Share

Tak Seindah Dulu

"Kebohongan demi kebohongan hanya akan menghancurkan diri sendiri." =Khasmeera=

"Sayang, maafkan aku. Danu yang menggodaku terlebih dahulu hingga aku khilap dan tergoda bujuk rayunya" ucap Andara terisak.

Entah mengapa aku tidak mempercayai perkataannya. Rasanya tidak mungkin. Pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku selama ini.

"Saat ini, aku belum bisa sepenuhnya percaya padamu, Andara. Kita akan tetap mempertahankan pernikahan ini. Akan tetapi, tidak akan seindah dulu. Sebaiknya aku menempati kamar tamu, dan kau tetap di kamar utama" jawabku berlalu dari hadapannya.

Andara tertegun mendengar perkataanku. Mungkin dia tidak menyangka jika aku tidak langsung menceraikannya. Tidak semudah itu. Dia harus merasakan bagaimana tersiksanya hidup bersamaku setelah pengkhianatannya.

"Mbok, tolong rapikan kamar tamu. Minta Pak Atmo untuk memindahkan barang-barangku" perintahku pada mantan pengasuhku semenjak kecil yang kini ikut denganku.

Tanpa banyak bertanya, simbok langsung menjalankan perintahku. Dia tahu, perkataanku tidak boleh di bantah. Terlebih, jika suasana hatiku sedang tidak baik. Simbok mengerti sifatku bagaimana.

"Galih, apa maksudmu memindahkan semua barang-barang ke kamar tamu? Bagaimana jika mama dan papa tahu kita tidur terpisah?" tanya Andara yang datang menghampiri di ruang kerja pribadiku.

"Biarkan mereka tahu, itu jauh lebih baik. Jadi aku tidak perlu repot untuk menjelaskan pada mereka. Biar mereka yang menilai nantinya" jawabku masih fokus pada layar laptop.

"Kau sengaja melakukan hal ini untuk menghukumku, Galih? Jawab!" tanyanya bernada tinggi.

"Untuk apa aku membuang waktu mengurus hal semacam itu? Masih ada yang lebih berharga dari itu" jawabku sinis.

Andara keluar dengan membanting pintu ruang kerjaku. Aku hanya tersenyum sinis melihat kelakuannya. Dia yang melakukan kesalahan, dan sekarang dia pula yang marah-marah.

"Aku akan menyelidiki sejak kapan kalian bermain api di belakangku. Pandai sekali kalian bersandiwara" kataku dalam hati.

***

"Katakan dengan jujur, apa kau sudah tahu tentang skandal antara Andara dan Danu?" tanyaku pada Evan keesokan harinya.

"Setahuku, mereka pernah menjadi sepasang kekasih waktu kuliah dulu. Itu sebab aku bingung, mengapa jadi kau yang menikah dengannya, bukan Danu" ucap Evan.

"Jadi mereka ..." ucapku lalu terdiam.

"Kau dulu terlalu lama menghabiskan waktu di London, hingga tak tahu apa yang terjadi di sini. Mereka pacaran cukup lama, hingga teman-teman kampus menobatkan mereka sebagai Romeo dan Juliet. Hahaha, hidup ini benar-benar lucu" tawa Evan.

"Bagaimana mereka putus?" tanyaku penasaran.

"Hubungan mereka tak di setujui orang tua Andara. Saat itu, Danu belum bisa berdiri di kakinya sendiri, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi merantau karena patah hati" cerita Evan padaku.

Galih benar-benar terpukul dengan kenyataan yang menimpa rumah tangganya. Ternyata, mereka kembali menjalin hubungan yang sempat terputus dengan berselingkuh di belakangku.

Mereka berdua sangat licik. Aku tak mengerti, bagaimana bisa sebodoh ini. Harusnya aku menyelidiki terlebih dahulu sebelum pada akhirnya menikahi Andara.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang? Menceraikan Andara?" tanya Evan.

"Aku tidak akan semudah itu melepaskannya dari hidupku. Mereka harus merasakan apa yang sedang ku rasa" jawabku.

"Seingatku, Danu juga punya seorang tunangan. Ku dengar mereka akan segera menikah" kata Evan memberi ide padaku.

"Tunangan, Danu. Hmmm, menarik. Kalau begitu, aku akan mengirim bukti perselingkuhan calon suaminya itu. Biar dia juga merasakan sakitnya" ucapku kembali.

"Kau gila, Galih. Jangan lakukan hal itu. Lebih baik, kau ceraikan dia, dan bangkit" nasehat Evan padaku.

"Dan membiarkan mereka berdua hidup bahagia? Tidak semudah itu, Evan" ucapku bernada sinis mengingat mereka.

Sakit karena sebuah pengkhianatan telah membuatku lupa akan arti rasa belas kasihan. Mereka berdua yang memulai, dan aku hanya melanjutkan permainan saja.

"Cari tahu tentang Danu Alamsyah. Siapa tunangannya, dan bagaimana keluarganya. Beritahu secepatnya jika kau sudah menemukan semua detail"

Aku segera memutus sambungan telepon dan kembali termenung menatap ke arah luar jendela gedung kantor. Sementara Evan, aku tahu dia bingung memilih antara memihakku atau membela sahabatnya, Danu.

Akhirnya, dia memilih untuk berlalu pergi kembali ke kantornya, dan meninggalkan aku dalam kebisuan juga rasa sakit akibat pengkhianatan.

"Danu ... kurang apa aku selama ini membantu kehidupanmu dan juga keluarga besarmu?" ucapku menahan kegeraman dalam hatinya.

***

Pikiranku melayang beberapa tahun silam. Kala itu pertama kalinya dia bertemu kembali dengan Danu, sahabatnya saat masih duduk di bangku sekolah menengah dahulu.

Aku, Evan, dan juga Danu adalah sahabat yang selalu bersama kala susah juga senang. Tidak ada satu pun yang kami rahasiakan. Namun, keputusan kedua orang tua yang meminta untuk melanjutkan kuliah di London University, membuatku harus berpisah dengan mereka.

"Ini demi masa depanmu, Galih. Papa menggantungkan harapan besar di pundakmu. Sebagai satu-satunya pewaris keluarga Danuredjo, kau harus belajar untuk menggantikan papa satu hari nanti" ucapnya menasehatiku.

"Baiklah, Pah. Galih akan menuruti semua ucapan papa dan mama, demi masa depan keluarga kita" jawabku tak ingin mengecewakan mereka.

Aku memang tidak mau mengecewakan mereka. Sebagai anak tunggal, aku sadar hanya padaku mereka menggantungkan harapan. Jauh dari mereka demi sebuah cita-cita besar, tidak menjadi masalah untukku, asal mereka bahagia.

"Aku akan kembali bersama kalian lagi. Ku harap kalian tak melupakan persahabatan kita" ucapku memeluk satu per satu kedua sahabat yang mengantarkan kepergianku menuju Inggris.

"Cepatlah kembali, jangan terpikat dengan gadis bule, hahaha" canda Evan yang memang periang.

"Jangan lupakan kami. Tetaplah berkirim kabar" ucap Danu tersenyum.

Kami berpelukan erat sekali lagi sebelum akhirnya perpisahan itu terjadi. Menyakitkan harus jauh dari mereka. Namun, aku percaya mereka tidak akan melupakanku.

***

Lima tahun bukan waktu sebentar berpisah dari keluarga dan dua sahabatku. Demi mengejar cita-cita dan harapan kedua orang tuaku. Aku akhirnya kembali setelah berhasil meraih berbagai gelar dengan hasil Cumlaude.

Hari-hari selanjutnya aku menggantikan papa memegang perusahaan. Sementara papa memilih untuk berlibur, demi menghabiskan waktu berdua mama.

Evan kini sudah menggantikan posisi papanya sebagai Direktur muda di perusahaan mereka. Sementara Danu, nasibnya kurang beruntung. Dia hanya bekerja di sebuah perusahaan kecil dengan gaji tak seberapa.

Kami berdua tahu bagaimana kondisi keluarga Danu sejak dulu. Sebagai anak tertua, dia harus membantu perekonomian keluarga dengan bekerja keras.

Aku yang tidak tega melihat keadaannya menarik Danu untuk bekerja di perusahaanku. Jabatan penting ku berikan supaya dia tidak perlu pusing setiap bulannya memikirkan keuangan.

Kini, setelah semua yang aku lakukan untuknya, dia berkhianay, dan menusukku dari belakang. Mengoyak kepercayaanku sebagai seorang sahabat. Merusak rumah tanggaku, berselingkuh dengan Andara, istriku.

"Damn ... What should i do now!" ucapku mengacak rambutku kasar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status