***
"Danu! Di mana kau? Aku ingin bertemu, sekarang!' ucapku meninggi pada laki-laki pengecut di ujung sambungan telepon.
"Sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Andara. Aku tidak ada urusan denganmu" ucapnya datar tanpa beban."Kau gila, Danu! Setelah apa yang kau lakukan pada rumah tanggaku dengan Galih, kini kau bilang sudah tidak ada urusan denganku lagi? Bajingan kau, Danu!" teriakku frustrasi."Membuatmu hancur memang niatku dari awal, Andara. Kau memang wanita naif atau bodoh? Aku mendekatimu hanya ingin melihat kehancuran yang telah ku buat!" ucapnya terdengar angkuh."Danu! Aku hamil, dan ini adalah benihmu!" ucapku dengan kesal."Hahaha, anakku kau bilang? Kau kan punya suami, kenapa justru kau bilang itu anakku? sudah gila otakmu, Andara!" ucapnya memgejekku dari ujung sambungan telepon."Danu! Kau yang membuatku berada dalam situasi sulit seperti ini. Temui aku!" teriakku histeris di dalam kamar.Beruntung, Galih membuat kamar ini kedap suara, jadi mereka yang di luar sana tidak akan bisa mendengarkan apa pun saat kami melakukan aktifitas sebagai suami istri.Danu menutup sambungan telepon secara sepihak. Dia sudah membuatku kecewa, dan terluka. Bagaiman bisa aku jalani hari dengan kehamilan ini. Sedangkan Galih tidak peduli akan kehamilan ini.Aku bagai makan buah simalakama. Apa yang harus ku lakukan sekarang, aku pun tidak tahu. Terlebih, kedua orang tua kami audah terlanjur mengetahui kehamilanku. Ini semua karena Galih yang sengaja memberitahukan pada mereka dengan alasan anniversary tiga tahun pernikahan kami."Apa yang harus ku lakukan sekarang. Jika aku tetap bertahan bersama Galih, dia pasti akan terus menyiksaku dengan sikapnya. Tapi, jika aku pergi, apa kata orang tuaku nanti? Galih pasti tidak akan membuat tenang hidupku"Andara terus berpikir hingga dia memutuskan untuk menenangkan pikirannya terlebih dahulu dengan tidur. Meski Galih tidak mengharapkan kehadiran bayi ini, setidaknya orang tua mereka percaya bahwa ini adalah cucunya."Semoga saat ku bangun esok, akan ada secercah harapan" doa Andara menjelang tidurnya.***
"Danu! Aku hamil, dan ini adalah benihmu!"
Ucapan Andara di ujung telepon tadi terus terngiang dalam telingaku. Entahlah, apa aku harus percaya, atau tidak dengan berita itu. Tapi yang pasti, aku panik."Jika memang benar itu benihku, bagaimana aku harus menjelaskan hal ini pada orang tua dan tunanganku? Aah sial, kenapa aku bodoh sekali. Rencana awalku hanya ingin mempermalukan keluarga Andara" ucap Danu meremas rambutnya kasar.Danu terlihat bingung, dan merutuki lebodohannya. Hanya penyesalan yang ada dalam pikirannya kini. Persahabatannya dengan Galih pun harus berakhir karena dendam dan cemburu.Danu merasa tidak rela melihat mantan kekasihnya pada akhirnya bersanding dengan sahabatnya sendiri. Seharusnya dia bahagia melihatnya. Tapi, melihat senyum mengejek kedua orang tua Andara saat dia datang ke pernikahan putrinya, membuat dendamnya semakin menjadi.Dia berpikir, seharusnya tidak usah datang di pernikahan mereka jika untuk di permalukan. Rasa tidak enak pada Galih yang membuatnya memutuskan datang. Dia yang selama ini selalu menolongnya dan membantu untuk bangkit hingga menjadi Danu yang berbeda, dan tidak di pandang sebelah mata oleh siapa pun.Entah apa yang akan Galih lakukan padanya nanti. Terlebih setelah dia tahu Andara, istrinya sedang hamil anaknya. Danu tahu siapa sahabatnya. Dia akan menghancurkan siapa pun orang yang berusaha merebut miliknya."Mengapa aku sangat bodoh sekali, tidak memikirkan hal ini sebelumnya" ucapnya penuh kekhawatiran.***
"Gugurkan janin itu! Aku tidak mau ada dia di antara kita!" ucap Danu tanpa memikirkan perasaan Andara.
"Kau gila! Aku tidak akan pernah mau menggugurkan janin dalam perutku ini. Dia bisa menyelamatkan aku dari perceraian," jawab Andara menolak.
"Kau yang gila, Andara! Bagaimana jika Galih mengetahui kehamilanmu? Dia bisa membunuhku!" teriak Danu pada Andara.
"Dia sudah mengetahuinya, tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Justru Galih merasa bahagia dengan kehamilanku ini," katanya lagi.
"Kau jangan bohong, Andara. Aku bisa melihat kesedihan saat kau mengucapkan hal itu. Lebih baik kau gugurkan dan selamatkan pernikahanmu dengan Galih," saran Danu pada Andara.
"Sekali lagi aku katakan padamu, Danu. Aku tidak akan pernah mau menggugurkan janin ini! Aku bisa menghidupi bayi ini meski tanpamu," jawab Andara sinis.
"Jangan membuatku marah dengan kelakuanmu Andara! Ingat, Galih itu sahabatku. Dia yang sudah mengangkat derajatku," kata Danu dengan nada tinggi.
"Dan kau sudah mengkhianati sahabatmu sendiri dengan menodaiku, Danu. Lalu apa bedanya sekarang dan nanti jika pada akhirnya aku pun akan ditinggalkan oleh Galih?" jawabnya lirih.
"Turuti kataku dan kita berpisah saja Andara," katanya lagi.
***
Andara tidak habis pikir dengan ucapan Danu yang seolah tidak peduli akan dirinya. Padahal dia tahu, ini adalah darah dagingnya juga. Mengapa dia tega menyuruhnya menggugurkan kandungannya.
"Ternyata kau masih sama seperti dulu, Danu. Pengecut! Kau sengaja melakukan ini untuk satu alasan,'kan?" katanya dengan nada tinggi.
"Aku tidak mengerti maksud perkataanmu, Andara," jawab Danu pura-pura.
"Jangan kau pikir aku tidak tahu rencanamu. Kau sengaja mendekati dan membuatku jatuh cinta lagi padamu untuk satu alasan ... Balas dendam pada keluargaku karena penghinaan mereka dulu," ucapnya mengangetkan Danu.
"Kau jangan asal bicara, Andara. Menuduh tanpa bukti, itu sama saja pencemaran nama baikku," jawabnya.
"Sudahlah, Danu. Tidak perlu berpura-pura seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Aku lebih tahu dirimu dibandingkan Galih--suamiku," ucap Andara sinis.
"Lebih baik kita sudahi saja pertemuan ini. Sekali lagi iu bilang, gugurkan janin itu sebelum kau menyesalinya, Andara," kata Danu setengah mengancamnya.
"Untuk terakhir kalinya ku katakan, aku tidak akan pernah menggugutkN janin ini. Kau boleh pergi jika memang tidak mau bertanggung jawab. Lagipula, aku bisa mengakui ini sebagai anak Galih," jawab Andara tenang.
"Terserah kau saja, Andara. Aku tidak mau terlibat dalam permainanmu. Lebih baik aku pergi sekarang," ucapnya berlalu dari hadapan Andara.
Seharusnya, pertemuan mereka berkahir bahagia seperti keinginan Andara. Namun, ternyata Danu masih tetap tidak mau mengakui anak dalam perutnya dan malah meminta dia menggugurkan janin buah cinta mereka.
Entah apa yang akan terjadi sekarang pada diri Andara. Yang pasti, Galih pun akan menceraikannya suatu hari nanti. Saat ini mereka masih berpura-pura bahagia atas kehamilan Andara.
"Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan sekarang. Danu yang ku pikir mau bertanggung jawab, ternyata terlalu pengecut untuk mengakui bahwa ini adalah anaknya," ucap Andara bingung.
