"Kami tidak menemukan sesuatu yang janggal dalam peristiwa ini, ini murni adalah kasus bunuh diri." ujar Azka dalam konferensi pers yang diadakan hari ini di depan Hall of Cyber Police.
Alice yang sedang duduk santai di apartemennya itu sambil mendengarkan siaran berita lalu mematikan TV tersebut dan bergegas menuju Cyber Police, sebuah agensi Kepolisian Pemerintah Kota Grazia yang menangani semua kasus yang berkaitan dengan kematian yang tidak wajar.
Sesampainya di gedung itu Alice lalu menuju ruangan kerja pimpinan Cyber Police.
"Selamat siang Pak, perkenalkan saya Dokter Alice Valencia.." ujar Alice seketika saat ia memasuki ruangan kerja pria yang penuh wibawa itu.
"Selamat siang dokter, perkenalkan saya Azka Camerlo kepala divisi Cyber Police." jawab lelaki tampan itu dengan senyum manisnya sembari memberikan tangan kanannya untuk berjabat dengan wanita cantik yang ada di hadapannya itu. Alice pun mengulurkan tangannya menjabat tangan pria itu.
"Keperluan apa yang membawa anda kesini, dokter?" tanya Pria berseragam itu.
"Saya adalah dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat RS Elinton, saya dokter yang memeriksa pasien yang anak buah anda bawa semalam sudah dalam kondisi meninggal dunia." kata dokter itu tenang.
"Ow, jadi anda adalah dokter yang memeriksa mendiang Caroline Williams. Senang bisa berkenalan dengan anda dokter." Kata kepala Cyber Police itu sambil sedikit membungkukkan tubuhnya tanda hormat pada dokter yang ada di hadapannya.
"Merupakan suatu kehormatan bisa bertemu secara langsung dengan anda, dokter. Divisi Cyber Police merupakan Divisi yang menangani semua Kasus Kematian yang tidak wajar di kota Grazia. Dan setelah mengusut kasus semalam kami menemukan bahwa Mendiang Caroline Williams meninggal dunia karena bunuh diri dan keluarga korban meminta untuk kasus ini ditutup." kata Pria tampan itu dengan senyum manisnya.
Alice membalas senyum manis kepala divisi Cyber itu dengan senyum termanisnya juga dan ia siap untuk menyanggah kesimpulan yang dibuat polisi tersebut.
"Pak polisi, justru itu saya datang kemari untuk menyatakan keberatan saya dengan apa yang telah bapak katakan saat konferensi pers tadi. Saya ingin mengatakan bahwa kasus yang bapak katakan di konferensi pers tersebut adalah kasus bunuh diri, itu sebenarnya tidak benar, Pak. Banyak terjadi kejanggalan pada kasus tersebut. Itu jelas kasus pembunuhan, bukan kasus bunuh diri." kata dokter tersebut dengan tegas.
"Kami sudah mengklarifikasi masalah ini dengan keluarga besarnya, anda harus tahu kalau gadis itu adalah seorang model terkenal sebelumnya, lalu belakangan ini sudah tidak ada lagi agensi yang mau memakainya. Gadis tersebut menjadi depresi dan menggunakan obat-obat untuk penenang. Dia lalu tak kuat dengan semuanya lalu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri." kata kepala Cyber kemudian.
"Tapi Pak..."
"Tidak ada kata tapi dokter, kasus ini sudah ditutup dan ini resmi permintaan dari keluarganya". kata Kepala Cyber lagi dengan tegas namun masih dengan senyum manisnya.
"Tidakkah bapak harusnya mulai mencari bukti yang kuat? Bukankah Bapak juga harus mempertimbangkan hasil visum dari saya selaku dokter yang memeriksa pasien tersebut." Sanggah Alice kemudian.
"Cukup dokter Alice, kami sudah menutup kasus ini. Masih banyak kasus lainnya yang harus kami tangani. Tolong mengertilah dokter." Jawab Azka kemudian dengan tegasnya sambil mengatupkan kedua tangannya dan memohon agar Alice keluar dari ruangan tersebut dengan bahasa isyarat matanya menunjuk kearah pintu.
"Saya harap anda dapat mengerti dokter, terimakasih untuk kunjungan anda." Ujar Azka kemudian menutup pembicaraan.
...
Alice keluar dari ruangan itu dengan hati yang begitu kesal. Ia sudah memeriksanya secara detail, dan dia yakin itu adalah kasus pembunuhan.
