Bab 15"Jadi lo suka sama Michelle?" ulang Lovita lirih."Iya." Leo menggangguk. "Gimana menurut lo?""Apanya?""Michelle."Lovita tidak tahu harus menjawab apa. Sama dengan tidak tahunya jawaban apa yang ingin Leo dengar darinya. Sementara lelaki itu terus menatap nya, menunggu jawaban dari Lovita."Dia cantik," cicit Lovita lemah yang membuat Leo langsung tersenyum. Dari tadi entah sudah berapa kali Lovita melihat Leo mengembangkan bibirnya. Bukan senyum miring seperti yang biasa Leo peruntukkan pada Lovita. Tapi senyum cerah penuh kebahagiaan."Dia nggak hanya cantik, Lov, tapi dia juga pintar dan selalu nyambung tiap gue ajak ngomongin apa aja. Nggak sama semua orang gue bisa begitu. Pokoknya dia tuh tipe cewek gue banget."Lovita hanya diam menyimak setiap hal yang Leo katakan mengenai Michelle. Sekarang Lovita mengerti kenapa cara Leo menatap perempuan itu begitu berbeda. Dia juga paham alasan Leo meng-upload foto Michelle secara khusus di media sosialnya."Terus lo mau apa, Le?
Bab 16Tidak tahu kenapa pemandangan yang seharusnya biasa itu menjadi hal yang menyesakkan dada Lovita. Tapi nggak mungkin juga kan Lovita menunjukkannya.Alhasil Lovita merespon dengan memberi senyum."Hai, udah lama?" sapanya ramah."Paling baru satu jam-an. Baru pulang kerja, Lov?" Michelle balas bertanya."Iya nih, hectic banget hari ini.""Gue kok nggak pernah dapat giliran dirias sama lo ya, Lov?""Hm, kenapa ya? Gue juga nggak tahu soal itu.""Padahal gue pengen banget dirias sama lo. Hasil riasan lo kata temen-temen gue bagus banget, flawless gitu." Michelle menunjukkan wajah antusiasnya.Lovita memberi senyum. Perempuan di hadapannya begitu manis mulut. Maka tak heran kalau Leo menyukainya."Chel, gue ke dalam dulu ya.""Silakan, Lov, met istirahat ya!" Michelle melepas Lovita dengan senyumnya.'Ya iyalah lo suruh gue istirahat biar lo bisa mesra-mesraan sama suami gue.' Lovita menggerutu di dalam hati.Sebelum menarik langkah Lovita melirik meja. Ada dua gelas di sana. Bag
Bab 17 Lovita berjalan tergesa-gesa di sepanjang koridor rumah sakit. Dia baru saja selesai mengurus administrasi dan kamar Leo. Dokter memvonis Leo kena tipes sehingga harus diopname di rumah sakit. Tadinya Leo menolak saat Lovita akan membawa ke rumah sakit. Leo bilang dia hanya panas biasa dan akan reda dengan sendirinya setelah minum Paracetamol. Tapi itu tidak terjadi. Obat tersebut tidak berefek apa-apa. Dengan sedikit emosi Lovita memaksa Leo agar sekali ini mau mendengarkannya.Lovita sudah mengabari Jerry mengenai kondisi Leo. Otomatis photoshoot hari ini dibatalkan. Dia juga akan menelepon Gina meminta menggantikannya kerja hari ini. Sudah terlalu sering Lovita meninggalkan pekerjaannya dan melempar job pada rekannya. Otomatis income-nya juga berkurang.Tiba di ruang rawat Leo, Lovita melihat suaminya itu masih tidur, sama seperti tadi saat dia tinggalkan. Posisinya tidak berubah.Lovita antara sedih dan ingin ketawa melihat keadaan Leo yang lemah. Dalam kondisi saat ini Le
Bab 18Lovita langsung menghempaskan dirinya ke tempat tidur setelah tiba di apartemen. Perasaan kesal masih memenuhi dadanya. Tahu akan begini lebih baik sejak awal dia tidak perlu repot-repot mengurus Leo. Lebih baik dia bekerja hari ini. Hati senang uang pun datang.Seharian itu suasana hati Lovita benar-benar buruk. Apa pun yang dia lakukan tidak ada yang benar. Semua terasa salah walau dia hanya berbaring dan tidak melakukan apa-apa. Tempat tidurnya terasa panas padahal AC menyala dengan suhu dingin maksimal.Daripada semakin suntuk dan hatinya bertambah galau, Lovita putuskan untuk pergi. Keluar dari apartemennya Lovita langsung menuju lokasi di mana seharusnya hari ini dia berada."Ngapain lo nongol di sini? Bukannya Leo sakit ya?" tanya Gina heran saat melihat Lovita tiba-tiba muncul. Lovita mengabaikan pertanyaan Gina dan mengalihkannya."Mana klien gue?""Udah selesai. Lagi take sekarang.""Ada yang bisa gue kerjain? Siapa yang belum kebagian?" Lovita memandang ke sekelilin
Bab 19Lovita terkesiap. Tiba-tiba bibir Leo sudah menempel di bibirnya. Tanpa permisi, tanpa meminta izin tiba-tiba Leo mengecupnya.Lovita ingin membalas kecupan impulsif Leo, tapi yang terjadi adalah dia membalas pagutan Leo di bibirnya. Mereka saling berpagut hitungan detik lamanya.Seakan dihantam kesadaran dengan tiba-tiba Lovita menarik diri dan mendorong dada Leo. Pagutan mereka terlepas.Leo terkejut.Selama beberapa detik keduanya saling diam tanpa mampu memandang satu sama lain."Sorry, Lov," ucap Leo duluan memecah hening.Lovita tak menjawab. Dia melarikan diri dengan membawa langkahnya pergi meninggalkan Leo.Lovita mengurung diri di kamar mandi. Dia menyandarkan punggungnya ke belakang pintu. Jantungnya berdetak tak beraturan. Begitu cepat dan tak terkendali. Jantung Lovita belum pernah berdegup sekencang ini. Termasuk di saat dirinya bersama Rolland. Baru kali ini dia merasakannya. Andai detak jantung manusia bisa didengar oleh telinga normal tanpa bantuan alat, pastila
Bab 20"Ini kalian kenapa diem-dieman sih kayak orang lagi berantem?" celetuk Susan yang merias wajah Leo. Sejak pertama datang tadi Leo dan Lovita tidak bertegur sapa. Susan berpikir kalau Lovita malu."Malu-malu kucing dia, San," jawab Gina menimpali."Jangan salah woi! Di depan kita mereka emang pada diem-dieman. Tapi kalau udah berduaan kalah Romeo sama Juliet." Caca ikut menambahkan.Seketika seisi ruangan penuh dengan gelak tawa. Hanya Lovita yang tersenyum kecut. Saat Lovita melirik ke arah Leo, dia mendapati laki-laki itu tak bereaksi apa-apa. Hanya memasang tampang datar seperti biasa. Seakan tidak mendengar orang-orang di ruangan itu."Lo beneran berantem sama Leo?" tanya Rolland dengan suara berbisik ketika Lovita menunduk di dekatnya."Lo kok ikut mikir begitu?" tanya Lovita balik."Aneh aja sih. Lo yang ngerias gue sedangkan suami lo ada di sini.""Kan udah gue bilang tadi alasannya.""Oh iya juga." Rolland tertawa.Perhatian Lovita lalu tetuju pada seorang perempuan cant
Bab 21Lovita masih berada di tempatnya tadi. Berdiri kebingungan sambil berpikir bagaimana caranya pulang. Dia merasa sungkan menumpang pada orang yang tidak begitu dikenalnya. Sementara langit semakin gelap pertanda sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi.Ngapain juga aku ngetem di sini? pikir Lovita. Dan kenapa juga dia harus memikirkan penilaian orang-orang? Sedangkan Leo sendiri tidak memikirkan hubungan mereka. Lelaki itu malah seenaknya pulang dengan Michelle.Atas dasar pikiran tersebut Lovita melangkahkan kakinya keluar dari area gedung pertunjukan fashion show untuk mencari kendaraan yang bisa membawanya pulang. Semoga ada taksi konvensional yang kosong untuk dia tumpangi.Dan hal yang ditakutkan Lovita pun terjadi. Titik-titik air itu turun dari langit.Lovita melindungi kepalanya dengan tas yang dia bawa. Seharusnya dia membawa payung kalau tahu akan begini.Suara klakson terdengar di sela-sela langkah Lovita. Saat dia menoleh ke belakang Lovita menyipit akibat caha
Bab 22"Ah, eh apa?" Lovita sontak tergagap mendapat pertanyaan dari Rolland. "Lo bilang apa tadi? Bisa ulangi lagi?"Senyum Rolland melebar. Dia tahu apa jawabannya tanpa perlu bertanya. Sikap Lovita yang menjawab."Lo cemburu ngeliat Leo sama Michelle?""Ah, enggak. Masa gue cemburu. Cemburu apaan? Ada-ada aja lo, Land." Lovita buru-buru tertawa lalu menyuap baksonya dan menunjukkan bahwa dia sangat menikmati makanannya tersebut. "Enak banget ternyata. Kuahnya aja gurih begini. Pantesan rame banget di sini.""Iya, Lov, iya. Semua yang ada di sini memang enak kecuali pemandangannya," ucap Rolland sambil menahan senyum. Geli melihat Lovita menyembunyikan perasaan cemburu.Lovita tidak menanggapi. Dia terus menyuap baksonya dan mencoba bersikap biasa. Tapi ternyata begitu sulit. Lovita yakin ini bukanlah perasaan cemburu. Dia hanya merasa tidak terima. Agak aneh rasanya Leo berduaan dengan perempuan lain sedangkan ada Lovita di dekatnya. Apa kata orang-orang seandainya mereka mengenal