Share

11

Penulis: Mhammadtaufiq
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-02 11:27:47

Pita langsung tersentak dengan pertanyaan Aristela yang dirasanya sangat lancang itu, sementara menurut Aristela sendiri, dia takkan peduli jika perasaan Pita akan sakit atau teriris akan kalimat sadisnya, karena dia sudah terlanjur buruk mood-nya, ditambah lagi dengan dua wanita songon yang tambah memanas-manasinya.

"Kenapa diam? Apa ucapanku bener yah? Kalau memang bener, miris banget demi duit sampai segitunya mempermalukan diri sendiri, bahkan harga dirimu dapat ditukar dengan iphone," lanjut Aristela semakin sinis menatap Pita, Pita ingin membalas wanita itu, akan tetapi ... suasana di toko roti semakin ramai dengan hadirnya para pelanggan yang sedang menyaksikan adu mulut mereka.

Aristela yang merasakan situasi makin ramai, segera menghindari mereka yang terus menatapnya dan memilih untuk masuk ke dapur saja agar dapat menenangkan diri sejenak.

"Pagi-pagi langsung disemprot sama bos, nasib ... nasib," gumam Aristela. Karena semprotan tersebut, dia jadi mengingat hari-hari yang lain, di mana dirinya selalu saja dijadikan sumber masalah oleh karyawan yang cari muka, terutama Asma dan Pita, keduanya bagaikan ular yang kompak dan terus menatapnya sebagai mangsa yang harus disingkirkan atau dimusnahkan dari tempat ini, tetapi Aristela selalu kuat menghadapi gangguan mereka dan tidak akan menyerah sampai mereka sendiri yang mengibarkan bendera putih.

Namun, pada akhirnya dialah yang kalah karena terlalu lelah dengan semua tekanan yang menumpuk dalam batinnya, di lubuk hati gadis tersebut, dia merasa ada niatan untuk resign saja dari tempat kerjanya ini.

Tapi, nanti Aristela dapet duit dari mana? batin Aristela membuat dirinya sendiri berpikir keras untuk memilih, jika dia berhenti, maka ayahnya akan bertanya apa alasan untuk menentukan putusan tersebut.

"Tidak masalah sih, soalnya Ayah kan juga banyak duit, sementara aku sambil nyari kerja yang lain juga, atau enggak ... gimana kalau aku kuliah aja?" ujar Aristela berbicara sendiri, hingga sebuah tepukan dari belakang mengagetkannya, dan tak lain dan tak bukan, orang yang membuatnya seperti itu adalah bosnya sendiri.

"Kamu ngapain di sini, Aristela? Bukannya bekerja malah melamun sambil bergumam sendiri, atau ... kamu merencanakan sesuatu?" tanya sang bos dan Aristela menggeleng cepat.

"Tidak, Pak, saya hanya berpikir dan merasa ada niatan untuk resign," jawab Aristela, walau di dapur, lebih baik ia menyampaikannya langsung, mumpung bosnya sedang ada, jangan sampai dirinya ingin resign tapi sang bos langsung keluar kota, bisa-bisa dia menunggu lagi dalam waktu yang lama.

"Hah, resign? Apa penyebabnya? Atau ... jangan-jangan karena saya membentak kamu tadi?" tanya Pak Syahrul.

Jawaban dari seorang Aristela adalah sebuah gelengan dan disusul oleh senyum tipisnya sembari mengatakan, "Bukan itu, Pak. Saya ingin resign karena sudah lelah, lelah fisik dan batin, apalagi di tempat ini terdapat dua karyawan yang selalu cari muka, bahkan ada yang mengaku jika ingin merasakan kenyamanan di toko roti ini, kita harus menjadi simpanan," jawab Aristela dan Pak Syahrul mengerutkan keningnya karena belum bisa mencerna perkataan Aristela, terutama pada kalimat terakhir.

"Simpanan, maksudnya?"

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, mengetahui jika Pita adalah simpanan Bapak, tepat di detik itu pulalah saya menjadi kecewa dengan Anda, Anda sebagai pemimpin di perusahaan ini, tentunya harus objektif dan tidak membeda-bedakan, akan tetapi ... Bapak ternyata subjektif dan pilih kasih hanya karena diberikan labirin oleh karyawannya sendiri, terima kasih sebelumnya Pak karena telah menerima saya untuk bekerja di sini, maaf jika sekali lagi jika saya lancang, karena berita tersebut saya dapatkan dari Pita sendiri, kalau begitu, saya pamit undur diri dari pekerjaan ini." Jawaban Aristela begitu panjang lebar, membuat Syahrul benar-benar terkejut akan karyawannya yang mengetahui rahasia gelapnya. Dalam beberapa detik ke depan, Syahrul menggeram dengan tangan yang dikepal kuat, bahkan di dahinya terlihat urat yang sedikit menonjol karena pria tersebut menahan emosi yang hampir meledak.

"Aristela, tunggu!" teriak Syahrul, tetapi tidak ada respon di luar sana dan ia melihat di balik kaca yang ada di pintu dan tak menemukan tanda-tanda Aristela yang ada di sana, itu berarti ... Aristela benar-benar meninggalkan pekerjaannya.

"Pita, yah semuanya karena Pita," ucap Syahrul tersadar dari penyebab resign-nya Aristela, dengan langkah terburu-buru, Syahrul pun keluar dari ruangan tersebut dan mencari keberadaan wanita yang menjadi biang masalah.

Aristela tersenyam-senyum akibat kelegaannya karena telah lepas dari toko roti yang bagaikan neraka baginya, serta dirinya pun tidak akan bertemu dengan dua iblis wanita licik itu lagi.

"Semuanya," panggil Aristela yang berdiri di hadapan pintu keluar, setelah itu Aristela melambaikan tangannya kemudian menundukkan badan sebagai salam perpisahan.

"Terima kasih karena telah menjadi temanku di sini, tetapi tidak untuk dua wanita licik dan murahan itu, untuk karyawan lainnya, jangan seperti mereka berdua yah, karena sebentar lagi, kalian akan melihat akibat dari ulah mereka yang selalu saja cari perhatian bahkan sampai menghasut Pak Syahrul dengan segala godaan serta rayuan fitnah mereka untuk menjatuhkan karyawan yang berkualitas di sini, dan salah satunya aku yang menjadi korban. Mulai detik ini, aku telah resign dari toko roti, maka dari itu, kalimat ini akan menjadi salam perpisahan kita, kalau begitu, diriku pergi dulu," jelas Aristela dan semuanya terkejut begitu saja, perasaan para karyawan menjadi campur aduk dalam kesedihan serta kebahagiaan, di mana kesedihan tersebut berasal dari berhentinya Aristela, sementara rasa senang yang berada di sisi lain, disebabkan oleh kedua wanita licik Asma dan Pita itu, akan segera mendapat balasannya.

"Aristela, jangan pernah melupakan kami!"

"Tentu, kalian teman kerja yang baik, selamat tinggal!"

"Selamat tinggal!" balas para karyawan yang mulai menitikkan air mata saat punggung Aristela perlahan menghilang dari pelupuk mata.

"Pita!" Tiba-tiba, suara menggelegar dari arah dapur mendiamkan suasana di sana, tidak peduli dengan pelanggan yang menatap Pita penuh kesinisan saat Aristela mengungkap alasan dirinya berhenti bekerja dari toko roti ini.

"Kamu, temui saya di ruang kerja, sementara saya ingin mendengarkan kalimat jujur dari karyawan lainnya dan jangan ada yang takut karena akulah yang akan bertanggung jawab atas ketidaknyamanan dari dua orang yang bekerja di tokoku. Pertanyaanku adalah, selain Pita, siapa yang membuat Aristela merasa tidak betah bekerja di sini? Sampai-sampai di berhenti untuk bekerja, padahal sebelumnya saya sangat khawatir jika dia berhenti karena bentakan saya tadi pagi, ternyata tidak karena Aristela memang mengakui kesalahannya, serta sikap saya tadi pagi itu merupakan bentuk ketegasan untuk tetap di siplin, jadi ... sekarang beritahukan siapa wanita selain Pita yang selalu cari perhatian di tempat ini?"

Kompak, semuanya menunjuk arah Asma, dan detik itu pulalah, Asma menggigit bibirnya dengan penuh ketakutan, karena di saat itu pulalah nasibnya akan berakhir buruk.

...☆▪︎▪︎☆...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Be My Princess Adibrata   EKSTRA CHAPTER

    Aristela resmi akan menikah bersama Zahair, para saudaranya jelas mendukung terutama Adnan yang hampir menangis pula ketika melihat sang kakak terharu, di moment itu, August tak henti-hentinya ilfeel dengan sang adik."Lebay amat, lu.""Hadeuh, udah nikah nanti, pasti enggak ada Kak Aristela di sini, yang ada malah keempat orang jomlo yang sering gangguin gue," balas Adnan dan mendapatkan jitakan dari Agam."Kalau ngomong suka bener lo.""Iyalah," sebal Adnan.Abraham sendiri bagaimana? Dia juga ikut bahagia, selama ini banyak yang menyangkanya benar-benar cemburu karena menyukai Aristela, tidak! Setelah Abraham menutup hati, dia tidak tertarik ke lawan jenis pada Aristela, tetapi sudah menyukainya dalam artian adik yang sesungguhnya. Dia hanya cemburu jika Aristela lebih akrab ke saudaranya yang lain di bandingkan dia sendiri, dan kini, sang adiknya itu akan menikah, mendahului para kakak

  • Be My Princess Adibrata   73

    Orang yang ditunggu-tunggu sudah tiba, Zeline senang sekali karena papahnya sudah datang, anak itu berlari dan menarik tangan sang papah untuk bergabung bersamanya juga bersama Aristela dalam acara makan buah."Mamah boleh kupasin apel ini buat Aristela?" pinta Zeline."Boleh," jawab Aristela, kemudian mengupaskan apel tersebut dengan cutter berukuran kecil, bukan hanya mengupasnya, tetapi juga memotongnya menjadi beberapa bagian, membuat Zeline semakin gembira.Ketika Aristela memberikan buah tersebut kepada Zeline, Zeline menolaknya, membuat dua orang menjadi keheranan."Kenapa Zeline?""Zeline enggak mau makan kalau Mamah enggak nyuapin Papah dulu," jawab Zeline cemberut dan Aristela hanya bisa menuruti permintaan anak kecil ini. Aristela mengambil satu bagian dari apel, kemudian menyuapi Zahair, walau ia sedikit malu karena Zahair terus menatapnya."Nah udah, sekarang

  • Be My Princess Adibrata   72

    "Astaga Bapak!" Aristela mendorong Syahrul sekuat tenaga, matanya memerah dan sedikit berlinang karena kaget serta kecewa kepada pria itu, bukan hanya matanya, tetapi wajah Aristela pun memerah juga karena terlanjur emosi."Aristela saya ha-""Hanya apa? Memberikan tanda di leher saya? Apakah itu pantas dikatakan sebagai 'hanya?' jangan membuat saya terlihat murahan untuk yang kedua kalinya, Pak!" Aristela menatap tajam Syahrul."Aristela dengarkan aku, a-""Aku tidak peduli lagi, mau Bapak bunuh keluarga saya, saya enggak peduli! Saya sudah capek dengan semuanya dan saya akan memutuskan untuk mengakhiri hidup saya sendiri dan mumpung Bapak ada di sini, jadi Bapak bisa menyaksikannya secara langsung," potong Aristela dan berujar dengan nada yang tidak main-main lagi. Keseriusannya untuk mengakhiri semuanya sudah berada di ujung tanduk, karena dia ingin mengakhir semua masalah dalam hidup, sekalian nyawanya jug

  • Be My Princess Adibrata   71

    Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba

  • Be My Princess Adibrata   71

    Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba

  • Be My Princess Adibrata   70

    Aristela telah pulang, dirinya mencari di mana keberadaan Adnan tetapi dia tidak menemukan pria itu, hanya ada Agam dan Abraham saja di rumah, dirinya pun menghampiri kakak tertua dan menanyakan keberadaan bocah itu."Kak Abraham, Adnan ke mana, yah?" tanyanya."Di rumah kamu, dia bermalam di sana sama Aderald dan August, juga mamah sama papah," jawab Abraham."Yah ... padahal mau kuajak nonton bareng malam ini," kecewa Aristela kemudian meninggalkan Abraham."Nonton bareng? Kenapa tidak mengajak kami berdua saja?" sahut Abraham tiba-tiba, mendengar kalimat itu membuat Aristela sedikit meragu, tidak biasanya sang kakak ingin menemaninya menonton film horor bersama, biasanya hanya August, Aderald, dan Adnan saja."Eum, boleh," jawab Aristela, bibirnya pun tersenyum gembira dan segera menyalakan televisi dan memutar flm yang telah ia download di telegram melalui smart tv agar ponselnya bisa terhu

  • Be My Princess Adibrata   69

    Aristela kembali ke kamar untuk melanjutkan masa bermainnya bersama Zeline, tidak lama kemudian, Zahair pun ikut masuk untuk sekadar menanyakan, siapa pria yang menelepon gadis tersebut."Aristela, mohon maaf, bukannya saya menguping atau ingin tahu tadinya, hanya saja kebetulan saya mendengar percakapan kamu bersama seorang pria yang terdengar sedikit berdebat, kalau boleh tahu, siapa dia?" tanya Zahair.Sebenarnya, Aristela ogah membahas Syahrul, tetapi karena si duren yang bertanya, dia pun rela menjawabnya dengan pasrah. "Dia pria yang paling Aristela benci, Om. Karena dia, semuanya hancur, dan aku enggak mau membahas pria itu lagi, maafkan aku, Om." Sepertinya Aristela memang tidak bisa menjawabnya, walau sebelumnya dia ingin, tapi entah kenapa dia refleks menjawab seperti itu."Maafkan saya yang terlalu ingin tahu," balas Zahair. Zahair tentu ingin tahu siapa nama pria itu, hanya itu saja jika memang Aristela tidak ingin melebihkannya, karena dia sedikit tida

  • Be My Princess Adibrata   68

    Happy Reading.Aristela membuat sebuah status di snap wa-nya dengan foto punggung Zahair yang menjauh lalu fotonya bersama Zeline."Aristela, itu anaknya si om-om ganteng itu, yah?" tanya teman Aristela menunjuk Zeline."Halo, Tante," sapa Zeline, memanggil teman Aristela yang seumuran dengan Aristela sendiri.Aristela mengangguk dan tertawa ketika mendengar panggilan tante untuk Cica yang merupakan salah satu karyawan tetap di toko bunga."Jangan Tante dong, panggil Kakak yah, Kakak masih muda, namanya siapa nih Adik cantik?" tanya Cica kemudian menyubit pipi Aristela dengan pelan."Zeline Kakak," jawab Zeline dan Cica tersenyum gemas dan ingin sekali membawa Zeline pulang ke rumahnya bersama ayah anak ini. Namun, Cica mengurungkan niatnya karena pasti si om-om itu jatuh hati pada Aristela, lalu dia? Sebelum jatuh hati, pria tampan itu akan mun

  • Be My Princess Adibrata   67

    "Adnan, semongko ulangannya, yah!" teriak Aristela sebelum Adnan berangkat ke sekolah."Siap, Kak!" balas Adnan yang berada di mobil sembari melambaikan tangan seiring mobil mulai berjalan.Aristela pun siap ke bagasi untuk mengeluarkan motornya, dibantu oleh Agam yang juga ingin mengeluarkan kendaraan yang sama karena hari ini dia malas bermobil untuk berangkat kerja."Makasih Kak Agam gantengku.""Helleh, baru ngakuin kalau Abang memang ganteng, padahal dari dulu udah maksimal ganteng gue," balas Agam dan Aristela mengembuskan napasnya dan membalas pula perkataan kakaknya yang mulai narsis, "Mulai lagi, pasti tertular Adnan, bener, kan?""Enak aja, malah Adnan yang ngikutin gue, cuman gue enggak seaktif dia kalau ngomong, seperlunya aja mah, tapi enggak dingin kek Bang Abraham," jawab Agam dan nama yang disebut pun berbalik menatap mereka, Aristela tersenyum ketika tatapan mereka bertemu.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status