Share

Chapter 39: Uluran Tangan

Ada kalanya Ele benci setengah mati pada hidupnya.

Sejak netranya tak bisa melihat, ia selalu meminta pada Tuhan untuk mengakhiri nyawanya saja. Ia merasa sendirian di dunia ini. Kendati orang tuanya masih ada, hidup Ele tetap terasa sepi tanpa warna. Sejak ibu dan kakaknya pergi, Ele menghabiskan bertahun-tahunnya dalam kesendirian yang menyiksa. Ia belajar mengeraskan hati dan percaya bahwa dunia sangat kejam padanya. Padahal ia telah berteriak kencang meminta pertolongan namun tak ada seorang pun yang mau mengulurkan tangannya.

Ia belajar bahwa sudah sepantasnya menjaga hatinya tetap tertutup rapat adalah kunci ketenangan batin. Ia bisa bertahan hingga sekarang karena kerasnya hati yang ia ciptakan. Ia terbiasa membenci manusia tanpa melihat kebaikan-kebaikan yang orang lain coba berikan padanya. Terkadang kebencian itu malah membuatnya tampak seperti sosok antagonis dalam ceritanya sendiri.

Percaya pada orang lain adalah petaka. Ia telah membuktikannya di ma

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status