melihat kepada Fenita.“O-oh, aku lupa menanyakan hal itu,” desis Fenita. “A-aku terlalu gugup tadi.”Kemal gegas menangkap tangan Fenita. “Nggak apa-apa, Sayang. Kita bisa—”“Mama telpon saja Pak Galih,” potong Mama Erna seraya meraih tasnya. Dan dalam sekejap tangannya sudah membawa telepon genggam ke telinga kanannya.Fenita melebarkan mata. Sejak kapan Mama Erna punya nomor Pak Galih? Rasa penasarannya yang menggunung terpaksa dia tahan, sebab dia melihat mamanya mulai bicara dengan nada amat formal dan se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status