(21+) Cerita ringan namun panas! Sesuaikan dengan umur kalian, harap bijak dalam memilih bacaan. "Kau harus menjaga matamu, Nona. Jangan sampai kau melihat bagian sensitif ini, atau kau berpikiran untuk menyentuhnya?" Seorang Abraham, calon kakak tirinya yang paling tua dari empat bersaudara sedang menegur Aristela yang sedang terpaku setelah melihat pemandangan yang sempurna di hadapannya. Abraham menarik Aristela karena gadis tersebut diam saja. "Bagaimana kalau kita bercinta saja? Agar kita yang menikah, bukan mereka!" tegas Abraham yang mulai mengunci Aristela. "Eum."
Lihat lebih banyakNamaku Aristela, di sore hari diriku merasa begitu lelah, karena bekerja di toko roti yang sudah besar dan pelanggannya sangatlah banyak, bahkan aku disuruh untuk lembur karena toko roti kini bukanya sampai tengah malam.
Namun, aku berpura-pura menunjukkan kelesuan atau ketidaksehatan sehingga bos mengizinkanku untuk pulang cepat dari karyawan lainnya, tentu mereka iri karena tidak seberuntung diriku.
Aku pun pulang ke rumah dan di garasi sudah terparkir mobil ayah di sana, tentu aku senang karena tumben sekali ayah pulang di sore hari, biasanya ... dia selalu nongkrong di warkop dulu sampai malam karena sedang berbincang dengan teman-temannya di sana.
Saat masuk, aku pun disambut olehnya dan dengan bahagia aku menghamburkan badan atau memeluk sang ayah.
"Ayah, kok tumben sekali pulangnya cepat?"
"Ayah pulang cepet karena mau ngasih kabar gembira buat kamu, Nak."
Mendengar kabar gembira, tentu semangatku langsung membara, perasaan lelah karena bekerja di toko roti tadi, lenyap begitu saja.
"Ayah mau nikah lagi."
Bagai tersambar petir mendengarnya, padahal diriku sangat berharap bahwa ayah ingin membawaku liburan bersamanya, tetapi, berita yang kudengar malah ayah ingin menikah lagi.
"Ayah, aku enggak salah denger, kan?"
"Enggak, Nak. Memangnya kenapa?"
Sedikit tapi pasti, air mataku menetes. "Maaf, tapi Aristela enggak setuju kalau Ayah menikah lagi, apakah Ayah merasa kurang kasih sayang dari seorang istri atau merasa kurang belaian? Itu tidak perlu, karena Aristela bisa mengurus Ayah kok, kecuali untuk anu," ujarku menggantung.
"Anu?" tanya Ayah dengan alis yang naik sebelah.
"Untuk belaian Aristela enggak bisa, kecuali cuman mijitin pundak Ayah karena capek."
"Nak, Ayah harus menikah, bukan karena kurang belaian, coba kamu ingat, umur kamu berapa sekarang ini?"
"Baru 20 tahun."
"Usiamu tidak akan terasa dan akan terus bertambah, dan semakin dewasanya dirimu, maka kamu akan berpikiran untuk menikah. Nah, ketika dirimu menikah tentu kamu mengikut pada suamimu dan yang ngurus ayah siapa?"
Aku berpikir keras, benar juga yang dikatakan ayah, tetapi ... ini terlalu berat, nanti kasih sayang ayah harus terbagi kepada istrinya, belum lagi kalau istrinya itu baik, kalau jahat layaknya di sinetron? Ah ... tak dapat kubayangkan jika harus seperti itu. Aku merutuki diri karena menjadi anak tunggal, kenapa ayah tidak mencetak anak banyak-banyak? Jadi halangan untuk menikah itu semakin besar, akan tetapi ... semuanya sudah menjadi nasib dan aku harus membuat ayah gagal menikah.
"Ayah, pikirin berkali-kali dulu, memangnya siapa sih yang mau jadi istri dari duda anak satu?"
Posisi ayah langsung berubah dengan gaya yang sedikit cool.
"Banyak, apalagi Ayah ini kaya dan ganteng, siapa yang berani menolak? Bahkan gadis-gadis seumuranmu tentu membutuhkan sugar daddy seperti Ayah ini."
"Menjijikkan, palingan mereka dekat karena cuman mau iphone doang," balasku dan ayah langsung melototkan mata.
"Kok kamu tahu, Nak?"
"Eh, Ayah sering gituan yah?"
"Enggaklah, Ayah tuh selalu waras, itu terlalu beresiko dilakukan, selain itu ... Ayah punya anak gadis yaitu kamu, jika Ayah ingin melakukan maksiat, Ayah selalu berpikir berkali-kali, karena jika kamu menjadi korban gila iphone terus melakukan hal-hal yang begitu menjijikkan, pasti Ayah marah besar dan kecewa."
"Ayah sejak kapan pandai bertaubat seperti ini?" tanyaku dengan nada terharu.
"Kamu ingin Ayah jadi Bapak yang durhaka terus nebar benih di mana-mana agar kamu punya adik yang banyak?"
"Jangan sampai, Aristela pasti malu, dong."
"Cih, kamu sampai malu punya Ayah ganteng seperti Bapak?"
"Kadang malu karena Ayah selalu narsis sama tebar pesona."
"Haish ... sudahlah, jadi kesimpulannya, Ayah akan menikah nanti, untuk calon ibu tiri, kamu enggak usah khawatir, Nak. Dia baik, tentu Ayah tidak sembarang memilih janda."
"Aristela enggak rela. Pokoknya Ayah jangan nikah dulu, aku belum siap."
Aristela resmi akan menikah bersama Zahair, para saudaranya jelas mendukung terutama Adnan yang hampir menangis pula ketika melihat sang kakak terharu, di moment itu, August tak henti-hentinya ilfeel dengan sang adik."Lebay amat, lu.""Hadeuh, udah nikah nanti, pasti enggak ada Kak Aristela di sini, yang ada malah keempat orang jomlo yang sering gangguin gue," balas Adnan dan mendapatkan jitakan dari Agam."Kalau ngomong suka bener lo.""Iyalah," sebal Adnan.Abraham sendiri bagaimana? Dia juga ikut bahagia, selama ini banyak yang menyangkanya benar-benar cemburu karena menyukai Aristela, tidak! Setelah Abraham menutup hati, dia tidak tertarik ke lawan jenis pada Aristela, tetapi sudah menyukainya dalam artian adik yang sesungguhnya. Dia hanya cemburu jika Aristela lebih akrab ke saudaranya yang lain di bandingkan dia sendiri, dan kini, sang adiknya itu akan menikah, mendahului para kakak
Orang yang ditunggu-tunggu sudah tiba, Zeline senang sekali karena papahnya sudah datang, anak itu berlari dan menarik tangan sang papah untuk bergabung bersamanya juga bersama Aristela dalam acara makan buah."Mamah boleh kupasin apel ini buat Aristela?" pinta Zeline."Boleh," jawab Aristela, kemudian mengupaskan apel tersebut dengan cutter berukuran kecil, bukan hanya mengupasnya, tetapi juga memotongnya menjadi beberapa bagian, membuat Zeline semakin gembira.Ketika Aristela memberikan buah tersebut kepada Zeline, Zeline menolaknya, membuat dua orang menjadi keheranan."Kenapa Zeline?""Zeline enggak mau makan kalau Mamah enggak nyuapin Papah dulu," jawab Zeline cemberut dan Aristela hanya bisa menuruti permintaan anak kecil ini. Aristela mengambil satu bagian dari apel, kemudian menyuapi Zahair, walau ia sedikit malu karena Zahair terus menatapnya."Nah udah, sekarang
"Astaga Bapak!" Aristela mendorong Syahrul sekuat tenaga, matanya memerah dan sedikit berlinang karena kaget serta kecewa kepada pria itu, bukan hanya matanya, tetapi wajah Aristela pun memerah juga karena terlanjur emosi."Aristela saya ha-""Hanya apa? Memberikan tanda di leher saya? Apakah itu pantas dikatakan sebagai 'hanya?' jangan membuat saya terlihat murahan untuk yang kedua kalinya, Pak!" Aristela menatap tajam Syahrul."Aristela dengarkan aku, a-""Aku tidak peduli lagi, mau Bapak bunuh keluarga saya, saya enggak peduli! Saya sudah capek dengan semuanya dan saya akan memutuskan untuk mengakhiri hidup saya sendiri dan mumpung Bapak ada di sini, jadi Bapak bisa menyaksikannya secara langsung," potong Aristela dan berujar dengan nada yang tidak main-main lagi. Keseriusannya untuk mengakhiri semuanya sudah berada di ujung tanduk, karena dia ingin mengakhir semua masalah dalam hidup, sekalian nyawanya jug
Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba
Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba
Aristela telah pulang, dirinya mencari di mana keberadaan Adnan tetapi dia tidak menemukan pria itu, hanya ada Agam dan Abraham saja di rumah, dirinya pun menghampiri kakak tertua dan menanyakan keberadaan bocah itu."Kak Abraham, Adnan ke mana, yah?" tanyanya."Di rumah kamu, dia bermalam di sana sama Aderald dan August, juga mamah sama papah," jawab Abraham."Yah ... padahal mau kuajak nonton bareng malam ini," kecewa Aristela kemudian meninggalkan Abraham."Nonton bareng? Kenapa tidak mengajak kami berdua saja?" sahut Abraham tiba-tiba, mendengar kalimat itu membuat Aristela sedikit meragu, tidak biasanya sang kakak ingin menemaninya menonton film horor bersama, biasanya hanya August, Aderald, dan Adnan saja."Eum, boleh," jawab Aristela, bibirnya pun tersenyum gembira dan segera menyalakan televisi dan memutar flm yang telah ia download di telegram melalui smart tv agar ponselnya bisa terhu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen