Dilamar dengan cara yang luar biasa manis oleh pria yang sangat dicintai adalah impian Audrey. Tak pernah Audrey sangka kalau Xander akan melamarnya. Bahkan selama ini pun dirinya tak mengetahui kalau diam-diam Xander mengambil video kala dirinya tertidur pulas. Sungguh, lamaran Xander tadi malam adalah moment manis yang pernah dirinya alami sepanjang hidupnya. Audrey pernah kecewa dan pernah terluka akan masa lalunya. Tetapi semua itu seakan lenyap hilang bagaikan debu tergantikan dengan sebuah kebahagiaan. Rasa cinta Audrey jauh lebih kuat dari apa pun pada Xander. Audrey tak lagi mau mengingat-ingat apa yang menjadi masa lalu semu yang menyesakan di dada.“Mommy. Aku sudah siap.” Rikkard melangkah menghampiri Audrey dengan celana panjang dan coat berwarna cokelat tua. Tampak bocah laki-laki itu begitu tampan dan menggemaskan. Pipinya bulat dan sedikit memerah seperti pipi tomat.“Anak Mommy tampan sekali.” Audrey langsung memeluk erat Rikkard, menghujani wajah putra kecilnya itu
“Apa sakit?” Audrey bertanya kala mengobati luka memar di wajah Xander. Dua pukulan yang dilayangkan kedua adik laki-lakinya memang cukup keras sampai-sampai terlihat jelas luka lebam dan darah di wajah Xander. Sungguh, Audrey tak menyangka kalau dua adik laki-lakinya akan memberikan pukulan pada Xander.Kini Audrey bersama dengan Xander serta Rikkard masih berada di orang tuanya. Audrey, Xander, dan Rikkard wajib menginap karena Miranda yang meminta. Tentu baik Audrey ataupun Xander tidak bisa membantah. Lagi pula Rikkard pun nampak senang bertemu dengan kakek dan nenek bocah laki-laki itu. Tak hanya bertemu dengan kakek dan nenek saja, tapi Rikkard juga bertemu dengan kedua pamannya.Xander menarik tangan Audrey, memindahkan tubuh Audrey terduduk di pangkuannya. “Pukulan adikmu memang keras. Aku mengakui itu. Tapi tenang saja, bagiku ini tetap luka kecil. Nanti pasti akan segera sembuh.”Audrey tersenyum hangat dan tulus. Wanita itu melingkarkan tangannya ke leher Xander sambil berb
Berita pernikahan Audrey dan Xander berhasil menjadi trending topik. Sejak di mana media mengetahui kabar bahwa Audrey dan Xander memutuskan kembali bersama, para wartawan berusaha untuk mewawancarai Audrey dan Xander. Namun sayangnya, Audrey dan Xander memang memutuskan tidak mau diwawancarai karena ingin fokus mempersiapkan pernikahan yang tinggal di depan mata. Meski demikian, Xander akan mengundang wartawan untuk hadir di pernikahannya dengan Audrey nanti.Pernikahan Audrey dan Xander hanya tinggal menghitung hari. Segala persiapan sudah selesai sempurna. Xander sudah meminta asistennya untuk mengurus semua yang dibutuhkan. Tentu kedua orang tua Audrey dan kedua orang tua Xander turut campur tangan. Terutama Miranda dan Angela yang menyambut antusias pernikahan Audrey dan Xander. Hal-hal perintilan kecil sangat teramat diperhatikan oleh Miranda dan Angela. Audrey saja sampai tak perlu banyak mengurus apa-apa lagi karena semua yang dibutuhkan sudah lengkap tersedia.“Xander, jam be
“Saya, Xander Marco Foster, mengambil engkau Skyla Audrey Spencer Russel sebagai istriku untuk saling memiliki dan menjaga, dalam keadaan susah atau senang, dalam keadaan kekurangan atau berkelimpahan—dan dalam keadaaan sakit atau sehat. Aku berjanji di hadapan Tuhan dan para saksi, untuk selalu mengasihi dan menghargai engkau, sampai maut memisahkan kita.”“Saya, Skyla Audrey Spencer Russel mengambil engkau Xander Marco Foster sebagai suamiku untuk saling memiliki dan menjaga, dalam keadaan susah atau senang, dalam keadaan kekurangan atau berkelimpahan—dan dalam keadaan sakit atau sehat. Aku berjanji di hadapan Tuhan dan para saksi, untuk selalu mengasihi dan menghargai engkau sampai maut memisahkan kita.” Ballroom hotel megah itu berisikan dengan janji suci yang terucap oleh Xander dan Audrey. Janji suci yang dulu pernah Xander dan Audrey ucapkan. Hanya saja kali berbeda. Xander yang dulu belum menyadari bahwa dirinya mencintai Audrey. Sekarang, Xander bukan hanya menyadari tapi
Beberapa bulan kemudian …Suara tangis bayi memecahkan keheningan di ruang operasi. Tangis bayi itu sukses membuat Audrey dan Xander meneteskan air mata mereka. Air mata haru bahagia. Penantian mereka telah berbuah manis. Buah hati mereka yang telah mereka nanti-nantikan akhirnya lahir ke dunia.“Tuan, Nyonya, selamat bayi perempuan kalian lahir sehat,” ucap sang dokter pada Xander dan Audrey.Xander memberikan kecupan di pipi Audrey, air mata mereka sejak tadi terus berlinang. “Terima kasih, Sayang.”“Xander putri kita.” Air mata Audrey tak henti berlinang. Dalam hati, Audrey bersyukur bisa kembali melahirkan buah cintanya dengan Xander. Hanya saja kali ini berbeda. Jauh lebih berwarna karena Xander menemani dirinya berjuang melahirkan buah cinta mereka. Jika dulu Audrey harus berjuang sendiri di ruang operasi, sekarang Xander selalu ada di sisinya.Xander tak henti menghujani Audrey dengan kecupan lembut. Membelai pipi istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Mata Xander mulai terali
Note; Karena banyak yang minta extra part tampil di sini, jadi abi rilis di sini juga ya. Follow IG: abigail_kusima95 (Info seputar novel ada di IG) Tiga tahun berlalu …Audrey turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah sakit, menelusuri koridor rumah sakit. Tampak raut wajah Audrey begitu panik dan penuh rasa khawatir. Degup jantung Audrey berpacu dengan cepat. Benaknya sejak tadi tak bisa tenang tepat ketika guru sekolah Rikkard menghubungi dirinya, dan mengabarkan putranya terlibat masalah. Entah masalah apa, pihak guru mengatakan padanya tidak bisa memberitahu di telepon.“Nyonya Foster,” seru Myla Zahnee—guru di sekolah Rikkard menyapa Audrey dengan penuh sopan.“Ms. Zahnee.” Audrey lega akhirnya melihat guru sekolah putranya. Namun, tatapan Audrey pun langsung teralih pada Rikkard yang ada di samping Ms. Zahnee. Sepasang iris mata Audrey mulai menatap lekat putranya yang sejak tadi hanya diam dan memasang wajah dingin. Jika sudah seperti ini, maka Rikkard pasti sedang k
“Rikkard masuk ke kamarmu.” Xander berucap tegas pada putra sulungnya, kala pria itu bersama dengan istri dan anaknya sudah berada di mansion—yang sudah tiga tahun ini mereka tempati.“Oke, Daddy.” Rikkard patuh akan ucapan Xander. Bocah laki-laki itu langsung melangkah menuju kamar, tanpa sedikit pun melawan. Setelah dari rumah sakit, Xander memang langsung mengajak Audrey dan Rikkard untuk pulang. Xander tak mau membiarkan istri dan anaknya berlama-lam di rumah sakit. Tentu, semua urusan telah Xander bereskan.“Sayang, kenapa kau tidak menasihati Rikkard dulu? Dia bersalah, Sayang.” Audrey memprotes Xander yang meminta Rikkard untuk pergi begitu saja. Padahal harusnya Xander memberikan teguran pada Rikkard yang telah mendorong Blaire sampai membuat lutut Blaire terluka cukup parah.“Blaire juga bersalah. Dia mencium Rikkard. Kau jelas tahu Rikkard tidak mudah dekat dengan orang lain,” ucap Xander dingin dan menegaskan. Xander membela Rikkard. Nada bicaranya menunjukan bahwa apa yang
Audrey duduk bersimpuh di lantai seraya memeluk lututnya. Air mata Audrey berlinang deras setelah perdebatannya tadi dengan Xander. Isak tangis Audrey terdengar pilu. Sudah lama sekali Audrey tak pernah bertengkar dengan Xander. Ini benar-benar sangat menyakitkan.Audrey tidak pernah bermaksud untuk membahas masa lalu. Tapi, semua bermula dari Xander yang menyudutkan dirinya. Padahal berkali-kali Audrey sudah menjelaskan pada Xander bahwa dirinya dan Alan tak memiliki hubungan apa pun. Namun, kecemburan telah membutakan Xander, membuat pria itu sampai meledak.“Kau jahat, Xander,” isak Audrey sesegukan.Pintu kamar terbuka perlahan. Xander berdiri di ambang pintu, menatap Audrey yang menangis. Ya, saat ini Audrey tengah berada di kamar tamu. Setelah terdebatannya tadi dengan Audrey, istrinya itu pergi menjauh darinya. Tentu, Xander langsung menyusul. Terlebih dikala tadi sang istri sempat menyebut-nyebut kata ‘Cerai’, membuat Xander menjadi tak tenang.Xander terdiam sebentar. Hati Xa