Share

Bab 6

Author: Tania Aurelia
“Karena dulu ayahnya lebih kaya,” ujar Mega sambil tertawa.

“Selama dikasih uang, aku rela melakukan apa saja. Sekarang dia sudah mewarisi bisnis keluarganya, tentu saja aku tak akan melepaskannya.”

“Kamu tahu selama enam tahun aku pacaran sama dia, dia itu segila apa? Selain aku, dia bahkan nggak pernah tertarik sama perempuan lain. Itulah kenapa usahamu untuk menggodanya gagal total.”

“Dia selalu menjaga dirinya hanya untukku. Kamu? Emangnya kamu siapa? Di acara lelang waktu itu, ada gelang giok yang aku suka, harganya setinggi langit, tapi dia tetap membelinya untukku tanpa ragu. Kamu pernah dapat perlakuan seperti itu?”

Setiap kalimat Mega seperti pisau tumpul yang mengiris dada Tasya. Dia balik bertanya, “Jadi kamu hanya ingin membuktikan kalau kamu bisa memenangkan semuanya?”

“Cukup memenangkan Gio dari tanganmu saja, itu sudah cukup bagiku,” jawab Mega sambil tersenyum.

“Nanti waktu dia keluar dari ruang operasi, biar kita lihat, nama siapa yang pertama disebut?”

Tasya masih menggenggam sejumput harapan yang tak realistis.

Mungkin… Gio masih punya sedikit nurani. Setidaknya Gio bakal ingat dengan dirinya, meski hanya sebentar.

Paling tidak, Gio seharusnya khawatir apakah dirinya berhasil keluar dari kobaran api atau tidak. Mereka sudah bersama selama tujuh tahun. Bahkan terhadap kucing dan anjing saja bisa timbul perasaan, apalagi terhadap seseorang.

Namun, satu jam kemudian, saat Gio akhirnya keluar dari ruang gawat darurat, bahkan saat efek biusnya belum hilang sepenuhnya, kalimat yang pertama diucapkan adalah, “Mega….”

Mega menoleh ke arah Tasya dengan tatapan penuh tantangan, “Bagaimana? Kali ini, aku yang menang lagi.”

Tasya menatap Mega yang berjalan mendekati Gio dan di saat itulah, secercah harapan terakhir dalam dirinya pun sirna.

Beberapa hari setelah itu, baik Tasya maupun Gio masih harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Setiap hari, Tasya melihat Mega merawat Gio dengan penuh perhatian. Mega terus berada di sisinya tanpa memberinya kesempatan sedikit pun untuk mendekat.

Sampai akhirnya, di sore hari saat Tasya dinyatakan boleh keluar dari rumah sakit, Gio datang ke ruang rawatnya.

Gio membawa makanan bergizi untuknya dan juga sebuah kotak kado elegan, “Tiga hari lagi hari ulang tahunmu. Di dalam kotak ini ada kunci. Hadiahnya kusimpan di lemari pakaian. Pakai kunci ini untuk membukanya.”

Tiga hari lagi.

Itu adalah hari kepergian Tasya.

Tasya menerima kunci itu tanpa ekspresi, hanya mengucapkan, “Terima kasih.”

Lalu mengambil tasnya dan bersiap mengurus surat keluar rumah sakit. Tapi, tiba-tiba sebuah formulir imigrasi jatuh dari tasnya.

Gio memungutnya sambil mengernyit, bertanya, “Apa ini? Kamu mau pindah keluar negeri?”

Tasya mengambil kembali formulir itu dan berbohong, “Itu punya temanku, dia menitipkannya di tasku. Kebetulan, aku mau kembalikan padanya.”

Barulah, Gio sedikit lebih tenang. Setelah diam sebentar, dia melihat wajah Tasya yang tampak semakin pucat dan kelelahan belakangan ini, lalu berkata, “Aku akan keluar dari rumah sakit tepat di hari ulang tahunmu. Nanti, aku akan merayakan ulang tahunmu. Tasya, tunggu aku pulang.”

