Hari pendaftaran pernikahan, aku menunggu di Kantor Catatan Sipil sejak pagi hingga langit gelap. Sementara itu, pacarku Soni malah menemani cinta pertamanya naik gunung. Aku meneleponnya belasan kali, tapi semuanya ditolak. Sampai telepon ke-20 baru dia mengangkat. "Sehari nggak ketemu aku saja kamu harus menelepon puluhan kali, mau nyawa aku diambil, ya? Kamu sebenarnya segitu kekurangan lelaki, ya?" "Yeni lagi nggak enak badan, jantungnya kambuh. Aku harus jagain dia di rumah sakit. Urusan nikah, lain kali saja." Sepuluh tahun bersama, ini sudah ke-100 kalinya Soni meninggalkanku sendirian di depan Kantor Catatan Sipil demi perempuan itu. Untuk ke-101 kalinya, dia hanya meninggalkan pesan. [Sayang, jam sepuluh ketemu di Kantor Catatan Sipil.] Aku menahan tawa dingin, mengabaikan pesannya, lalu melangkah naik ke pesawat menuju luar negeri. Soni, kali ini aku tidak akan memilihmu lagi. Pria yang biasanya selalu terlihat tenang itu, begitu tahu aku pergi, benar-benar kehilangan kendali menggila.
View MoreDua-duanya bukan orang baik. Warganet terus menghujat mereka berdua sebagai pasangan bajingan dan murahan. Kabar beredar bahwa banyak mitra Grup Lardi menilai Soni tidak punya integritas karena meninggalkan orang yang telah menemaninya sepuluh tahun. Satu per satu kerja sama pun dibatalkan.Seperti pepatah ada gula ada semut. Di dalam Grup Lardi situasinya kacau balau. Kudengar Soni sampai kewalahan mengurus semuanya.Tapi, dia tetap berusaha membangun citra sebagai korban. Dia memberi tahu publik bahwa penyakit jantung Yeni sebenarnya sudah diobati saat masih di luar negeri. Setelah pulang, Yeni hanya memanfaatkan penyakit itu untuk mencari simpati. Dia mengaku dirinya hanya sempat khilaf dan terjebak rasa iba.Dia bahkan memanfaatkan akun resmi perusahaan untuk menandai namaku. [@Cesya, ini adalah satu-satunya cinta dalam hidupku, juga satu-satunya nyonya Grup Lardi! Cesya, aku mohon menikahlah denganku!]Aku hanya tersenyum miris.Menganggap semua itu seperti lelucon belaka....Per
Suasana di sekitar mendadak ramai oleh suara bisik-bisik. Soni tetap berlutut, seakan ingin memaksaku menerima.Aku dan Kak Risti buru-buru meminta maaf pada penonton, lalu petugas keamanan segera menyeretnya turun panggung.Aku menatapnya tajam. "Kamu belum puas bikin keributan? Mau lihat aku hancur dulu baru kamu senang?"Soni panik, mencoba menyematkan cincin di tanganku. "Aku nggak ada maksud begitu. Aku beneran nggak sengaja. Cesya, jangan tolak aku, ya?"Kak Risti langsung mendorongnya menjauh. "Berhenti pura-pura. Kamu sudah buang sepuluh tahun hidup Cesya sambil main kotor sama Yeni. Sekarang kamu kira dia masih mau maafin kamu dan nikah sama kamu?"Cincin itu terlepas, jatuh dan bergulir di lantai. Aku hanya menatapnya dingin. Soni hampir saja merusak penampilan penting pertamaku!Dia buru-buru jongkok, memungut cincin itu lagi, lalu kembali berlutut. "Semuanya salahku. Aku yang salah. Aku yang selalu mengabaikan perasaanmu..."Sambil berkata begitu, dia menarik tanganku dan m
Aku langsung menelpon polisi, melaporkan Soni atas tuduhan masuk rumah tanpa izin. Polisi pun segera membawanya pergi.Saat digiring keluar, dia masih berteriak histeris. "Cesya, aku pasti bakal balik cari kamu! Tunggu saja!""Kita ini pasangan yang paling cocok! Bukankah kita sudah janji mau menikah?"Aku membalas dengan suara lantang. "Soni, dengar baik-baik. Ini terakhir kalinya! Kita nggak punya masa depan, nggak ada kemungkinan! Aku nggak akan nikah sama kamu!""Jangan pernah ganggu aku lagi, jangan hancurkan hidupku!" Aku pikir kata-kataku cukup tegas untuk memutus semuanya.Tidak kusangka, dia tetap saja terus mengusikku!Satu bulan kemudian, tibalah hari pertunjukan panggungku yang pertama.Selama se
Sejak telepon terakhir itu, hidupku kembali tidak tenang.Soni pun kalap karena tidak bisa menghubungiku. Dia menyuruh siapa pun yang bisa menghubungiku untuk terus-terusan menggangguku, menanyakan kapan aku akan kembali untuk menikah dengannya.Bahkan seniorku ikut diganggu, ditanya-tanya soal keberadaanku. Saking kesalnya, dia langsung memaki Soni dan Yeni habis-habisan, lalu memblokir mereka.Kak Risti menepuk bahuku sambil menenangkan. "Dasar brengsek. Selalu baru merasa kehilangan setelah ditinggal. Aku carikan kamu pengawal saja. Biar Soni nggak bisa cari gara-gara atau nekat nyulik kamu, itu baru repot."Aku menoleh pada Kak Risti, lalu melihat adiknya yang tinggi hampir dua meter berdiri di depanku. Dia tersenyum sambil menjamin. "Tenang, Kak. Aku sudah latihan tinju. Aku pasti bisa jagain kamu!"Aku menatap "pengawal" dadakan itu sampai tidak tahu harus tertawa atau menangis. "Ini 'kan negara hukum. Harusnya nggak sampai segitunya."Kak Risti hanya melambaikan tangan, menyerah
Begitu turun pesawat dan keluar dari gerbang stasiun bandara, Kak Risti langsung memelukku erat.Dia menepuk pundakku dengan gembira. "Kami semua sudah lama nunggu kamu. Bertahun-tahun kamu selalu menolak, akhirnya sekarang kamu kembali juga!"Aku tahu yang dia maksud adalah teman-teman lama di orkestra.Hidungku terasa asam, lalu aku spontan menyembunyikan wajah di bahunya sambil berbisik pelan."Syukurlah, aku sudah kembali.""Yang penting kamu sudah kembali."Dulu aku punya banyak teman di orkestra. Tapi, karena campur tangan Soni, sadar atau tidak, mereka satu per satu menjauh.Sampai akhirnya aku benar-benar terkurung dalam lingkaran rumah tangga, hampir memutus semua hubungan sosial. Seluruh hidupku hanya berputar di sekitar Soni, tiap hari hanya mengurus dirinya.Setelah Kak Risti membawaku kembali, semua anggota orkestra menyambut dengan senang. Mereka bahkan memberi selamat karena aku akhirnya berhasil menendang bajingan itu.Sejak dulu mereka memang tidak suka sifat Soni yang
Aku sarapan sambil membuka laptop untuk mengurus pendaftaran visa daring.Setelah semua selesai, tanpa sadar aku kembali membuka linimasa Yeni.Ada dua unggahan baru.Ungahan pertama baru saja diunggah. [Aku bilang lagi nggak enak badan, kamu langsung nyetir ke sini. Aku benar-benar beruntung bisa ketemu kamu! Kamu beneran sayang banget sama aku! Aku juga sayang kamu!]Fotonya memperlihatkan Soni dari samping. Dia menggenggam tangan Yeni erat-erat, seakan takut dia pergi di detik berikutnya.Seketika aku teringat beberapa tahun lalu. Demi pekerjaan, aku sering begadang berlatih piano sampai lupa makan. Akhirnya maagku kambuh. Rasa sakit itu membuatku hampir tidak bisa berdiri. Dengan susah payah aku memohon padanya untuk mengantarku ke rumah sakit. Tapi, dia hanya menjawab, "Kamu bisa nggak jangan lebay? Paling juga nggak parah. Minum air hangat saja, beres."Pada akhirnya, karena sudah tidak kuat, aku sendiri yang menelpon ambulans.Saat aku pingsan, samar-samar kudengar suaranya. "Ih
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments