Share

Bayang Masa Lalu
Bayang Masa Lalu
Penulis: rannty

Prolog

šŸ“š Raka...

Dalam berbagai kehidupan, status sosial selalu menjadi yang pertama dinilai. Bagaimanapun pintarnya seseorang, tidak akan membantunya melewati rintangan status tersebut.

Raka, laki-laki beruntung karena terlahir memiliki IQ yang tinggi. Selalu mengharumkan nama sekolah di mana pun ia berada. Namun, berapa banyak penghargaan yang ia dapat, tidak bisa menaikkan status sosial di mata masyarakat.

Hidup di tengah keluarga biasa, membuat Raka harus berusaha keras dalam segala hal.

"Hahaha, pantas saja ibumu kabur. Ayahmu yang miskin itu pasti tidak bisa membahagiakannya." Hinaan demi hinaan selalu Raka dengar dari teman-teman sebayanya.

"Lihat saja anak-anaknya. Wajah memang tampan, tapi ngga bisa bikin kenyang, hahaha." Hinaan seperti itu sudah menjadi makanan Raka dan kedua adiknya sehari-hari.

Riko dan Reno, dua adik laki-laki Raka. Usia mereka saat ini, seharusnya berada di tahap yang paling menyenangkan semasa sekolah. Namun, berbeda dari yang mereka rasakan. Status sosial yang selalu Raka terima, juga harus mereka tanggung.

Pak Nando, ayah dari tiga saudara tampan itu memiliki suatu penyakit yang selalu menjadi kendala baginya. Terik sinar mentari menjadi kelemahannya. Beliau tidak bisa bekerja di bawah sinar mentari yang begitu terik. Namun, keadaan sosial yang seperti sekarang membuat Pak Nando melawan keras penyakitnya.

"Bapak di rumah saja, biar aku yang kerja. Doakan, semoga jalan yang kulalui bisa membuat kita semua memiliki hidup lebih layak," ucap Raka saat akan pergi mencari pekerjaan.

Dengan nilai dan prestasinya selama sekolah, seharusnya bisa membuat Raka diterima di perusahaan ternama. Dia sangat percaya diri, melamar di perusahaan no.1 di negerinya.

Tidak hanya fokus pada satu perusahaan, Raka juga melamar ke berbagai perusahaan lain. Berharap salah diantara perusahaan itu bisa menerimanya menjadi karyawan magang dan beralih ke karyawan tetap.

"Wah, coba lihat! Ada si miskin kita di sini, mau melamar di perusahaan no.1? Mimpi saja," ejek salah satu teman yang sangat Raka kenal. Bukan hanya Raka, beberapa pemuda di daerah Raka tinggal, juga banyak yang melamar di perusahaan tersebut.

"Hahaha, bener banget. Pintar saja tidak menjamin, harus ada jalan belakang juga." Tambah teman yang lain.

Raka tidak mempedulikan ucapan teman-temannya, dia tetap melangkah maju dengan percaya diri memasuki perusahaan.

Pihak keamanan mempersilahkan para calon karyawan baru, untuk memasuki ruang interview yang sudah disediakan. Tahun ini, perusahaan Yasashi memang sedang mencari karyawan dalam jumlah yang cukup banyak.

Tidak heran, Raka bisa bertemu beberapa pemuda yang selalu mengejeknya. Namun, itu tidak jadi masalah baginya. Raka percaya, Tuhan selalu ada untuk semua umatnya yang selalu berusaha dan berdoa kepada-NYA.

"Selamat bergabung di Yasashi. Untuk masalah kontrak dan pekerjaan, bisa dibicarakan dengan Manajemen HRD." Raka berhasil melewati tiga tahap, dalam proses penerimaan karyawan Yasashi.

Bukan hanya diterima, Raka juga mendapat posisi yang cukup tinggi dibandingkan para pemuda yang selalu memandang rendah dirinya.

"Ah, kenapa dia bisa mendapatkan jabatan itu?" geram pemuda pertama dari 3 orang yang mengejeknya.

"Bagaimana sekarang? Dia semakin besar kepala saja nanti," timpal pemuda kedua.

"Kita kerjain aja, biar dia kapok dan ngga macem-macem sama kita ke depannya." Tambah pemuda ketiga.

ā˜•ā˜•

šŸ“š Rama Adiyasa...

Perusahaan ternama dan menjadi no.1 di Indonesia, Yasashi. Memiliki seorang pewaris tunggal di mana kehidupan pribadinya tidaklah seberuntung nasibnya. Rama Adiyasa, terlahir dengan IQ di bawah rata-rata yang menjadikannya sasaran para saudara-saudara sepupunya.

Selalu ditindas, dihina bahkan kerap kali mendapat perlakuan tidak mengenakkan. Tidak ada orang tua yang bisa membelanya, hanya memiliki seorang kakek. Namun, sang kakek tidak bisa membantunya, karena semua yang para saudara Rama katakan benar adanya.

Tinggal dalam satu rumah yang sama, membuat Raka selalu ditindas. Meski kedua pamannya tidak mempermasalahkan hal mengenai hak waris perusahaan, tapi dua saudara laki-laki Rama selalu saja menginginkan posisi Direktur Utama di Yasashi.

Perusahaan itu bukanlah warisan turun temurun kakek mereka, tapi hasil kerja keras ayah dan ibu Rama semasa hidup.

"Mau jadi apa Yasashi kalau dipimpin oleh orang sepertinya?" Tunjuk Arka, putra sulung dari paman pertama Rama.

"Benar yang Kak Arka bilang, meskipun dia adalah putra tunggal dari anak pertama kakek, tapi kita tidak harus membuatnya menjadi pewaris, bukan?" timpal Willy, putra bungsu dari paman kedua Rama.

"Berapa kali harus kakek katakan? Yasashi bukan perusahaan milik kakek, itu adalah hasil jerih payah dan kerja keras Paman Haris." Sudah berulang kali kakek Rama menjelaskan, tapi tidak ada yang mau mendengar.

Rama hanya diam saja, tanpa bisa membalas setiap perkataan yang mereka ucapkan. Baginya,  menjadi pewaris Yasashi bukanlah sesuatu yang dia inginkan. Namun, Rama sudah berjanji di depan ayah dan ibunya untuk meneruskan apa yang telah mereka bangun.

Hanya Kakek Seno yang mendukungnya menduduki posisi Direktur Utama di Yasashi, selain Zoe tentunya, adik dari Arka. Zoe merupakan cucu paling disayang oleh Kakek Seno, karena dia mewarisi sifat sang kakek. Baik, ramah, selalu menghargai orang yang lebih tua. Satu lagi sifat Zoe yang membuat Kakek Seno kagum, yaitu tidak pernah memandang orang dari status sosialnya.

Baginya, Rama adalah sosok kakak yang sangat baik dan perhatian. Meskipun IQ-nya di bawah saudaranya yang lain, tapi sifat dan sikap Rama jauh di atas mereka. Zoa percaya, bahwa Rama mampu memimpin Yasashi menjadi perusahaan no.1 di dunia.

"Kak Rama, jangan dengerin omongan Kak Arka sama Kak Willy ya, mereka itu iri sama kehebatan kakak." Zoe selalu bisa membuat Rama senang.

"Zoe, siapa kakakmu? Dia atau aku?" tanya Arka.

"Kalian berdua adalah kakak Zoe, tapi kakak terbaik selalu milik Kak Rama," jawab Zoe,  semakin membuat Arka benci pada Rama.

"Sudah-sudah, kalian ini apa-apaan sih? Kalau mau menunjukkan siapa yang palling pantas menjadi pewaris Yasashi, harus dilakukan dengan kecerdasan bukan ketegangan." Ibu dari Zoe memang selalu berada di pihak netral. Lain hal dengan Ibu Willy yang selalu membuat panas suasana.

"Diadu dengan kecerdasan pun, Rama sudah pasti akan kalah. Lihat saja semua nilai di sekolahnya dulu, bukankah ayahnya selalu memberikan donasi dalam jumlah besar? Untuk apa? Supaya Rama bisa selalu melewati ujian dengan nilai yang baik," timpal Ibu dari Willy, istri paman kedua Rama.

"Bener banget tuh, Ma. Si culun ngga bakal berubah jadi pangeran." Tambah Laras, kakak Willy.

Keluarga paman kedua memang satu hati, satu suara. Meskipun paman kedua Rama jarang mengeluarkan pendapat, tapi di belakang mereka dia adalah orang yang paling licik.

"Sudah, apa kita akan terus berdebat seperti ini? Makan malam sudah siap, sebaiknya kita pergi makan dulu," saran paman pertama Rama, mencegah suasana semakin panas. Ayah dan ibu Zoe memang berada di jalur netral, sangat berbeda dengan Arka yang selalu menentang dan Zoe yang selalu membela Rama.

next...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status