"Sekali berbohong, pasti akan timbul kebohongan yang lain. Jujurlah, meski menyakitkan" =Khasmeera=***Pesta penuh senyum dan kemesraan yang berisi kepalsuan di perlihatkan Galih dan Andara. Sebagai tuan rumah yang baik, mereka harus membuat semua orang nyaman, dan melihat pernikahan mereka harmonis.Tawa canda kadang mereka buat hanya untuk menutupi kekakuan di antara mereka. Tidak ada lagi kebahagiaan di sana, yang ada kepalsuan."Kira-kira, anak yang lahir nanti berjemis kelamin perempuan atau laki-laki?" tanya salah satu kerabat Andara pada kami berdua."Apa pun jenis kelaminnya, kami terima. Yang penting ibu dan bayinya sehat. Iya kan, Sayang" ucap Galih merangkul Andara.Andara hanya mengangguk dan tersenyum, meski di paksakan. Dia tahu, Galih hanya berpura-pura bahagia menyambut kehamilan Andara. Jauh dal
"Yang di ingat hanya buruknya saja, jika kita melakukan satu kesalahan" =Khasmeera=***"Tak bisakah kau bersikap baik padaku? Setidaknya, anggaplah aku ada di rumah ini. Jangan buat seolah aku tak ada di rumah ini. Kau tahu, itu sangat menyakitkan, Galih!" Teriak Andara memohon. "Semenjak aku melihatmu bergumul dengan laki-laki yang bukan suamimu, semenjak saat itulah bagiku kau sudah mati dalam hatiku! Aku ingatkan padamu sekali lagi, jangan pernah berteriak di depanku, mengerti!" ucapnya menahan amarahnya.Dia berlalu pergi meninggalkan Andara yang masih menangis dalam kamarnya. Hatinya hancur mengingat perlakuan Galih terhadapnya. Seharusnya, mereka berdua menikmati setiap proses kehamilan Andara. Namun, kebencian Galih akan sebuah pengkhianatan m
Cantik dan ramah ...Itulah ganbaran yang terlihat ketika melihat Dokter Saujana pertama kali. Andara tidak pernah mengira, Galih memilihkan Dokter yang terkenal ramah dan terbaik di rumah sakit itu."Selamat siang Nyonya Andara. Perkenalkan, saya Dokter Andara yang akan memeriksa kondisi kesehatan Nyonya dan juga bayi" ucapnya tersenyum ramah."Terima kasih, Dokter. Senang berkenalan dengan anda" jawab Andara membalas senyum.Dokter Saujana memeriksa Andara dengan sangat teliti. Sesekali, Dokter itu mengajak Andara bicara untuk menghilangkan ketegangan yang nampak terlihat sekali di wajah Andara. Setelah pemeriksaan selesai, Andara pun kembali duduk untuk mendengarkan hasil laporannya."Dari hasil pemeriksaan, kandungan Nyonya terlihat lemah sekali. Mungkin efek morning sickness yang di alami para ibu hamil di trimester pertama, hingga asupan makanan yang masuk tida
"Sesakit inikah melihat dia yang kita cinta bagai manusia tanpa perasaan bila bersama kita?" =Khasmeera=***"Kapan rencana makan malamnya? biar aku yang mempersiapkan, dan memilihkan hotel terbaik untuk momen berharga ini"Aku tidak akan melewatkan rencana makan malam yang di gagas oleh Dokter Saujana, tunangan Danu. Mengajukan diri untuk memilihkan restoran terbaik di Jakarta."Aku tak akan melewatkan momen ketika mereka bertiga saling bertemu. Pasti akan sangat menyenangkan" ucapnya tersenyum.Galih sengaja memilih restoran bintang lima yang berada di sebuah hotel mewah bilangan selatan Jakarta. Dia ingin semua terlihat sempurna. Dengan tujuan mempermalukan Danu di depan tunangannya.***Makan malam yang di tunggu pun tiba. Andara sudah berada di restoran ini semenjak satu jam lalu bersam
"Kecewa, itu adalah hal terbesar dalam perjalanan hidup seorang Saujana" =Khasmeera=***"Saujana, dengarkan penjelasanku dulu. Jangan memutuskan hal yang belum pasti" ucap Danu sehari setelah makan malam itu."Jangan sentuh aku! lebih baik kau pikirkan bagaimana caramu bertanggung jawab atas anak yang ada dalam perut Andara" jawab Saujana muak."Bagaimana bisa kau menyimpulkan sesuatu tanpa dengar penjelasan dariku? Kau hanya dengar dari versi Andara. Beri aku kesempatan untuk menjelaskan padamu tentang hal ini" ucap Danu memohon.Saujana tidak peduli. Dia memilih untuk berlalu dari hadapan Danu, dan tidak menghiraukan panggilan laki-laki yang seharusnya menjadi suaminya kelak. Hatinya terlanjur kecewa atas pengakuan pengakuan Andara tentang bayi yang ada dalam perutnya saat ini.***"Ini adalah anak
"Pernikahan ini berakhir ketika anak itu lahir. Kau bebas memilih jalan hidupmu" =Gilang=***Pada akhirnya, kedua orang tua mereka pun mengetahui segalanya. Tidak terbayang betapa hancurnya mereka. Terutama orang tua Andara.Kedua orang tua Andara tidak mampu menyembunyikan rasa malu pada keluarga Galih. Mereka tidak pernah menyangka putrinya bisa melakukan hal serendah itu. Dengan mengakui bayi dalam kandungannya adalah anak Galih saja itu sebuah aib, ditambah lahi dengan kejadian ini."Ini benar-benar gila, Andara! Apa kau tidak berpikir konsekuensi akibat perbuatan bodohmu?" tanya sang ayah murka.Sementara waktu, Andara tinggal di kediaman mereka. Galih sudah tidak mau lagi melihat Andara di rumah mereka. Rasanya terlalu sakit membayangkan istri yang selama ini terlihat sempurna, ternyata berkhianat."Mengapa kau bodoh sekali, And
"Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Tinggal bagaimana kita melakoni, pertemuan dan perpisahan bagaimana yang ingin kita lalui" =Khasmeera====Akhirnya, perpisahan itu terjadi, setelah Andara melahirkan seorang bayi perempuan. Seharusnya, kelahiran bayi itu membuat Andara bahagia. Namun, dia justru meratapi nasib buruknya karena kelahiran itu.Galih benar-benar tidak peduli akan berita kelahiran yang dia terima dari mertuanya. Mengirimkan sebuah foto, berharap dia akan luluh, dan membatalkan rencana perceraiannya."Kelahiran bayi itu tidak akan mengubah keputusanku, Andara. Nikmati saja kebahagian kalian karena sudah mendapatkan seorang cucu, meski bukan darah dagingku" katanya dengan nada sinis melalui sambungan telepon.Kedua orang tuanya hanya bisa memandang Galih--putranya dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Sisi lain mereka bahagia mendengar kelahiran bayi yang seharusnya menjadi cucu mereka. Namun, di
"Sebaiknya kalian segera meresmikan hubungan demi menjaga nama baik kedua keluarga, dan juga nasib anak kalian" ucap papa ketika Danu dihadirkan dalam rapat keluarga besar Andara.Danu hanya membisu mendengar perkataan orang tua Andara. Dia tidak pernah menyangka akan berada dalam posisi sulit ini, dan itu karena kebodohannya.Niatnya mempermalukan keluarga Andara, kini justru berbalik padanya. Keluarganya ikut merasakan imbas akibat peristiwa ini. Rencana pernikahannya dengan Saujana pun gagal.Saujana kini membenci dirinya. Dia memilih meninggalkan Indonesia karena tidak sanggup menahan beban akibat gagalnya pernikahan mereka.Kini, dia dituntut harus menikahi Andara, demi bayi yang baru saja dia lahirkan. Keluarga mereka tidak mau nama yang tercantum di akta kelahiran cucunya hanya nama Andara."Danu, kenapa kau diam? Apa kau tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatanm