Share

Ini Anakmu, Danu!

"Bodoh! itulah yang dapat ku gambarkan untuk seorang perempuan yang di butakan oleh cinta. Mereka tidak tahu, jerat dosa akan membawanya dalam kehancuran" =Khasmeera=

***

"Danu! Di mana kau? Aku ingin bertemu, sekarang!' ucapku meninggi pada laki-laki pengecut di ujung sambungan telepon.

"Sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Andara. Aku tidak ada urusan denganmu" ucapnya datar tanpa beban.

"Kau gila, Danu!  Setelah apa yang kau lakukan pada rumah tanggaku dengan Galih, kini kau bilang sudah tidak ada urusan denganku lagi? Bajingan kau, Danu!" teriakku frustrasi.

"Membuatmu hancur memang niatku dari awal, Andara. Kau memang wanita naif atau bodoh? Aku mendekatimu hanya ingin melihat kehancuran yang telah ku buat!" ucapnya terdengar angkuh.

"Danu! Aku hamil, dan ini adalah benihmu!" ucapku dengan kesal.

"Hahaha, anakku kau bilang? Kau kan punya suami, kenapa justru kau bilang itu anakku? sudah gila otakmu, Andara!" ucapnya memgejekku dari ujung sambungan telepon.

"Danu! Kau yang membuatku berada dalam situasi sulit seperti ini. Temui aku!" teriakku histeris di dalam kamar.

Beruntung, Galih membuat kamar ini kedap suara, jadi mereka yang di luar sana tidak akan bisa mendengarkan apa pun saat kami melakukan aktifitas sebagai suami istri.

Danu menutup sambungan telepon secara sepihak. Dia sudah membuatku kecewa, dan terluka. Bagaiman bisa aku jalani hari dengan kehamilan ini. Sedangkan Galih tidak peduli akan kehamilan ini.

Aku bagai makan buah simalakama. Apa yang harus ku lakukan sekarang, aku pun tidak tahu. Terlebih, kedua orang tua kami audah terlanjur mengetahui kehamilanku. Ini semua karena Galih yang sengaja memberitahukan pada mereka dengan alasan anniversary tiga tahun pernikahan kami.

"Apa yang harus ku lakukan sekarang. Jika aku tetap bertahan bersama Galih, dia pasti akan terus menyiksaku dengan sikapnya. Tapi, jika aku pergi, apa kata orang tuaku nanti? Galih pasti tidak akan membuat tenang hidupku"

Andara terus berpikir hingga dia memutuskan untuk menenangkan pikirannya terlebih dahulu dengan tidur. Meski Galih tidak mengharapkan kehadiran bayi ini, setidaknya orang tua mereka percaya bahwa ini adalah cucunya.

"Semoga saat ku bangun esok, akan ada secercah harapan" doa Andara menjelang tidurnya.

***

"Danu! Aku hamil, dan ini adalah benihmu!"

Ucapan Andara di ujung telepon tadi terus terngiang dalam telingaku. Entahlah, apa aku harus percaya, atau tidak dengan berita itu. Tapi yang pasti, aku panik.

"Jika memang benar itu benihku, bagaimana aku harus menjelaskan hal ini pada orang tua dan tunanganku? Aah sial, kenapa aku bodoh sekali. Rencana awalku hanya ingin mempermalukan keluarga Andara" ucap Danu meremas rambutnya kasar.

Danu terlihat bingung, dan merutuki lebodohannya. Hanya penyesalan yang ada dalam pikirannya kini. Persahabatannya dengan Galih pun harus berakhir karena dendam dan cemburu.

Danu merasa tidak rela melihat mantan kekasihnya pada akhirnya bersanding dengan sahabatnya sendiri. Seharusnya dia bahagia melihatnya. Tapi, melihat senyum mengejek kedua orang tua Andara saat dia datang ke pernikahan putrinya, membuat dendamnya semakin menjadi.

Dia berpikir, seharusnya tidak usah datang di pernikahan mereka jika untuk di permalukan. Rasa tidak enak pada Galih yang membuatnya memutuskan datang. Dia yang selama ini selalu menolongnya dan membantu untuk bangkit hingga menjadi Danu yang berbeda, dan tidak di pandang sebelah mata oleh siapa pun.

