Home / Romansa / Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya! / Pertemuan dengan Nyoba Baik

Share

Pertemuan dengan Nyoba Baik

Author: Galuh Arum
last update Huling Na-update: 2025-01-02 12:28:04

"Non, saya tidak tahu apa pun. Bayi Non memang sudah meninggal. Tangisnya sempat berhenti saat non pendarahan lali kehabisan oksigen yang memang harusnya bayi baru lahir itu mendapati hal yang lebih baik."

Lagi-lagi Ros kecewa. Dia berharap ini semua mimpi. Namun, kembali terpatahkan oleh kenyataan.

"Non, anak Non sudah meninggal dan sudah takdir."

Ros terdiam, mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Bi Mina. Matanya memerah, tapi tidak ada lagi air mata yang mampu mengalir. Rasanya seperti seluruh harapan yang tersisa kembali hancur berkeping-keping.

“Takdir?” gumamnya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri. “Kenapa semuanya selalu menyebut ini takdir? Kenapa takdir Tuhan begitu kejam padaku?”

Bi Mina menghela napas panjang, hatinya terasa berat melihat Ros yang semakin tenggelam dalam kesedihan. Namun, ia tidak berani mengungkapkan apa pun. Ancaman Meria masih membayangi pikirannya.

“Non, kadang kita tidak tahu rencana Tuhan. Tapi Non harus kuat, meskipun ini berat,” ucap Bi Mina dengan suara yang penuh iba.

Ros mendongak, menatap Bi Mina dengan mata yang kosong. “Kuat? Untuk apa, Bi? Semua sudah hilang… anakku, harapanku, hidupku. Aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya bertahan sekarang.”

Bi Mina terdiam, tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia ingin merangkul Ros, tapi ia tahu pelukan itu tidak akan mampu menghapus rasa sakit yang begitu mendalam.

Ros kemudian berbaring di tempat tidurnya, memandang langit-langit dengan tatapan kosong. Dalam hati, ia berharap semuanya hanyalah mimpi buruk. Tapi kenyataan yang pahit terus menghantamnya tanpa ampun.

“Kalau memang ini takdir,” bisiknya lirih, “kenapa aku harus jadi korban?”

Bi Mina hanya bisa memandang Ros dengan air mata di matanya. Ia merasa bersalah, tapi rasa takutnya pada ancaman Meria lebih besar. Dalam hatinya, ia berdoa agar suatu saat Ros menemukan kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan ini, meskipun jalannya begitu gelap dan penuh luka.

***

Malam hari Ros mengendap untuk keluar dari rumah sang ayah. Dengan membawa satu tas kecil dan baju yang tak banyak, dia nekad untuk pergi.

Ros melangkah menjauh dari rumah itu. Namun, rasa sakit masih sangat menjalar di seluruh tubuh. Tapi, dia harus pergi dan mencari kebahagiaan tanpa mereka.

"Aku harus bisa tahan walau rasanya sangat sakit." Ros lagi-lagi megang perutnya. Tidak bisa bohong dia wanita yang habis melahirkan dan pendarahan. Tubuhnya sangat lemas.

"Aku harus kuat. Kuat, Ros!" Ros bergumam sembari melangkah dengan langkahnya goyah di pinggir jalan.

Namun, rasa sakit itu tak tertahankan. Saat dia hendak menyeberang, matanya tak awas hingga sebuah mobil berhenti mendadak di hadapannya. Dan tubuh Ros luruh dan pingsan.

Sementara, wanita tua cemas saat mobilnya mendadak berhenti.

"Pak Gatot ada apa?"

"Ada wanita tiba-tiba menyebrang dan dia pingsan padahal mobil tidak menabraknya."

"Coba bantu saya turun!"

"Baik Nyonya Agata."

Sopir pribadi wanita tua itu membantu majikannya turun untuk melihat yang sedang terjadi.

"Astaga, Pak."

Nyonya Agata menghampiri Ros yang pingsan. "Cepat bawa dia ke dalam mobil dan bawa kerumah sakit. Saya mau pastikan dia baik-baik saja."

"Tapi Nyonya, saya takut dia orang jahat."

"Cepat angkat!"

"Ba--baik."

Sopir itu dengan hati-hati mengangkat Ros yang tak sadarkan diri dan membawanya ke dalam mobil mewah milik Nyonya Agata. Wanita tua itu memerhatikan wajah Ros yang pucat dan penuh luka kesedihan, bahkan dalam ketidaksadarannya.

"Pak Gatot, cepat ke rumah sakit terdekat. Kita tidak tahu apa yang terjadi padanya," perintah Nyonya Agata tegas.

"Baik, Nyonya," jawab sopir sambil melajukan mobil dengan kecepatan yang stabil.

Selama perjalanan, Nyonya Agata tak henti-hentinya menatap Ros dengan perasaan iba. Dalam hati, ia bertanya-tanya apa yang membuat wanita muda ini sampai berada di tengah jalan dengan kondisi seperti itu.

Tak lama kemudian, mereka tiba di rumah sakit. Dengan bantuan staf medis, Ros segera dibawa masuk untuk mendapatkan perawatan. Nyonya Agata tetap mengikuti, memastikan semuanya ditangani dengan baik.

"Dokter, tolong pastikan dia mendapatkan perawatan terbaik," ujar Nyonya Agata kepada dokter yang menangani Ros.

Dokter mengangguk. "Kami akan melakukan yang terbaik, Bu. Tapi, apakah Anda mengenal wanita ini?"

Nyonya Agata menggeleng. "Tidak, tapi saya tidak bisa membiarkannya begitu saja. Saya ingin tahu keadaannya setelah diperiksa."

Beberapa saat kemudian, Ros mulai siuman. Matanya perlahan terbuka, pandangannya masih kabur. Ia melihat seorang wanita tua yang tidak dikenalnya berdiri di samping tempat tidur.

“Kamu sudah sadar, Nak?” tanya Nyonya Agata lembut.

Ros mencoba bangun, tapi tubuhnya masih lemah. “Siapa… Anda?” tanyanya pelan.

“Aku yang membawamu ke sini. Kamu pingsan di tengah jalan tadi. Apa yang terjadi padamu, Nak?”

Ros menunduk, tidak tahu harus berkata apa. Air matanya mulai mengalir lagi, tapi ia tidak menjawab. Dalam hatinya, ia merasa sedikit hangat oleh kebaikan wanita ini, meskipun ia masih tenggelam dalam kesedihan yang mendalam.

"Nak, katakan saja."

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Hari Yang Bahagia

    Di bawah langit malam yang tenang, angin bertiup pelan menerpa helai rambut Ros yang jatuh di bahunya. Langkahnya menyusul Nicolas, menyusuri sisi taman kecil yang diterangi cahaya kuning temaram dari lampu dinding rumah. Jantung Ros berdegup tak karuan. Tadi Nicolas memintanya bicara secara pribadi, dan itu sudah cukup untuk membuat pikirannya berputar-putar.Begitu mereka sampai di sudut taman, Nicolas berhenti. Ia membalikkan badan, menatap Ros dengan mata yang tak biasa—ada kegugupan, ada ketegasan, dan ada… cinta."Ros," katanya pelan namun mantap. “Aku sudah terlalu lama menahan semuanya.”Ros menatapnya, menanti. Namun diamnya adalah jawaban paling jujur dari ketakpastian dalam dadanya.Nicolas menarik napas panjang. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi mungkin aku harus langsung ke intinya.”Ia merogoh saku jasnya, mengeluarkan sebuah kotak beludru kecil. Ros terperangah, tubuhnya seperti terpaku di tempat.“Aku tahu ini mendadak. Mungkin kamu berpikir aku hanya sedang

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Makan Malam Hangat

    Rosalia sempat terdiam, bibirnya mengatup kaku karena tak menyangka akan mendengar permintaan seperti itu dari Nyonya Sandrina. Ia menatap wajah wanita paruh baya di hadapannya, yang kini tampak begitu hangat dan tulus.“Mama?” Ros mengulang pelan, seolah ingin memastikan.Nyonya Sandrina mengangguk lembut. “Iya, kamu sudah seperti anak sendiri. Kalau kamu bersedia memanggilku begitu… aku akan sangat senang.”Ros menunduk, hatinya tiba-tiba hangat. Sepanjang hidupnya, ia jarang merasa sedekat ini dengan sosok ibu. Meski pernah punya ibu tiri, kasihnya tak pernah benar-benar menyentuh.“Terima kasih… Mama,” ucap Ros dengan suara pelan namun penuh makna.Nyonya Sandrina meraih tangan Ros dan menggenggamnya dengan lembut. “Aku tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi, tapi aku tahu kamu anak baik. Dan aku tahu El sangat mencintaimu.”Ros tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca. “Aku juga sangat mencintai El.”Nyonya Sandrina tersenyum lebar. “Dan itu sudah cukup. Kamu pantas berada di sisiny

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Jati diri Ros

    Nicolas mengajak Ros makan di restoran. Kali ini Nicolas ingin menyelesaikan semuanya. Kebohongan yang selama ini dia tahan. Namun, hatinya tak biasa menampik rasa yang ada."Apa ada yang bisa kamu jelaskan?" tanya Nicolas saat Ros hendak makan siang. "Tentang identitas sebagai cucu Nyonya agata."Ros meletakkan sendoknya perlahan, menatap Nicolas tanpa buru-buru. Sorot matanya tajam, tapi tenang.“Aku tidak berniat menyembunyikan, Nic. Tapi bukan waktunya saat itu. Aku bukan seseorang yang suka ! ada luka di balik kalimatnya.Nicolas menghela napas, mencoba menurunkan egonya. “Tapi kamu tahu, aku harusnya jadi orang pertama yang tahu. Setelah semua yang kita lalui…”Ros tersenyum tipis, getir. “Setelah semua kebohonganmu juga? Tentang El, tentang pernikahan yang kamu tawarkan, tentang... rasa yang kamu bahkan baru akui kemarin?”Nicolas terdiam. Ros melanjutkan, suaranya kini lebih lembut. “Aku bukan ingin menyakiti kamu, Nic. Aku cuma ingin dikenal karena diriku sendiri, bukan seba

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Ini Nyata

    Rosalia melangkah perlahan, sorot matanya tenang, tetapi ada ketegasan di sana. "Benar, aku adalah cucu kandung Nyonya Agata. Dan sebagai pewaris sah, aku ingin melihat semua perjanjian bisnis yang telah dibuat atas nama perusahaan keluarga kami."Maya mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. "Tidak mungkin! Kau selama ini hanyalah—""—Seorang babysitter?" potong Rosalia dengan senyum tipis. "Ya, itu yang kalian kira. Tapi aku tidak pernah menyangkal siapa diriku. Kalian saja yang terlalu sibuk menginjakku hingga lupa mencari tahu kebenaran."Maya menelan ludah, matanya beralih ke Tian, lalu ke Nicolas. "Ini lelucon, kan? Nicolas, kau tahu soal ini?"Nicolas masih terdiam, pikirannya bercampur aduk. Ia merasa dikhianati karena Rosalia menyembunyikan identitasnya. Tapi di sisi lain, ia mulai memahami mengapa wanita itu selalu terlihat penuh pertimbangan setiap kali mengambil keputusan.Tian melipat tangan di dada, menatap Aldo dengan tatapan penuh kemenangan. "Jadi, Tuan Aldo, masih ing

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pewaris Tunggal

    Suasana tegang saat Nicolas datang bersama dengan Alex. Lalu, Aldo bersama dengan Maya, melihat hal itu Nicolas seperti bisa membaca apa yang sebenarnya terjadi."Nicolas, apa kabar? Hmm... Apa kabarmu sedang tidak baik-baik saja setelah mendengar kabar kontrak yang sedang di ambang kerugian."Maya kini merasa menang dan di atas awan. Nicolas hanya menanggapi semua dengan tenang walau hatinya ketar ketir.Nicolas menghembuskan napas perlahan, menahan emosinya agar tidak terpancing oleh provokasi Maya. Ia melirik Aldo yang duduk dengan ekspresi santai, seolah menikmati situasi yang sedang berlangsung."Aku baik-baik saja, Bu Maya. Justru aku penasaran, apa Anda yang sedang dalam kondisi baik setelah bermain api dengan kontrak ini?" jawab Nicolas dengan nada datar namun penuh makna.Maya menyilangkan tangannya di depan dada, menyeringai. "Oh, Nicolas, bisnis itu tentang siapa yang lebih cerdas membaca peluang. Sayangnya, kali ini kau kalah cepat."Alex yang berdiri di samping Nicolas m

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    akhirnya memeluk anakku

    Rosalia tersenyum untuk pertama kalinya pada Nicolas. Pria itu sedang tidak baik-baik saja. Ros bangkit dan hendak masuk.."Ros, tetap di sini. Apa kamu mau pergi meninggalkan aku yang sedang tidak baik-baik saja?" tanya Nicolas."Tuan, aku mau kedalam. Sudah malam, lebih baik Anda juga tidur. Besok bukannya mau bertemu dengan Tuan Tian?"Nicolas menghela napas panjang, menatap Ros dengan mata yang penuh kelelahan. "Aku hanya ingin berbicara sebentar, Ros. Aku lelah dengan semua ini, dengan pekerjaan, dengan perasaan yang terus-menerus tak bisa aku kendalikan."Ros menggigit bibirnya, ragu untuk tetap tinggal atau pergi. Tapi melihat ekspresi Nicolas, sesuatu dalam hatinya melunak. "Baiklah, sebentar saja," ujarnya pelan.Nicolas tersenyum kecil, lalu mengalihkan pandangannya ke langit malam. "Aku tidak pernah menyangka, hidupku akan serumit ini. Semua berjalan begitu cepat, dan sekarang… aku takut kehilangan sesuatu yang belum sepenuhnya aku genggam."Rosalia menunduk, merasakan geta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status