Share

Senyum Kepalsuan

"Sekali berbohong, pasti akan timbul kebohongan yang lain. Jujurlah, meski menyakitkan" =Khasmeera=

***

Pesta penuh senyum dan kemesraan yang berisi kepalsuan di perlihatkan Galih dan Andara. Sebagai tuan rumah yang baik, mereka harus membuat semua orang nyaman, dan melihat pernikahan mereka harmonis.

Tawa canda kadang mereka buat hanya untuk menutupi kekakuan di antara mereka. Tidak ada lagi kebahagiaan di sana, yang ada kepalsuan.

"Kira-kira, anak yang lahir nanti berjemis kelamin perempuan atau laki-laki?" tanya salah satu kerabat Andara pada kami berdua.

"Apa pun jenis kelaminnya, kami terima. Yang penting ibu dan bayinya sehat. Iya kan, Sayang" ucap Galih merangkul Andara.

Andara hanya mengangguk dan tersenyum, meski di paksakan. Dia tahu, Galih hanya berpura-pura bahagia menyambut kehamilan Andara. Jauh dalam lubuk hatinya, dia membenci kehamilan itu.

"Kalau mama boleh memilih, ingin sekali mendapatkan cucu perempuan, biar bisa mama ajak shopping, hahaha" tawa bahagia mama membuat hati Andara seakan teriris.

"Bagaimana jika mama dan papa tahu, bayi ini bukan anak Galih, melainkan anak Danu" ucap Andara dalam hati.

Galih melihat ketakutan dalam diri Andara. Sebagai suami yang baik, dia pun memberikan perhatian dengan menyuruh istrinya untuk beristirahat demi kesehatan dia dan calon anak mereka.

"Sayang, kau terlihat pucat sekali. Apa kau lelah? Sebaiknya kau istirahat saja di kamar. Biar aku yang menemani para tamu" ucap Galih sok peduli.

Melihat menantu kesayangannya pucat, kedua orang tua Galih panik, dan meminta Andara untuk istirahat di kamar.

"Galih, antarkan istrimu ke kamar. Mama dan papa tidak mau terjadi sesuatu terhadap calon cucu kami" ucap sang mama pada Galih.

Galih pun menuruti perkataan sang mama. Menggandeng tangan istrinya di hadapan semua orang, hingga membuat beberapa sepupunya merasa iri dengan kemesraan yang mereka tunjukkan. Namun, setelah memasuki kamar, Galih segera melepaskan tangannya dan menjauhkan tubuh mereka.

"Seharusnya kau tak perlu mengantarkan aku ke kamar. Aku bisa melakukannya sendiri tanpa bantuanmu" ucap Andara menatap Galih datar.

"Dan membiarkan semua orang menyalahkan ketidakpedulianku terhadapmu! Itu yang kau mau, Andara? Hahaha, aku tak akan mempermalukan diriku sendiri di depan semua orang. Karena aku bukan pecundang sepertimu, Andara!" ucap Galih berlalu pergi dari kamar itu, meninggalkan Andara yang mulai terisak.

***

Sepeninggal Galih, Andara mulai meluapkan kepedihan dan kesedihan yang sedari tadi dia tahan. Mencoba bahagia di depan semua kerabatnya dan juga keluarga besar Galih, membuat Andara tersiksa.

Andara memegang perutnya yang masih rata. Dia mulai memukul dan menyalahkan kehadiran benih Danu di rahimnya. Membayangkan wajah Danu yang tertawa di atas deritanya saat ini.


Dia mulai tidak menyukai kehadiran bayi dalam perutnya itu. Batinnya benar-benar tersiksa setelah Galih mengucapkan perkataan yang menyakitkan padanya


"Mengapa kau harus hadir dalam rahimku, bodoh! Aku tidak mengharapkan kehadiranmu. Bahkan, ayahmu sendiri tidak mengakuimu. Lebih baik kau jangan lahir ke dunia jika hanya untuk menyiksaku nantinya" isak Andara masih memukul perutnya.

Andara berharap dia keguguran, biar dia tidak merasakan rasa sakit atas penolakan Danu dan juga kebencian Galih, suaminya.

"Ku mohon, pergilah dari rahimku, bodoh!" isaknya tertahan.

***

"Bagaimana Andara? Apa dia sudah tidur?" tanya sang mama pada Galih.

"Sudah. Ternyata dia pusing melihat banyak orang hingga menyebabkan Andara muntah" jawab Galih bersandiwara.

"Maafkan kami. Seharusnya kami menuruti ucapan Andara untuk tidak membuat pesta ini. Semoga cucu mama baik-baik saja di rahim Andara" ucap sang mama sedih.

"Jangan ucapkan hal itu, Mah. Kami berdua justru bahagia, jika kalian bahagia. Lagi pula, ini kan cucu pertama mama dan papa" ucap Galih menghibur.

Begitu pandainya Galih bersandiwara, menutupi kehancuran dan kekecewaan dalam dirinya. Dia tidak akan bisa membayangkan, seandainya kedua orang tuanya mengetahui hal yang sebenarnya.

"Demi kebahagiaan kalian, aku rela menahan sakit hati dan kebencianku pada bayi itu" ucap Galih dalam hatinya.

Perubahan wajah Galih tidak luput dari pandangan Evan, sahabatnya yang sengaja datang sekedar menguatkannya. Dia menghampiri Galih, dan mengajaknya bicara empat mata.

"Mengapa kau siksa dirimu dengan bersandiwara seperti ini, Galih? Kau akan semakin terluka dan sakit" ucap Evan.

"Aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaan kedua orang tua, dan juga mertuaku. Biarkan mereka seperti ini. Aku tidak akan sanggup menerima kenyataan jika sampai terjadi sesuatu pada mereka karena kesalahan Andara" jawab Galih mengalihkan pandangannya jauh ke depan.

"Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Evan penasaran.

"Aku masih belum tahu. Tapi yang pasti, aku tidak akan diam saja setelah Danu menghancurkan rumah tanggaku." jawab Galih dengan muka amarahnya.

Evan terdiam. Dia tahu apa yang akan di lakukan Galih pada Danu dan Andara akan sangat menakutkan. Evan mengenal bagaimana kejamnya Galih terhadap orang-orang yang sudah berani melukai hatinya.

"Semoga mereka berdua diampuni"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status