Gadis itu dibawa kemarin malam ke Rumah Sakit Elinton, sebuah Rumah Sakit swasta tempat Alice bekerja sudah dalam kondisi tidak bernafas, nadi tidak teraba. Terdapat luka lilitan pada lehernya, mulutnya berbusa. Dari wawancara dengan polisi yang mengantarnya didapati data gadis itu sudah ditemukan tak bernyawa dengan lehernya terlilit tali yang terpasang di pintu kamar mandi di kamarnya.
Wawancara dengan keluarga, ibunya mengatakan anaknya belakangan menjadi depresi karena sudah tidak ada perusahaan yang mau bekerjasama dengan dirinya. Anaknya lalu menggunakan obat-obat penenang.
Sekilas ini seperti sebuah kasus bunuh diri.
Namun, Alice dengan sedikit rasa penasaran mulai memvisum jasad tersebut. Alice mendapati ada bercak darah pada vagina gadis itu dah masih ada sperma yang tertinggal pada liang vaginanya. Juga saat dilihat bekas lilitan tali pada leher gadis itu ada seperti dua bekas. Bekas pertama yang terlihat jelas membentuk huruf V pada leher gadis itu, ya ini adalah bekas tali gantungan yang tergantung di pintu kamar mandi. Sedangkan bekas kedua yang agak samar melilit dengan tali yang agak lebar melingkar pada leher gadis itu dari leher depan hingga leher belakang. Alice menduga ini adalah penyebab kematiannya yang sebenarnya. Juga terdapat bekas kuku pada rahang gadis itu.
Alice begitu kecewa dan gusar hingga ia tak fokus pada segerombolan polisi yang berjalan ke arahnya. Dan Akhirnya terjadilah tabrakan itu. Brukkk....
"Maaf..maaf.." kata Alice kemudian.
Pria yang di tabrak hanya tersenyum simpul lalu menjawab "Iya, maaf juga." Lalu kembali melangkah bersama teman-temannya.
Alice akan kembali melanjutkan perjalanannya saat akhirnya dia sadar bahwa kelima polisi tersebut adalah polisi-polisi yang membawa mayat gadis itu kemarin malam.
"Tunggu.." teriak Alice kemudian.
"Kalian berlima masih mengenal saya kan??" kata Alice sambil menatap mata kelima pria itu secara bergantian.
"Dokter.." jawab seseorang dari mereka.
"Kamu masih ingat saya kan? Syukurlah" seru Alice dengan senangnya sampai ia tak sadar kalau dia merangkul pria itu.
"Ehem. Maaf... Saya terkadang memiliki sikap yang seperti ini jika terlalu bahagia" Alice lalu menjauh selangkah dari pria itu dan mulai manjaga sikapnya.
"Apa yang membawa anda kemari dokter?" Tanya pria yang tadi bertabrakan dengan Alice.
"Saya kemari untuk menyatakan bahwa...."
"CYBER FIVE...." tiba-tiba terdengar teriakan dari depan pintu ruang kepala Cyber Police.
tanpa aba-aba kelimanya langsung dalam posisi siap langsung mengatakan "SIAP KOMANDAN"..
"LARI.." teriak kepala Cyber dan mereka berlima pun langsung pergi dan meninggalkan dokter Alice yang belum sempat menyatakan maksud kedatangannya.
...
Catatan Penulis:
Haii dear, salam kenal untuk kalian semua yang mau singgah untuk membaca karya ini. Selamat membaca ya dan semoga novel ini bisa menemani hari anda...
Oia, jangan mencari di Peta atau jangan tanyakan Mr.Google dimana letak Kota Grazia, karena kota Grazia adalah kota fiktif yang diciptakan penulis.. Bukan hanya kota, namun ada beberapa tempat dan organisasi yang diciptakan sendiri oleh penulis..
Akhirnya, selamat membaca, dan semoga anda semua senang...
Sehat dan berbahagia selalu...
