Share

Andara

"Orang yang tidak bisa berjuang mempertahankan cinta, apa masih pantas disebut pejuang?" =Khasmeera=

"Mas, A-aku bisa jelaskan"

Ucapanku tidak ada gunanya dimata Galih suamiku, ketika dia memergoki perselingkuhan antara aku dan Danu, sahabatnya sekaligus mantan kekasihku.

Entah bagaimana bisa dia mengetahui kami ada di hotel ini. Tidak ada seorang pun yang tahu tentang hubunganku dengan Danu. Termasuk orang-orang terdekat kami.

"Apakah Evan yang mengatakannya? tapi, bagaimana bisa?" tanyaku dalam hati.

"Mas, dengarkan penjelasanku dulu. Beri aku kesempatan sekali ini saja" pintaku padanya.

"Apa yang ingin kau jelaskan? Pergumulanmu dengan Danu di hotel itu?" tanya Galih dengan sinis padaku.

"Sayang, dia yang menggodaku" ucapku mencoba membela diri.

Galih tidak percaya, bahkan dia memerintahkan salah satu asisten rumah tangga kami untuk memindahkan semua barang-barangnya ke kamar tamu.

Aku takut, bagaimana jika kedua orang tua kami mengetahui hal ini. Bisa-bisa aku kehilangan segala kemewahan ini. Bodohnya diriku yang tidak bisa menahan diri untuk bertemu Danu.

"Aku tak akan membiarkan ini terjadi" kataku mencoba mencari jalan keluar.

***

Danu, dia adalah mantan pacarku dahulu. Kami memang berniat untuk menikah. Namun, kedua orang tuaku tidak menyetujui hubungan ini karena masalah ekonomi.

Danu hanya orang biasa. Bapaknya hanya seorang pegawai honorer sekolah negeri di kota J. Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang setia menemanu suami dan empat anaknya.

Danu bisa kuliah karena bea siswa yang dia dapatkan dari sekolah dulu. Oleh karena itu dia benar-benar fokus kuliah demi bisa mengejar cita-citanya.

Setelah kuliahnya selesai, ku pikir dia akan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan bisa membuatku bangga di depan kedua orang tuaku kelak.

Namun, tidak adanya koneksi bagus membuat dia harus rela menjadi pegawai biasa dengan gajo pas-pasan.

"Mau di kasih makan apa anak gadisku! berani sekali kau melamarnya? Sudah merasa hebat?" sindir kedua orang tuaku di depan Danu.

"Papa, jangan berkata seperti itu. Aku mohon, restui kami" kataku memohon, tapi tak di gubris.

Hubungan kami pun berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan. Danu memilih menyerah, dan meninggalkan aku.

"Maafkan aku. Yang di katakan orang tuamu benar. Aku tak akan bisa membahagiakanmu dengan pekerjaanku yang biasa saja. Kita sudahi sampai di sini, Andara" ucapnya padaku.

"Jadi kau tak mau berjuang mempertahankan hubungan ini? Kau memilih menyerah? Lalu apa arti pengorbananku selama ini!" ucapku dengan nada tinggi padanya.

"Kau akan bahagia jika tidak bersamaku, Andara! Aku ini hanya laki-laki miskin. Carilah pengganti yang sesuai dengan pilihan orang tuamu. Maafkan aku" ucapnya berlalu pergi.

"Kau kejam, Danu!" teriakku menahan sesak di dada.

***

Semenjak saat itu, kami berdua tidak pernah bertemu. Dia menghilang tanpa jejak. Bahkan kedua orang tuanya tidak mengetahuo dia ada di mana. Dia hanya bilang mau mencari pengalaman baru di kota lain.

Bertahun-tahun aku mencoba melupakannya, hingga akhirnya papa menjodohkan aku dengan anak sahabatnya. Mulanya aku tidak setuju dengan perjodohan ini. Namun, aku tidak berdaya, karena papa mengancam akan mengeluarkan namaku dari daftar ahli warisnya jika aku menolak.

Akhirnya aku menyerah.

Aku berusaha menerima Galih Karena kegigihannya, aku pun mulai mencintainya, lalu kami pun menikah. Pernikahan dua keluarga yang di dasari oleh bisnis, tapi aku berusaha menerimanya.