Tasya tercekat, baru saja ingin bicara, tiba-tiba terdengar suara Mega dari lorong, “Gio, aku masak sup ayam untukmu….”

Begitu mendengar suara Mega, Gio langsung keluar dari ruang rawat Tasya dan percakapan mesra mereka berdua pun terdengar jelas.

Tasya tersenyum sinis. Dia mengemasi barang-barangnya sendiri dan bersiap keluar dari rumah sakit.

Namun, baru saja melangkah keluar dari ruang rawat, tiba-tiba dia diseret ke kamar mandi oleh seseorang.

Tasya terkejut dan langsung menoleh. Terlihat Mega berdiri di hadapannya dan menyeringai dingin, “Gio baru saja keluar dari ruang rawatmu. Jangan bilang kamu mau melanggar taruhannya. Sudah kalah, tapi masih saja menggodanya?”

Tasya menatapnya penuh amarah, “Nggak ada, aku sudah janji akan meninggalkannya, tentu saja nggak akan mengingkarinya.”

Wajah Mega langsung berubah dingin, “Kalau begitu, jauhi dia. Jangan terus-terusan muncul di hadapannya.”

Tasya tidak ingin berdebat lagi. Dia berusaha berdiri, tapi tanpa sengaja kakinya malah menyenggol Mega.

Mega pun naik pitam dan memerintahkan anak buahnya yang menahan Tasya, “Tekan kepalanya ke dalam kloset!”

Beberapa orang memegangi Tasya dan memaksa kepalanya masuk ke dalam kloset.

Mega bahkan beberapa kali menekan tombol flush sambil tertawa puas. Tasya menggigit kuat-kuat bibirnya agar tidak menelan air kotor dari kloset.

Sesekali, mereka membiarkan Tasya mengangkat kepala untuk bernapas, lalu kembali menekannya.

Tasya menghitung dalam hati, total 19 kali kepalanya ditekan dalam kloset!

Tepat 19 kali, seolah mengejeknya karena gagal menggoda Gio sebanyak 19 kali!

Sampai akhirnya, pintu kamar mandi terbuka dan Gio muncul, keningnya mengernyit, “Kalian sedang apa?”

Mega langsung menarik Tasya yang basah kuyup dan pura-pura menyeka kotoran dari tubuhnya.

Sambil tersenyum, Mega menjelaskan pada Gio, “Antingnya jatuh ke dalam kloset, dia bersikeras mau ambil sendiri. Aku sudah melarangnya berkali-kali, tapi dia tetap nggak dengar. Iya, ‘kan?”

Orang-orang yang sudah disuap oleh Mega langsung mengangguk, lalu buru-buru kabur dari sana.

Tasya terengah-engah. Dia mendorong Mega menjauh dan berteriak, “Dia yang menekanku ke dalam kloset! Dia menekanku 19 kali!”

Mega buru-buru bersembunyi di balik punggung Gio. Wajahnya tampak polos tak bersalah, “Gio, bukan aku. Kamu harus percaya padaku….”

Tasya menatap Gio, berharap dia bisa membela kebenaran.

Namun, ekspresi wajah pria itu tetap datar dan berkata, “Anting bisa dibeli lagi. Air kloset itu kotor, jangan dicari lagi.”

Mega tersenyum puas ke arah Tasya, lalu menggandeng lengan Gio keluar dari kamar mandi.

Tasya membeku di tempat.

Dia tak percaya, Gio benar-benar lebih percaya pada Mega.

Dia bahkan pura-pura tidak melihat tubuh Tasya yang basah kuyup dan penuh air kotor.

Fakta bahwa dirinya ditekan sebanyak 19 kali ke dalam kloset, tidak ada artinya dibandingkan dengan kalimat manis penuh kepalsuan dari Mega.

Tasya tertawa miris, merasa dirinya seperti badut yang paling menyedihkan. Dia memejamkan mata, menahan tangis yang penuh sakit hati.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bayang-Bayang Yang Terlambat   Bab 23

    Berita tentang kebakaran gedung kantor Grup Nando langsung viral malam itu juga, mengejutkan seluruh negeri.Sementara itu, Keluarga Setio yang sedang berada di luar negeri, baru mengetahui kejadiannya lima hari kemudian.Orang tua Tasya hanya bisa menghela napas prihatin, tapi Tania dan Tonio merasa semua itu memang pantas didapatkan Keluarga Nando.“Dari dulu, Keluarga Nando memang selalu memusuhi keluarga kita. Sekarang hancur karena ulah mereka sendiri, bisa dibilang itu karma mereka,” ujar Tania dengan kesal.Tonio juga setuju, tapi ibunya mengingatkan, “Jangan bilang ini ke Tasya. Dia akan menikah bulan depan, jangan biarkan hal ini merusak suasana hatinya.”Semua anggota keluarga pun mengangguk setuju. Ayahnya juga menyelipkan koran yang berisi berita itu ke bawah meja ruang tamu, menyembunyikan judul berita yang tertulis ‘Pertikaian Internal Grup Nando Sebabkan Kebakaran Hebat, Para Petinggi Tewas Di Tempat’.Dari semua korban, satu-satunya yang selamat dari kebakaran itu hanya

  • Bayang-Bayang Yang Terlambat   Bab 22

    Gio pulang ke negara asalnya di tengah malam. Dari sekretarisnya, dia mengetahui bahwa sebelum berangkat ke Negara F, dirinya sempat menyebut di sebuah pesta bahwa Tasya adalah istrinya. Seseorang yang hadir saat itu diam-diam merekam pernyataan itu, lalu memanfaatkannya untuk mengancam dewan direksi Grup Nando dan menuntut uang tutup mulut dalam jumlah besar.Hal itu membuat para anggota dewan kesal dan menduga Keluarga Setio yang membuat ulang di balik semua ini. Selama beberapa hari, mereka menyewa banyak peretas untuk membobol sistem Grup Setio dan mencuri sejumlah besar rahasia dagang.Begitu informasi itu tersebar, saham Grup Setio pasti akan anjlok, menyebabkan kebangkrutan besar-besaran, bahkan bisa menanggung utang dalam jumlah sangat besar.Saat tiba di ruang rapat dewan, Gio mendengar para petinggi senior sedang tertawa-tertawa dan berkata, “Kali ini, Keluarga Setio pasti tamat. Dalam dokumen-dokumen itu bukan hanya ada hasil kerja keras Pak Harris, tapi juga bukti suap ana

  • Bayang-Bayang Yang Terlambat   Bab 21

    Dalam beberapa waktu setelah itu, Gio masih bertahan di Negara F, berusaha mendapatkan pengampunan dari Tasya.Namun, Tonio mulai mengerahkan anak buahnya untuk memaksa Gio menandatangani surat cerai. Tapi, Gio tetap bersikeras tidak mau menyetujuinya, hingga akhirnya Tonio terpaksa menggunakan cara kotor yang tidak layak diumbar ke publik.Ancaman, intimidasi, kekerasan… semua cara sudah dicoba. Meski begitu, pengawal yang selalu bersama Gio cukup kuat untuk mengimbangi anak buah Tonio, hingga tak satu pun dari mereka bisa mendekat, apalagi mendapatkan tanda tangan asli darinya.Perseteruan antara dua pihak pun memanas dan hampir tak terkendali.Sampai akhirnya, pada suatu malam, keterlibatan Rey membuat Gio merasakan rasa sakit yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.Malam itu, Rey menelepon Gio, mengundangnya datang ke rumah Keluarga Soraya untuk membicarakan hal mengenai Tasya.Begitu melangkah masuk ke vila Keluarga Soraya, Gio mendengar suara berisik samar dari taman.Suarany

  • Bayang-Bayang Yang Terlambat   Bab 20

    Gio hanya bisa tertawa pahit. Dia tak percaya dengan ucapan Tasya. Perlahan, dia melangkah mendekatinya. Air hujan yang membasahi tubuhnya menetes ke atas karpet, membuat noda lembap yang gelap, persis seperti suasana hatinya saat ini.“Kamu nggak mungkin nggak mencintaiku,” kata Gio sambil menatap wajah Tasya, berusaha menangkap tanda-tanda bahwa Tasya sedang berbohong, “Kamu sudah mengorbankan begitu banyak untukku. Kamu mengejarku selama enam tahun penuh, mana mungkin bisa tiba-tiba berhenti mencintaiku?”Tasya tersenyum getir. Dia mendongak dan menatapnya, lalu berkata dengan lantang dan jelas, “Gio, jadi kamu juga tahu aku sudah mengorbankan banyak hal untukmu?”Nada bicaranya penuh sindiran, membuat dada Gio serasa diremas kuat, sesak dan menyakitkan.“Justru karena aku tahu kamu sudah berkorban banyak, makanya aku ke sini untuk menjemputmu pulang. Tasya, aku sudah tahu salah. Aku sudah melakukan banyak kesalahan sebelumnya, tapi aku mau berubah. Tolong kasih aku kesempatan lagi

  • Bayang-Bayang Yang Terlambat   Bab 19

    Malam setelah acara pertunangan berakhir, hujan deras mengguyur di luar.Di dalam ruang kerja vila Keluarga Setio, akhirnya Tasya menceritakan semua kebenaran tentang pernikahan rahasianya dengan Gio.Dia mengungkapkan segalanya, dari hubungan rahasia mereka, pernikahan tanpa sepengetahuan keluarga, hingga taruhan dengan Mega yang membuatnya kalah, serta berbagai penderitaan yang dia alami. Tasya menceritakan semuanya dengan jujur.Wajah seluruh anggota Keluarga Setio terlihat sangat muram setelah mendengar semua itu.Awalnya, Tasya mengira mereka akan memarahinya karena pernah menjalin hubungan dengan Keluarga Nando, tapi yang mengejutkan, kedua orang tuanya justru hanya merasa sedih, “Putri Keluarga Setio yang begitu pintar, begitu cantik dan begitu berkuasa, bisa-bisanya disakiti oleh Gio sampai sebegitunya?”Tania memandangi luka bakar di tangan kiri adiknya, air matanya pun jatuh, “Jadi waktu itu kamu bohong bilang kena cipratan minyak panas, ternyata itu bekas disiram air keras?

  • Bayang-Bayang Yang Terlambat   Bab 18

    Para tamu di dalam ruangan juga mulai berbisik-bisik penuh keterkejutan.“Bukannya itu Pak Gio dari Keluarga Nando? Kok dia bisa ada di sini?”“Bukannya Keluarga Setio dan Keluarga Nando itu musuh bebuyutan? Mustahil Keluarga Setio mengundangnya.”“Lihat saja, wajah Pak Harris langsung memuram.”Gio tak menghiraukan tatapan para tamu. Dia naik ke atas panggung, matanya hanya tertuju pada Tasya. Lalu dengan suara tercekat, dia berkata, “Tasya, aku datang untuk menjemputmu pulang. Ayo, pulanglah denganku.”Seketika, Tasya tercengang dan tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Di kepalanya hanya ada satu pertanyaan, kenapa Gio bisa ada di sini?Bagaimana Gio tahu kalau dirinya datang ke Negara F?Dan barusan dia bilang pulang… jadi maksudnya dia mengejarku sampai ke sini?Tidak! Tidak mungkin! Bukankah seharusnya dia sedang bermesraan dengan Mega sekarang? Dia tak punya alasan untuk datang mencariku.Kepergianku seharusnya adalah berita gembira baginya.Tasya mundur selangkah, secara ref

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status