LOGINPada hari aku yang mengajukan perceraian, Mark langsung menyiapkan surat perjanjian cerai dengan tidak sabar. Lima tahun lalu, dia terpaksa menikahiku. Kini, akhirnya dia benar-benar bebas. Di hari kami mengurus proses perceraian, Mark datang bersama cinta sejatinya. Wajahnya penuh kegembiraan dan sindiran. "Karen, akhirnya kamu berakhir semenyedihkan ini." Aku menatap punggungnya yang perlahan mengabur dalam pandanganku. Menyedihkan ya? Di kehidupan berikutnya, tidak akan lagi.
View MoreAku mencari ke segala arah, tapi tetap tidak melihatnya. Sampai akhirnya, kulihat kerumunan orang mengelilingi taman kecil di pinggir taman kota. Melalui celah di antara kerumunan itu, sepertinya aku melihat sosok yang sangat familier.Sosok itu ... seperti Karen.Langkahku langsung kacau saat berjalan ke sana. Minuman hangat yang kubawa sudah tumpah lebih dari separuh dan membakar kulit tanganku hingga memerah.Wajahnya pucat pasi. Dia tergeletak di tanah, seakan-akan tak lagi bernyawa.Tanpa memedulikan apa pun lagi, aku langsung menerobos maju dan memeluknya. Baru saat itulah aku sadar, bajunya telah basah oleh darah.Bagaimana bisa ... kenapa bisa begini?Tiba-tiba, sebuah ingatan melintas di benakku saat kami bercerai. Setelah dia pergi, ada setengah tempat sampah di kantorku yang dipenuhi tisu. Petugas kebersihan sempat bertanya padaku, apakah ada orang yang terluka.Namun, waktu itu pikiranku sedang dipenuhi tentang bagaimana caranya membalas dendam pada Karen. Aku sama sekali t
Saat hendak pergi, aku bertabrakan dengan seseorang. Saat mendongak dan melihatnya, orang itu adalah Mark. Sepertinya dia sengaja menungguku di sini.Namun, kami sudah bercerai. Aku benar-benar tidak tahu alasan apa yang membuatnya ingin menemuiku. Jadi, aku berjalan melewatinya tanpa meliriknya lagi sama sekali.Langkahku pelan. Dia masih berdiri di tempat, mungkin tidak menyangka aku sama sekali tidak bicara padanya. Akhirnya dia mengejarku dan berdiri menghalangi jalanku dengan wajah agak bingung."Kamu mau ke mana?"Air mataku belum kering sepenuhnya. Aku menatapnya dengan jengkel, "Bukan urusanmu."Matanya tampak terkejut. Mungkin karena aku terlalu penurut saat bertahun-tahun bersamanya dan jarang sekali berbicara dengan nada seperti itu. Dia terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menarik lenganku dengan kening berkerut, "Ikut aku pulang ke rumah."Aku merasa akhir-akhir ini aku semakin sering berhalusinasi. Ini pertama kalinya aku mendengar Mark menyebut kata "rumah" padaku.Yan
Ini pertama kalinya Mark menunjukkan kepedulian yang begitu serius kepadaku. Aku justru merasa lucu. Kami sudah bercerai, baru sekarang dia sadar kalau aku makin kurus.Sepertinya selama ini aku memang terlalu pandai berpura-pura di depannya. Namun kenyataannya, aku tak pernah berpura-pura. Aku benar-benar sekarat.Sebelum aku sempat menjawab, Mark menerima panggilan telepon dan bersiap pergi. Aku tidak terlalu jauh darinya, jadi aku bisa mendengar suara lembut dari seberang. Loreita yang menelepon.Dia menanyakan kapan Mark akan pulang dan bilang sudah menunggunya untuk makan bersama.Aku tersenyum pahit dan menggeleng. Barusan aku bahkan masih sempat berandai-andai kalau pria ini benar-benar peduli padaku.Aku pulang ke rumah sakit dengan naik taksi, lalu tidur dengan nyenyak. Saat bangun, aku meminta Phil menemaniku ke mal terdekat untuk membeli baju baru.Aku berpikir, besok saat pergi ke makam bersama kakakku, aku harus terlihat lebih segar.Setelah memakai baju baru itu, aku mena
Aku tiba-tiba merasa agak sedih. Selama bertahun-tahun ini, hubunganku dengan kakakku sudah terlalu renggang. Sejak orang tua kami meninggal, kami bahkan tidak pernah benar-benar duduk dan mengobrol dengan baik.Setelah lama diam, dia merapikan selimutku dan berkata, "Mimpi buruk lagi ya? Tidur saja, aku akan berjaga di sini."Mataku memerah, aku kembali berbaring mendengar ucapannya."Kak." Aku menjulurkan kepalaku, bertanya kepadanya dengan hati-hati, "Kakak masih marah sama aku?"Lampu sudah dimatikan. Dalam gelap, kakakku menjawab, "Aku nggak marah, ini semua salahku. Malah kamu yang menanggung semua beban selama ini."Aku menarik selimut lagi dan menutupi kepala, lalu diam-diam menangis di baliknya. Seolah-olah semua kesedihan selama ini perlahan-lahan menghilang pada momen itu.Setelah waktu yang lama, aku membuka selimut dan melihat kakakku masih duduk diam di samping ranjang, menjagaku.Aku teringat perban putih yang membungkus tangan kirinya. Dengan suara serak, aku bertanya,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews