Share

Bab 7 : Undangan Pameran

Author: Afif
last update Last Updated: 2024-12-03 18:43:33

Setelah berbincang dengan Nathan, Deril memutuskan untuk pulang. Di sepanjang jalan, ia mengeluarkan ponselnya dan kembali menelpon Angel.

Suasana sore yang tenang mengelilinginya, memberikan ketenangan saat ia menyiapkan rencana.

“Halo, Angel,” sapa Deril saat telepon tersambung.

“Halo, Deril!” tanya Angel. “Aku ingin memastikan kita tidak lupa mengundang Vasco. Dia sangat berbakat dan bisa menambah variasi di pameran,” jelas Deril.

“Benar! Vasco pasti akan menjadi tambahan yang hebat. Aku akan menghubunginya segera,” jawab Angel, antusias.

“Bagus! Pastikan dia tahu bahwa kami ingin karyanya dipamerkan. Seninya pasti menarik perhatian banyak orang,” kata Deril, bersemangat.

“Tidak masalah! Aku juga akan mengingatkan semua warga desa yang ingin berpartisipasi untuk mengirimkan karya mereka. Kita bisa membuat pengumuman di tempat umum,” Angel merencanakan.

“Ya, itu ide yang cemerlang. Kita harus mempromosikan ini sebaik mungkin agar semua orang tahu,” Deril setuju.

Angel melanjutkan, “Aku akan membuat poster dan menyebarluaskan informasi di media sosial. Pameran ini akan jadi acara yang besar.”

“Terima kasih, Angel. Aku yakin dengan bantuanmu, ini akan menjadi sukses,” Deril berkata, merasa optimis.

“Tidak perlu berterima kasih. Aku senang bisa membantu. Kita semua ingin melihat Kaba City bersinar!” jawab Angel dengan semangat.

Setelah menutup telepon, Deril merasa puas dengan semua rencananya. Ia membayangkan bagaimana pameran seni ini akan menjadi momen berharga bagi seluruh masyarakat Kaba City.

Dengan langkah mantap, ia melanjutkan perjalanan pulang, bersemangat menantikan acara yang akan datang dan semua orang yang akan terlibat.

Pengumuman tentang acara pameran seni segera tersebar di seluruh desa Kaba City. Setiap sudut desa dipenuhi poster yang menarik perhatian, dan nama Angel menjadi perbincangan hangat di kalangan warga.

“Lihat! Ini poster untuk pameran seni yang akan datang,” seru seorang wanita sambil menunjuk ke arah pengumuman yang terpampang di dekat balai desa.

“Ya, itu Angel yang mengatur semuanya. Dia sangat dikagumi di sini,” balas temannya, dengan nada penuh kekaguman.

Angel memang dikenal bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena kepintarannya. Sebagai seorang wanita berkelas tinggi dan sekretaris jenderal, ia selalu menunjukkan kemampuan luar biasa dalam mengorganisir berbagai acara.

“Dia benar-benar hebat. Bagaimana bisa dia mengatur pameran seni sebesar ini?” tanya seorang pria, tidak bisa menyembunyikan rasa takjubnya.

“Dengar-dengar, dia pernah melihat Jenderal. Mungkin itu sebabnya dia mampu melakukan ini,” jawab wanita lain, menambahkan informasi yang menarik perhatian.

“Serius? Jenderal? Aku dengar dia sangat berpengaruh,” kata pria itu, jelas terkesan.

“Ya, dan Angel adalah salah satu orang yang dekat dengan beberapa proyek besar. Itu pasti membuatnya lebih dikenal di kalangan pejabat,” sahut temannya.

Namun, tidak ada yang tahu bahwa Jenderal yang mereka bicarakan adalah Deril, lelaki yang selama ini dianggap tidak bisa diandalkan.

Deril, yang menyembunyikan identitasnya, hanya bisa mendengarkan dari jauh saat warga desa membicarakan pameran ini dengan penuh antusiasme. Mereka tidak menyadari bahwa sosok di balik semua ini adalah orang yang selama ini mereka anggap biasa.

Dengan senyum kecil, Deril merasa bangga akan rencana yang sedang berjalan, berharap pameran ini akan membawa kebahagiaan bagi seluruh warga Kaba City.

Kabar tentang pameran seni segera sampai ke telinga Lina dan keluarganya. Suatu sore, saat mereka berkumpul di ruang tamu, Lina terlihat bersemangat.

“Dengar, ada pameran seni di Kaba City! Aku sangat ingin pergi!” serunya, matanya berbinar.

Ibu Lina menatapnya dengan penasaran. “Pameran seni? Apa yang menarik dari itu?”

“Angel yang mengaturnya! Dia sangat berbakat, dan aku juga ingin melihat karya-karya seniman lainnya,” jawab Lina, tidak bisa menyembunyikan antusiasmenya.

Kakak Lina, Sintya, ikut menimpali, “Kau juga kan bisa melukis, Lina? Kenapa tidak ikut berpartisipasi?”

Lina menggeleng. “Aku tidak yakin. Tapi aku ingin melihat bagaimana mereka mengekspresikan diri.”

