Share

Bab 12 : Mual

Author: Atria
last update Last Updated: 2025-12-19 09:33:56

Pagi itu, matahari muncul lebih cepat dari biasanya, menyinari kamar Aira yang kecil. Dia bangun dengan rasa segar, ingatan tentang ciuman semalam dengan Leonard masih terngiang-ngiang di benaknya. Wajahnya langsung memerah ketika dia ingat bagaimana Leonard berada di atasnya, mata dia yang memandangnya lekat-lekat sebelum menciumnya lembut.

Hanya karena obat tidur? Atau dia benar-benar melakukan itu?

Dia menggoncang kepala, mencoba mengusir pikiran itu. Hari ini, dia ingin memasak sarapan favorit Leonard — ikan bakar dengan bumbu kunyit dan cabai yang segar. Dia tahu pria itu suka makanan yang beraroma kuat, jadi dia menambahkan lebih banyak bumbu dari biasanya.

Dia memasak di dapur, api kompor menyala lembut. Ketika ikan mulai matang, aroma bumbu yang kuat menyebar di seluruh dapur. Tapi tiba-tiba, rasa tidak nyaman muncul di perutnya. Dia merasa mual parah, seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari tenggorokannya. Itu membuat Aira merasa tidak nyaman.

“Aduuh,” bisik Aira pelan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bayaran Cinta Sang Miliarder   Bab 14 : Garis Dua

    Aira perlahan membuka mata. Langit-langit putih menyambut pandangannya, dingin dan asing. Bau obat-obatan menusuk hidungnya, membuat kepalanya sedikit pening. Dia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana dirinya berada. Rumah sakit. Ingatannya perlahan datang , langkah yang menjauh, lalu dunia yang tiba-tiba gelap. “Aira…” Suara itu terdengar pelan, dekat. Aira menggeser pandangannya ke samping. Leonard duduk di kursi di sisi ranjang, tubuhnya condong ke depan, kedua tangannya saling bertaut erat. Wajahnya terlihat lelah, mata itu, yang biasanya dingin dan jauh, kini dipenuhi kekhawatiran yang tidak disembunyikan. “Kamu sudah sadar,” ucap Leonard lirih. Ada kelegaan jelas dalam suaranya. Aira menelan ludah, lalu mengangguk kecil. “Iya…” “Bagaimana rasanya sekarang?” tanya Leonard. Nadanya hati-hati, seolah takut suaranya terlalu keras bisa melukai Aira. “Sedikit pusing… tapi lebih baik,” jawab Aira jujur. Leonard mengangguk. Tangannya bergerak tanpa sadar, merapik

  • Bayaran Cinta Sang Miliarder   Bab 13 : Apa? Hamil!

    Malam terasa lebih panjang bagi Aira.Lampu kamar sudah dipadamkan, tapi matanya tetap terbuka. Pikirannya tidak berhenti berputar, bahkan ketika tubuhnya terasa lelah sampai ke tulang. Suara dokter sore tadi terus terngiang di kepalanya—tentang perubahan, tentang kemungkinan, tentang jawaban yang belum bisa diberikan malam itu.Aira menarik selimut lebih rapat, tubuhnya menggigil bukan karena dingin, tapi karena ketakutan. Lalu perlahan meraih ponselnya dari meja kecil di samping ranjang.Hanya ingin tahu, batinnya. Sedikit saja.Jarinya gemetar ketika mengetik di mesin pencari.mual saat mencium bau masakanlelah berlebihanpusing di pagi hariLayar ponsel memuat hasil demi hasil.Aira membaca perlahan. Sekali. Dua kali. Tiga kali.Lalu matanya membulat.Tulisan-tulisan itu terasa seperti menampar wajahnya tanpa suara.Gejala umum kehamilan awal.Dadanya terasa sesak. Napasnya tercekat. Dia merasa ingin muntah lagi, tapi tidak ada apa-apa yang keluar.“Tidak mungkin…” bisiknya lirih

  • Bayaran Cinta Sang Miliarder   Bab 12 : Mual

    Pagi itu, matahari muncul lebih cepat dari biasanya, menyinari kamar Aira yang kecil. Dia bangun dengan rasa segar, ingatan tentang ciuman semalam dengan Leonard masih terngiang-ngiang di benaknya. Wajahnya langsung memerah ketika dia ingat bagaimana Leonard berada di atasnya, mata dia yang memandangnya lekat-lekat sebelum menciumnya lembut. Hanya karena obat tidur? Atau dia benar-benar melakukan itu? Dia menggoncang kepala, mencoba mengusir pikiran itu. Hari ini, dia ingin memasak sarapan favorit Leonard — ikan bakar dengan bumbu kunyit dan cabai yang segar. Dia tahu pria itu suka makanan yang beraroma kuat, jadi dia menambahkan lebih banyak bumbu dari biasanya. Dia memasak di dapur, api kompor menyala lembut. Ketika ikan mulai matang, aroma bumbu yang kuat menyebar di seluruh dapur. Tapi tiba-tiba, rasa tidak nyaman muncul di perutnya. Dia merasa mual parah, seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari tenggorokannya. Itu membuat Aira merasa tidak nyaman. “Aduuh,” bisik Aira pelan

  • Bayaran Cinta Sang Miliarder   Bab 11 : Leonard Mabuk

    Hari itu, sore, suasana di kantor Leonard terasa berbeda. Elena berjalan dengan langkah yang lebih riang, rambutnya disusun rapi dengan bunga kecil di sisinya, dan dia mengenakan gaun biru muda yang sedikit terbuka di leher. Dia telah menyiapkan ruang rapat dengan kopi pahit favorit Leonard dan kue kacang yang dia tahu dia suka — semua untuk mengalangkan cara agar bisa dekat dengan pria itu. Ketika Leonard masuk ke ruang rapat, Elena segera berdiri, tersenyum lebar. “Tuan, saya sudah sediakan kopi dan kue. Silakan duduk, ya.” Leonard mengangguk singkat, duduk di kursi tanpa melihatnya. “Apa ada rapat hari ini, Elena?” “Tidak, Tuan. Saya cuma mau berbicara sebentar dengan Tuan. Tentang… rencana akhir pekan.” Dia mendekat, menyajikan kopi ke depan Leonard. “Saya dengar ada restoran baru yang bagus di tepi pantai. Bisa saja kita ke sana bersama? Hanya berdua.” Leonard mengangkat kopi, menyeduhnya tanpa menoleh. “Saya sibuk akhir pekan. Ada banyak pekerjaan.” Elena tidak patah semang

  • Bayaran Cinta Sang Miliarder   Bab 10 : Kembali

    Perjalanan pulang dari kantor Leonard terasa aneh bagi Aira. Langkahnya memang lebih ringan dibanding pagi tadi, tapi pikirannya masih penuh. Tatapan tajam Elena, nada dingin Leonard, semuanya masih membekas. Namun di balik itu, ada satu hal yang membuat dadanya sedikit lebih lapang—dia punya pekerjaan. Dan itu berarti ibunya bisa mendapatkan obat yang dibutuhkan. Saat rumah kecil itu akhirnya terlihat, Aira langsung mengenali sosok ayahnya yang duduk di teras. Rokok linting terselip di jari, asapnya mengepul pelan, pandangannya kosong menatap jalan seolah menunggu sesuatu—atau seseorang. Aira mendekat perlahan. “Ayah…” Ayahnya menoleh cepat, seolah takut yang dipikirkannya hanya bayangan. Begitu melihat Aira, matanya langsung berbinar. “Kamu pulang, Nak. Gimana?” suaranya terdengar tertahan. “Dapat kerja, nggak?” Aira mengangguk. Jantungnya berdegup lebih cepat. “Dapat, Ayah.” Ayahnya bangkit spontan dan memeluknya erat, napasnya bergetar. “Alhamdulillah… alhamdulil

  • Bayaran Cinta Sang Miliarder   Bab 9 : Pengorbanan Aira

    Empat minggu setelah Aira pulang dari rumah Leonard, kehidupan kembali terasa seperti gunung yang harus dia angkat sendirian. Ibu Aira memang sudah pulang dari rumah sakit, tapi warna wajahnya masih pucat dan dia sering merasa pusing. Biaya kontrol bulanan, obat-obatan yang harus terus dibeli, dan kebutuhan sehari-hari keluarga membuat ayah Aira semakin tertekan. Ayah hanya bisa menjual sayuran di pasar pagi sampai tengah hari, pendapatannya cuma cukup buat nasi dan lauk sederhana, tidak pernah cukup buat yang lain.Aira bekerja tambahan membersihkan rumah tetangga setiap sore, mendapatkan uang sedikit yang dia simpan dengan hati-hati. Tapi hari itu saat pagi, dokter memanggil ayah Aira dengan suara yang serius di telepon. Aira mendengarnya dari kamar, hati dia langsung berdebar kencang.“Pak Herman, ibu Ayu butuh kontrol ulang minggu depan. Dan setelah pemeriksaan kemarin, kita butuh mengganti obat untuk mengontrol tekanan darahnya yang lebih efektif untuk mencegah komplikasi jantung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status