Share

Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Penulis: Winarsih_wina

Cibiran Tetangga.

"Masak apa hari ini, Ris? Coba ganti menu yang agak enakan gitu. Apa tidak bosan si Bayu makan kangkung sama tempe dan ikan asin. Bukankah gaji suamimu besar delapan juta jangan kejam begitu semua kau habiskan buat keluargamu."

Aku menarik napas panjang mendengar ucapan pemilik warung dekat rumah. Lihatlah dia bahkan tau jumlah gaji mas Bayu suamiku. Taulah aku darimana dia mengetahuinya.

"Kau beruntung punya mertua sebaik, Bu Gendis. Dia jenis mertua yang baik hanya minta beras lima kilo dan uang seratus ribu saja disetiap anaknya gajian. Apalagi yang membuatmu tidak senang?"

Aku masih tetap diam mendengarkan wanita itu bicara meski makin lama tanganku gemetar mendengar apa yang dia pikirkan.

"Itu karena mbak Risma jenis wanita serakah dan bodoh. Dengan uang delapan juta setiap bulan tidak bisa merasakan masak enak. Bagaimana cukup keluarganya saja pengeretan."

Brak.....

Kali ini aku sudah cukup diam apalagi yang kali ini bicara wanita yang selalu mengoda mas Bayu.

"Kalau begitu kenapa kau tidak minta dinikahi mas Bayu? Daripada setiap malam menunjukan tubuh telanjangmu kepada suamiku lewat Vidio call."

Kedua wanita itu terkejut apalagi saat aku bicara tepat saat seorang wanita yang terkenal di kampung ini berjalan masuk.

"Apa maksudmu? Intan telanjang begitu saat Vidio call dengan suamimu, kok bisa kau tahan kalau aku sudah ku cakar mukanya?"

Wanita itu menatap Intan dan ibunya yang terlihat pucat pasi. Apalagi saat Bu Memes merapat kearahku.

"Sudah, kau mau belanja apa? Biar aku hitung daripada kau menyebarkan fitnah murahan."

Mendengar kata-katanya membuatku malas untuk melanjutkan belanja. Segera aku lemparkan sayuran yang sudah aku pilih, lalu berjalan keluar meninggalkan warung itu.

"Gak jadi, bisa saja sayuran ini tidak higienis lagi setelah di sentuh anakmu. Siapa tau tangannya bekas mengaruk kelaminnya yang terasa gatal itu."

Aku melenggang pergi meski masih aku dengar kedua anak-beranak itu mencoba membersihkan nama mereka. Biar saja belum saatnya membuka aib mereka, karena mas Bayu juga tidak bereaksi meski sudah melihat tubuh bugil Intan.

Setelah memutuskan tidak belanja di warung tetanggaku itu, aku terus menuju ke warung yang agak jauh dari rumah. Tidak apa lah sekalian olah raga.

Meski jauh lumayan lah tidak perlu mendengarkan suara sumbang yang menceritakan aib orang meski kali ini aku yang dijadikan bahan gosipan mereka.

Setelah selesai belanja aku melihat masih ramai saja tuh warung. Apalagi Bu Memes masih berada di tempat itu, melihatku membawa belanjaan mereka melirikku dengan senyuman di wajah.

"Sama saja sayur kangkung, tempe dan ikan asin. Kasihan Bayu hasil keringatnya di kekepi istrinya. Sampai harus makan menu yang sama setiap hari."

"Bu Memes gak tau apa-apa jadi gak perlu ikut bicara, kalau mau melihat orang telanjang tunggu saya ambil di rumah."

Aku menutup mulut Bu Memes karena dia terlihat hendak menyambung ucapan pemilik warung yang tak lain adalah ibunya Intan. Mendengar ucapanku Bu Memes nyaris jatuh karena mau mengejar, mana mau dia menunggu bahan berita yang sangat besar itu.

"Aku ikut mbak Risma memeriksa apa benar ucapannya. Tentu biar cepat kita lihat apa benar yang dikatakan mbak Risma."

Aku hampir tertawa memangnya siapa dia sampai begitu inginnya mengetahui siapa yang bohong. Melihat Bu Memes yang begitu semangat Intan mencoba mencegahnya.

"Bu Memes gak usah percaya nanti menyesal baru tau rasa. Rumah mbak Risma itukan jauh bikin capek disini saja, kalau benar Vidio itu ada pasti nanti menyebar di wa grup."

Aku tidak perduli dan memilih meninggalkan Bu Memes. Wanita itu terlihat ragu tapi rasa penasaran membuatnya mengikuti di belakangku."

Intan dan ibunya saling pandang aku rasa sudah ada rasa takut. walau sebenarnya belum ada niat untuk menunjukan ke orang lain soal Vidio itu. Biar aku beri sedikit kejutan agar Bu Memes sedikit mengerti kalau dia tidak perlu ikut campur."

Ditengah jalan aku merasa kasihan melihat wanita itu terlihat kelelahan. Bahkan berkali-kali dia berhenti hanya untuk menarik napas, tapi anehnya dia masih berusaha kuat untuk sampai di rumahku.

"Bu Memes lebih baik pulang saja. Belum waktunya saya tunjukan Vidio itu, tunggu tiba saatnya."

Mata wanita itu melotot setelah mendengar apa yang baru aku katakan.

"Apa maksudmu, Risma. Tadi kau bilang mau menunjukkan kepadaku, kenapa sekarang kau yang ingkar?"

"Maaf Bu Memes bukankah Intan itu wanita yang sama denganmu? begitu juga onderdilnya terus apa yang mau kau lihat lagi?"

Bu Memes menatapku seolah tak percaya aku bisa menipunya setelah berjalan sejauh ini kerumahku. Tanpa menghiraukannya aku segera masuk dan menutup pintu, malas saja melihat wajahnya yang selalu ingin tau urusan orang lain.

Walau sudah sampai dalam rumah masih aku dengar omelan Bu Memes. Wanita itu tak langsung pergi tapi memilih duduk dulu. Aku paham dengan tinggi tubuh 154 kg dan berat hampir 75 membuat dirinya kelelahan jika berjalan kaki.

"Perempuan sialan bisa-bisanya dia menipuku, lihat saja akan aku buat dia menyesal telah mengerjai aku."

Aku tak perduli lalu melanjutkan menuju dapur. Lebih baik aku masak perutku sudah mulai lapar, saat sedang menumis kangkung sebuah notifikasi wa terdengar.

Aku segera membuka pesan itu ternyata berasal dari wa grup keluarga mas Bayu. Di awali sebuah gambar pelaminan mewah. Tenyata Nina yang mengirimnya.

(Wah calon menantu orang kaya, cocoklah pelaminan juga harus tipe sultan.)

Komentar kakak mas Bayu. Tentu saja dia sangat senang melihat kebahagian adiknya. Wanita itu sebagai saudara tertua hidupnya sangat sempurna. Bebas tanpa beban karena semua ditangung mas Bayu sebagai anak kedua laki-laki.

(Pasti mahal harganya ya, Nin?)

Balasku tanpa menunggu lama sebuah balasan aku terima dari mbak Astri bukan dari Nina.

( Diam aja, Ris. jangan merusak suasana toh tak ada uangmu untuk menyumbang. Keluarga kami juga yang keluar uang.)

Aku tersenyum kecut tak melanjutkan komentar di wa grup. Hari ini mas Bayu gajian bagi wanita biasa uang 8 juta full diberikan kepadanya adalah anugrah tapi tidak untukku. Setelah mendapat uang gaji itu maka kepalaku akan terasa pusing teramat sangat.

Aku pernah berikan uang gaji mas Bayu kepada ibunya, tapi wanita itu menangis histeris Sampai mengundang warga datang. Akhirnya nasehat panjang harus aku dengarkan sebagai wejangan agar tidak menjadi menantu durhaka.

Setelah selesai mendengar nasehat warga yang di tuakan, akhirnya aku harus melihat wajah masam mas Bayu. Tentu aja dia marah karena mengagap aku tidak bersyukur mendapatkan semua gaji suamiku.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri dungu lagi yg cuman bisa menerima dan mengeluh dlm hati
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status