Lina kemudian menatap Deril, yang duduk di sudut ruangan. “Deril, maukah kau menemani aku ke pameran ini? Aku ingin sekali pergi bersamamu.”

Deril tersenyum, merasa senang mendengar permintaan itu. “Tentu saja, Lina! Aku akan menemanimu. Pameran ini pasti menyenangkan.”

“Terima kasih, Deril! Aku sangat menghargainya,” balas Lina, wajahnya berseri-seri.

“Bagaimana kalau kita pergi bersama keluarga? Kita bisa menikmati acara ini bersama-sama,” usul Ibu Lina.

“Bisa juga! Aku yakin akan seru jika kita semua pergi,” kata Deril, setuju dengan ide itu.

Tetapi suasana tiba-tiba menjadi tegang. Ibu Lina menggeleng pelan, “Maaf, Lina, tetapi kami lebih baik pergi sendiri. Kami ingin menikmati acara ini tanpa ada gangguan.”

Sintya menambahkan, “Iya, kami tidak yakin tentang Deril. Dia bukan orang yang bisa diandalkan. Kami tahu bagaimana dia selama ini. Lebih baik kita pergi tanpa dia.”

Lina mengerutkan kening, merasa kecewa. “Tapi, Deril ingin menemani aku! Dia juga berhak ikut,” bantahnya. Namun, keluarganya tetap pada pendirian mereka, meninggalkan Lina dalam kebingungan dan kesedihan.

Deril melihat ekspresi kecewa di wajah Lina dan segera berkata dengan lembut, “Tidak apa, Lina. Kita bisa pergi berdua saja. Biarkan ibu, abang ipar, dan adik ipar Sintya pergi duluan.”

Lina menatapnya, sedikit ragu. “Apakah kamu yakin, Deril? Aku tidak ingin kamu merasa tidak diinginkan.”

Deril tersenyum menenangkan. “Aku baik-baik saja. Yang terpenting adalah kita bisa menikmati pameran ini bersama. Lagipula, aku ingin melihat semua karya seni yang kau minati.”

Lina merasa lega mendengar kata-kata Deril. “Baiklah, kalau begitu! Terima kasih, Deril. Aku senang bisa pergi bersamamu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bayangan Deril: Penguasa Dunia yang Terlihat Miskin   Bab 13: Peminjaman Investasi

    Setelah rapat keluarga, Lapenris merasa sangat percaya diri. Ia segera pergi ke kantor Investama, tempat Angel bekerja, untuk mengajukan pinjaman bagi usaha Lina dan Deril. Dengan langkah mantap, ia memasuki gedung modern yang menjadi simbol kesuksesan. Sesampainya di dalam, Lapenris langsung menuju meja resepsionis. "Halo, saya ingin bertemu dengan Angel," katanya, berusaha menunjukkan sikap percaya diri. "Silakan tunggu sebentar, saya akan memberitahu beliau," jawab resepsionis dengan ramah. Setelah beberapa menit menunggu, Angel muncul. "Lapenris! Apa kabar? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan senyum hangat. Lapenris mengambil napas dalam-dalam, berusaha terlihat tenang. "Aku datang untuk membicarakan kemungkinan pinjaman investasi untuk usaha Lina dan Deril." Angel mengangguk, terlihat serius. "Baik, saya sudah mendengar tentang usaha mereka. Apa rencanamu?" Lapenris mulai menjelaskan, "Kami ingin membuat pabrik kecil untuk memproduksi lebih banyak produk olahan

  • Bayangan Deril: Penguasa Dunia yang Terlihat Miskin   Bab 12 : Kebangkitan

    Setelah beberapa minggu bekerja keras, usaha Lina dan Deril mulai menunjukkan hasil. Mereka berhasil membuat berbagai produk olahan dari sayur-sayuran yang mereka beli, dan hasilnya sangat memuaskan. Keripik sayur yang mereka buat menjadi favorit di kalangan teman-teman dan tetangga. "Deril, lihat ini!" seru Lina dengan antusias saat mereka mengemas produk baru. "Aku baru saja menerima pesan dari beberapa orang yang ingin memesan keripik kita!" Deril tersenyum lebar. "Itu luar biasa! Setiap usaha kita membuahkan hasil. Semangat kita tidak sia-sia." Namun, saat mereka mengumumkan keberhasilan kepada keluarga, reaksi yang mereka dapatkan tidak seperti yang diharapkan. Ibu Sari, yang sebelumnya skeptis, mengangkat alisnya. "Jadi, kalian pikir ini bisa menjadi bisnis yang serius? Coba lihat, hanya beberapa paket yang terjual," ujarnya dengan nada merendahkan. Sintya, yang duduk di sampingnya, ikut menambahkan, "Apakah kalian tidak merasa malu? Menghabiskan waktu untuk hal seperti i

  • Bayangan Deril: Penguasa Dunia yang Terlihat Miskin   Bab 11 : Peluang Bisnis

    Di teras rumah yang sederhana, Deril duduk di samping Lina, sambil menyeruput teh hangat. "Lina, aku punya ide brilian untuk meningkatkan pendapatan kita," kata Deril, matanya bersinar penuh semangat. Lina menatapnya, penasaran. "Oh, ya? Apa ide itu, Deril?" "Kita bisa memanfaatkan hasil pertanian kita dan membuat produk olahan dari sayur dan buah yang kita tanam sendiri," jelas Deril, bersemangat. Lina mengangguk, sedikit ragu. "Tapi, bagaimana jika kita beri tahu ibu dan keluarga kita? Mereka pasti bisa memberi masukan." Deril menghela napas. "Baiklah, mari kita coba. Tapi aku berharap mereka bisa mendukung kita." Mereka pun mengundang Ibu Sari, mertua Deril, serta Lin Lin, nenek Lina, untuk berdiskusi. Setelah semua berkumpul, Deril membagikan ide mereka. "Kami berpikir untuk membuat keripik sayur dan selai buah dari hasil pertanian kita." Ibu Sari mengerutkan dahi. "Deril, itu ide yang bagus, tetapi pasar untuk produk seperti itu sangat kecil. Apa kamu yakin bisa menj

  • Bayangan Deril: Penguasa Dunia yang Terlihat Miskin   Bab 10 : Kehadiran Angel

    Tak lama setelah itu, Angel tiba memasuki aula dengan pengawalnya. Aura kehadirannya langsung menarik perhatian semua orang. Lina dan keluarganya tertegun melihat penampilannya. Angel terlihat begitu cantik dengan sepatu hak tinggi yang menambah kesan elegannya, serta rambut lurusnya yang diikat rapi. “Lihat, itu Angel!” bisik Lina kepada Deril, matanya berbinar penuh kekaguman. Deril menatap Angel dengan senyum. “Dia memang selalu memukau. Aku tidak heran semua orang terpesona.” Sementara itu, Ibu Sari mengamati Angel dengan rasa takjub. “Dia terlihat sangat berkelas. Pasti banyak yang mengaguminya di sini,” ucapnya, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. “Ya, dia pasti menjadi pusat perhatian,” balas Sintya, mengangguk setuju. “Kita harus menyapa dan memperkenalkan diri.” Angel melangkah dengan percaya diri, menyapa beberapa pengunjung yang mendekatinya. Saat melewati Deril, ia menatapnya dan memberi hormat sedikit. Beberapa orang di sekitar terdiam, mengamati momen itu denga

  • Bayangan Deril: Penguasa Dunia yang Terlihat Miskin   Bab 9 Konflik Acara Pameran

    Lina menatap keluarganya dengan senyum lebar. “Ayo, kita lihat lebih banyak karya seni! Aku ingin menunjukkan beberapa hal padamu semua.” Deril mengikuti di belakang, merasa senang melihat Lina berbagi kegembiraannya dengan keluarganya. Meskipun ada ketegangan di antara beberapa anggota keluarganya, suasana pameran tetap ceria dan penuh energi. Tidak lama setelah itu, Deril mulai menjelaskan kepada Lina dan keluarganya yang mengikuti di belakang mereka tentang berbagai benda yang dipamerkan. Mereka berhenti di depan sebuah lukisan yang menggambarkan pemandangan alam yang indah. “Lihatlah lukisan ini, teknik cat minyaknya sangat halus. Perpaduan warna biru dan hijau menciptakan kedalaman yang luar biasa,” jelas Deril dengan antusias. “Wow, itu luar biasa! Aku tidak menyadari betapa rumitnya itu,” balas Lina, terpesona. Ia memperhatikan bagaimana Deril mengamati setiap detail. Namun, Ibu Sari tiba-tiba menyela, “Deril, kamu jangan membual. Dari mana kamu bisa tahu semua ini? Sepert

  • Bayangan Deril: Penguasa Dunia yang Terlihat Miskin   Bab 8 : Acara Pameran

    Acara pameran seni akhirnya tiba, dan Deril pergi bersama Lina menuju aula tempat acara berlangsung. Saat mereka tiba, suasana di dalam aula begitu hidup, dipenuhi oleh warga desa yang antusias. Deril dan Lina melangkah masuk, terpesona oleh berbagai karya seni yang dipamerkan. “Wow, lihat betapa ramai acara ini!” seru Lina, matanya berbinar melihat banyak orang berkumpul. “Iya, ini luar biasa! Aku tidak sabar untuk melihat semua karya yang ada di sini,” jawab Deril, sambil memegang tangan Lina agar tetap dekat. Mereka melangkah lebih dalam ke aula, dan Deril melihat Nathan berdiri di dekat salah satu stan, tampak sedikit gugup. Begitu Nathan melihat mereka, ia segera menghampiri Deril dan mengulurkan tangan. “Deril! Senang sekali bertemu di sini!” katanya dengan senyuman lebar. “Senang bertemu denganmu juga, Nathan! Karya keramikmu sudah siap dipamerkan, kan?” tanya Deril, menatap penuh minat. “Ya, aku harap semuanya berjalan baik. Aku sangat berharap para pengunjung menyukain

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status