Tiga tahun pernikahan, kami belum juga di karunia seorang anak. Aku bosan mendengar celotehan mama mertua yang selalu menyindirku masalah anak. Beruntung, Galih tidak mempermasalahkan semua, dan tetap meyakini bahwa kami pasti akan mendapatkan seorang anak.

Suatu hari, Galih mengajakku makan malam. Dia mengatakan akan memperkenalkan diriku pada dua sahabatnya waktu sekolah menengah dahulu. Mereka bukan hanya sekedar sahabat, melainkan sudah seperti saudara bagi Galih. 

Betapa terkejutnya aku melihat kedua sahabat yang suamiku maksud. Dua lelaki yang sama tampannya dengan suamiku, berdiri dengan angkuh menatap ke arahku.  Mereka adalah Danu dan Evan.

Aku tidak pernah tahu jika mereka berdua adalah sahabat Galih. Selama aku dan Danu menjalin hubungan dulu, dia tidak pernah sekalipun membahas soal Galih. 

Yang aku tahu, hanya Evan sahabatnya. Dia memang satu kampus dengan kami berdua dulu. Jujur, aku sangat gugup, atau lebih tepatnya takut, melihat Danu berada di antara Evan juga Galih. 

Aku sangat gugup ketika Galih memperkenalkan mereka padaku. Namun, mereka berdua bersikap seolah tidak mengenal diriku, demi menjaga nama baik semuanya.

"Mengapa dia harus datang lagi dalam kehidupanku?" tanyaku dalam hati.

***

Tidak ku sangka, ternyata Danu masih menyimpan rasa cinta untukku dalam hatinya. Semenjak pertemuan di pesta itu, kami semakin sering berkomunikasi. Bahkan, tidak jarang aku sengaja ikut menemani Galih jika mereka sedang berkumpul. 

Getaran itu ternyata masih ada. Danu tanpa malu selalu mengirimkan pesan-pesan bernada mesra padamu. Bahkan, secara diam-diam, kami sering bertemu. Tentu saja itu tanpa sepengetahuan Galih, suamiku. 

Kami bagai mengenang masa lalu, saat masih bersama dahulu. Aku seperti melupakan betapa pengecutnya Danu saat meninggalkan aku kala itu.

Dia benar-benar berubah menjadi Danu yang bisa membuatku terpesona, dan melupakan segalanya, termasuk suamiku.

"Maafkan kesalahanku dahulu karena pergi begitu saja darimu. Aku merasa tertekan karena hinaan itu, hingga membuatku bertekad untuk berubah menjadi lebih baik," ucapnya sambil menggenggam tanganku. 

"Lupakan saja. Itu sudah berlalu. Aku sudah melupakan kejadian itu. Yang penting, kini aku bisa bersamamu kembali," jawabku tersenyum.

"Lalu, bagaimana jika Galih mengetahui hubungan kita,? Apa kau siap menanggung resikonya?" tanya Danu khawatir.

"Ku harap dia tidak tahu. Karena itu akan sangat menyakitkan untuknya. Sudahlah, jangan bahas Galih jika kita sedang bersama," kataku merajuk. 

Kami pun melupakan ketakutan itu, dan berusaha baik-baik saja. Sampai akhirnya, Galih memergoki kami dalam kamar hotel itu. Aku baru menyadarinya selama ini Danu sengaja melakukan itu.

Sakit hati karena pernah di hina oleh orang tuaku dulu, membuat dia berubah dan ingin membalaskan dendamnya dengan menghancurkan pernikahanku dengan Galih.

Kini, aku bingung, Dari hubungan terlarang yang sering kami lakukan, telah tumbuh benih dalam rahimku. Aku tidak tahu, apakah ini anak Galih atau anak Danu.

Galih tidak mengakui anak dalam rahimku. Tapi dia tidak akan menceraikan aku. Sebaliknya, dia akan membuatku menderita karena perbuatanku yang telah membohonginya.

"Anggap saja anak itu sebagai kado pernikahan kita yang ketiga. Biar kedua orang tua kita bahagia, pada akhirnya bisa mendapatkan cucu" katanya saat itu padaku.

"Ceraikan aku, Galih! Aku tak mau membohongi mereka" teriakku padanya.

"Dan membuatmu bersama Danu? Simpan mimpimu, Andara. Karena mulai hari ini, hidupmu bagai di neraka" ucapnya menatapku sinis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status