Entah apa yang akan Galih lakukan padanya nanti. Terlebih setelah dia tahu Andara, istrinya sedang hamil anaknya. Danu tahu siapa sahabatnya. Dia akan menghancurkan siapa pun orang yang berusaha merebut miliknya.

"Mengapa aku sangat bodoh sekali, tidak memikirkan hal ini sebelumnya" ucapnya penuh kekhawatiran.

***

"Gugurkan janin itu! Aku tidak mau ada dia di antara kita!" ucap Danu tanpa memikirkan perasaan Andara.

"Kau gila! Aku tidak akan pernah mau menggugurkan janin dalam perutku ini. Dia bisa menyelamatkan aku dari perceraian," jawab Andara menolak.

"Kau yang gila, Andara! Bagaimana jika Galih mengetahui kehamilanmu? Dia bisa membunuhku!" teriak Danu pada Andara.

"Dia sudah mengetahuinya, tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Justru Galih merasa bahagia dengan kehamilanku ini," katanya lagi.

"Kau jangan bohong, Andara. Aku bisa melihat kesedihan saat kau mengucapkan hal itu. Lebih baik kau gugurkan dan selamatkan pernikahanmu dengan Galih," saran Danu pada Andara.

"Sekali lagi aku katakan padamu, Danu. Aku tidak akan pernah mau menggugurkan janin ini! Aku bisa menghidupi bayi ini meski tanpamu," jawab Andara sinis.

"Jangan membuatku marah dengan kelakuanmu Andara! Ingat, Galih itu sahabatku. Dia yang sudah mengangkat derajatku," kata Danu dengan nada tinggi.

"Dan kau sudah mengkhianati sahabatmu sendiri dengan menodaiku, Danu. Lalu apa bedanya sekarang dan nanti jika pada akhirnya aku pun akan ditinggalkan oleh Galih?" jawabnya lirih.

"Turuti kataku dan kita berpisah saja Andara," katanya lagi.

***

Andara tidak habis pikir dengan ucapan Danu yang seolah tidak peduli akan dirinya. Padahal dia tahu, ini adalah darah dagingnya juga. Mengapa dia tega menyuruhnya menggugurkan kandungannya.

"Ternyata kau masih sama seperti dulu, Danu. Pengecut! Kau sengaja melakukan ini untuk satu alasan,'kan?" katanya dengan nada tinggi.

"Aku tidak mengerti maksud perkataanmu, Andara," jawab Danu pura-pura.

"Jangan kau pikir aku tidak tahu rencanamu. Kau sengaja mendekati dan membuatku jatuh cinta lagi padamu untuk satu alasan ... Balas dendam pada keluargaku karena penghinaan mereka dulu," ucapnya mengangetkan Danu.

"Kau jangan asal bicara, Andara. Menuduh tanpa bukti, itu sama saja pencemaran nama baikku," jawabnya.

"Sudahlah, Danu. Tidak perlu berpura-pura seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Aku lebih tahu dirimu dibandingkan Galih--suamiku," ucap Andara sinis.

"Lebih baik kita sudahi saja pertemuan ini. Sekali lagi iu bilang, gugurkan janin itu sebelum kau menyesalinya, Andara," kata Danu setengah mengancamnya.

"Untuk terakhir kalinya ku katakan, aku tidak akan pernah menggugutkN janin ini. Kau boleh pergi jika memang tidak mau bertanggung jawab. Lagipula, aku bisa mengakui ini sebagai anak Galih," jawab Andara tenang.

"Terserah kau saja, Andara. Aku tidak mau terlibat dalam permainanmu. Lebih baik aku pergi sekarang," ucapnya berlalu dari hadapan Andara. 

Seharusnya, pertemuan mereka berkahir bahagia seperti keinginan Andara. Namun, ternyata Danu masih tetap tidak mau mengakui anak dalam perutnya dan malah meminta dia menggugurkan janin buah cinta mereka.

Entah apa yang akan terjadi sekarang pada diri Andara. Yang pasti, Galih pun akan menceraikannya suatu hari nanti. Saat ini mereka masih berpura-pura bahagia atas kehamilan Andara.

"Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan sekarang. Danu yang ku pikir mau bertanggung jawab, ternyata terlalu pengecut untuk mengakui bahwa ini adalah anaknya," ucap Andara bingung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status