Vee_Ernawaty
"Kau sudah minum terlalu banyak!! Ada apa denganmu sebenarnya?" Tanya seorang lelaki pada temannya yang kini tampak sudah mabok berat."Sekali lagi, George." Jawab lelaki itu sambil menuangkan kembali wiski dalam gelas minumnya."Ronald, ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi padamu!?" Perintah lelaki yang bernama George tersebut.George dan Ronald keduanya sedang berada di sebuah Bar pinggiran kota Grazia, sepulang dari Panti Asuhan tadi Ronald lalu berkunjung ke rumah George dan mengajaknya untuk pergi menghirup udara segar di pantai, namun saat tiba di pantai Ronald lalu berubah pikiran dan memutar kemudi motor lalu akhirnya tibalah mereka di tempat ini. Keduanya selain sama-sama menjadi partner pada divisi Cyber Police, mereka berdua juga merupakan teman yang cukup dekat, tamat dari SMU yang sama dan mendapatkan peluang untuk bersama lolos menjadi seorang polisi muda. Ini merupakan tahun ketiga mereka bekerja sebagai seorang polisi."Ap
Setelah berpamitan pada April, Alice lalu bergegas keluar dari Panti Asuhan itu dan menunggu di depan Halte yang berada tepat di depan Panti Asuhan itu. Tatapannya terpaku pada ponsel yang kini dipegangnya itu, pada layar ponsel tersebut terpampang panggilan untuk 'My Ronald'. Alice sudah berusaha menghubungi nomor itu berulang kali, namun tidak ada jawaban dari nomor yang di hubungi tersebut. Alice kemudian mengirim pesan singkat kepada kekasihnya tersebut."Sayang kamu dimana? Aku sudah selesai menemui April. Kamu jadi jemput nggak? Aku tunggu 5 menit ya di halte depan Panti Asuhan. Kalau kamu belum datang aku naik taksi aja. Okey!! Aku langsung ke rumah sakit ya, sekalian liat keadaan ayahnya April."Lelaki itu, menatap hampa pesan singkat yang dikirimkan oleh kekasihnya itu, ia sama sekali tak berniat untuk membalasnya. Ia hanya menarik napas dalam, lalu memasukan kembali ponselnya pada saku jaket yang dikenakannya."Kenapa pesannya tidak dibalas?"
Begitu banyak hal di dunia ini yang akan menjadi pelajaran berharga dalam hidup kita, entah itu pelajaran yang menyedihkan, membahagiakan ataukah sebuah pelajaran yang memberikan kita keberanian untuk bertanggung jawab dan menjadi peduli dengan hal-hal yang ada di sekeliling kita.Dari hal yang kecil hingga hal yang besar, setiap kita diberikan kewenangan dari Yang Maha Kuasa untuk menerima itu sebagai sebuah anugrah atau itu sebagai sebuah kutukan.Suasana di pagi ini cukup membuat seorang wanita yang tampak cantik berseri dengan balutan t-shirt berwarana pink bertuliskan kata 'SMILE' dengan celana jeans biru dan sneaker berwarna sama dengan bajunya itu untuk bersemangat meladeni gadis kecil itu bermain."Hahahaha,, ayo coba kejar aku kak..." terdengar suara dari seorang gadis kecil yang tampak sangat gembira."Lha, mana bisa Kakak kejar kesana sayang. Kan badan kakak besar, gak bisa masuk kesana sayang." Jawab seorang wanita yang tak kalah cerianya.G
Malam ini Alice dan Viona sengaja mengosongkan jadwad mereka untuk melakukan kegiatan apapun karena mereka akan bersiap untuk menghadiri acara makan malam yang diadakan oleh keluarga Williams. Alice tampak elegan dengan balutan mini dress berwana hijau toska, rambutnya yang lurus sebahu dibiarkannya tergerai indah, setelah menyelesaikan make-upnya yang natural, gadis itu lalu mengambil tas jinjing yang senada dengan bajunya lalu memasukan ponsel dan dompetnya ke dalam tas itu. Viona pun tak kalah cantiknya, ia mengenakan mini dress berwarna coklat bata, rambutnya yang lebih panjang dari Alice digulungnya kemudian pada gulungan rambutnya ia menusuknya dengan tusuk konde yang membuat rambut wanita itu rapih bagai disanggul, kacamata yang biasanya ia kenakan kini ia lepas dan menggantinya dengan softlens berwana coklat yang senada dengan baju yang dikenakannya. Mereka berdua tampak sempurna dalam penampilan yang seperti ini."Bebh, sudah siap?" Tanya Alice yang saat ini telah ber
Gerald memarkirkan mobilnya di pekarangan sebuah taman yang tampak begitu indah. Ia memperhatikan wanita yang ada di bangku belakang yang terkulai lemah dan tak berdaya. Gerald lalu memutar musik dan menikmati alunan musik itu sambil menunggu wanita itu terbangun dari pingsannya. Sekitar 10 menit kemudian terdengar pergerakan di bangku belakang, Gerald membalikan tubuhnya melihat ke arah wanita itu yang mengeliatkan tubuhnya, mengucak matanya dan berusaha untuk bangun. Wanita itu lalu berusaha membangunkan sendiri tubuhnya dengan sedikit susah payah, sambil memegangi kepalanya yang sepertinya terasa pusing karena pengaruh obat bius yang sempat diciumnya tadi."Hallo dokter Alice.." Sapa lelaki itu tenang.Alice yang sadar bahwa dirinya sedang berada di dalam mobil milik pria yang menculiknya itu dengan segera berusaha membuka pintu mobil itu, namun sepertinya usahanya sia-sia karena pintu mobil itu masih juga terkunci."Tolong!!" Teriak Alice sambil memukul-mukul k
Ibu Caroline membuka pintu rumah dan mendapati Alice telah berdiri di depan rumah tua milik keluarga Williams tersebut."Hallo ibu, apa kabar?" Sapa Alice pada wanita tua itu dengan senyum termanisnya. Ibu Caroline membalas senyum dokter cantik itu, lalu mempersilahkannya masuk ke dalam rumah.Alice dan wanita tua itu duduk bersebelahan pada sofa diruang tamu."Ibu..." Panggil Alice dengan hangat memulai pembicaraan dengan ibu Caroline."Aku sudah melihat isi dari flashdisk ini." Kata Alice selanjutnya sambil memperhatikan benda kecil berwarna hitam itu."Apa isi dari benda kecil itu? Aku tidak pernah mengetahuinya dan tidak pernah aku berikan pada siapapun. Baru anda yang tahu tentang benda kecil itu, dokter." Kata wanita itu."Dalam flashdisk ini Caroline merekam pembicaraan kedua orang yang tidak aku kenali Bu, kedua orang itu melakukan kejahatan dengan memperjual-belikan gadis-gadis muda dibawah umur untuk dijadikan pelacur." Kata Alice menjel
Disuatu tempat tampak seorang gadis kecil sedang bermain bersama teman-temannya, gadis kecil dengan rambut dikepang dua itu tampak tertawa bahagia saat bermain dengan temannya, tawa kegirangannya itu semakin terlihat bahagia saat seorang pria masuk ke dalam ruangan tempat mereka bermain."Kakak..." teriak gadis kecil itu.Pria yang dipanggil kakak itu lalu tersenyum manis dan berlari ke arah gadis kecil itu lalu kemudian menggendongnya."Anak pintar." Puji pria itu sambil menciumi kedua pipi comel milik gadis kecil itu."Kakak, aku senang sekali tinggal disini banyak teman dan banyak permainan." Gadis kecil itu mulai bercerita."Hhemm,, baguslah. Jadi sekarang kamu tidak akan kesepian lagi." Ujar pria tersebut."Lalu bagaimana kabar ayah? Sampai kapan aku akan disini? Kapan kita akan menemui ayah?" Tanya gadis itu kembali."April, kamu akan disini mungkin dalam waktu yang lama. Ingat, kamu harus rajin belajar dan hidup dengan baik, agar kela
Waktu menunjukan pukul 21.30 saat Alice dan Viona tiba di apartemen mereka. Kegiatan dan perjalanan mereka sepanjang hari ini membuat keduanya cukup menguras pikiran dan tenaga. Alice menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur, dan berharap malam ini bisa segera berlalu. Ia ingin hari esok cepat datang, banyak hal yang ingin dia lakukan di hari esok. Setelah kedua wanita itu membersihkan diri mereka, mereka lalu beranjak ke tempat tidur lalu terlelap dalam mimpi mereka masing-masing.Alice terbangun ditengah malam karena sebuah mimpi buruk, jarum jam menunjukan pukul 00.20 pagi. Setelah meneguk segelas air Alice lalu berusaha tidur kembali, namun wanita itu tak lagi bisa memejamkan matanya. Akhirnya wanita itu memilih keluar di balkon kamarnya sambil menikmati udara di malam hari. Angin malam mulai membuat rambut wanita itu berantakan, namun ia tidak mempedulikannya. Ia menatap kearah langit, langit malam itu begitu gelap, hanya ada beberapa bintang yang cahayanya redup, tanpa
Azka tampak kesal dengan apa yang dilakukan Alice kepada dirinya, perlakuan Alice padanya jelas seperti sedang mengejek dirinya dan membuat harga dirinya jatuh. Ia tak tahu apa yang membuat wanita itu sungguh seperti sangat membencinya, apa karena ia menyukai wanita itu dan wanita itu tidak menyukai dirinya, atau karena sahabat wanita itu yang menyukainya sehingga wanita itu mulai menjaga jarak darinya dan melakukan hal yang seperti tadi untuk menjauhkan dirinya dan merubah perasaan yang saat ini Azka rasakan pada Alice.Azka tidak ingin memperburuk keadaan, ia sebenarnya ingin sekali menjawab perkataan Alice tersebut, namun disingkirkannya itu dari benaknya, Azka kemudian meninggalkan mereka begitu saja dan pergi entah kemana, Alice lalu mendatangi Ronald dan menanyakannya perihal Gerald.Ronald lalu menceritakan semuanya kejadian hari ini secara detail, Alice mendengarkan cerita Ronald dengan baik, lalu selanjutnya Alice meminta agar mereka sekali lagi memutar rekaman