"Bukankah itu ...."
Andrea secara spontan berdiri dan menuju pintu keluar kafe tersebut. Dia penasaran dengan sosok pemilik sedan warna merah yang sedang keluar dari dalam mobilnya dan berjalan menuju pintu masuk kafe Villo.
"Anda ...." ucap Andrea dari belakang punggung lelaki tersebut.
"Ya," sahut laki-laki yang berkacamata hitam dan bertubuh bak model itu berbalik badan.
"Ah, ternyata benar! Anda yang semalam menolong saya, bukan?" tanya Andrea tersenyum lebar.
Bergeming, lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah Andre melihat saksama wanita itu, dari kepala hingga ujung kaki dan berkata, "Anda sudah sembuh?"
"Ah, iya. I just wanna say thank you for your help last night. Dan karena semalam Anda tak ada di rumah sakit saya sempat khawatir tak bisa menemukan orang yang telah membantu saya," jelas Andrea menjabat tangannya.
"Ini ...."
"Namaku Andrea. Andre Quinza." Senyum wanita cantik itu mengulurkan tangannya.
"Qu--
Blue City Apartemen"Nona Andrea, Anda tak boleh seperti ini. Ini---ini ...""Sssstttt ...." Andrea menutup mulut Andre dengan jari telunjuknya."Maaf, Nona Andrea ...." Andre menjauhkan tubuh Andrea dari tubuhnya dan berdiri mengambil jarak."Tuan Andre, bukankah Anda yang bilang jika Anda tak memiliki kekasih?" tanya Andrea lirih."Apa? Maksud Anda?" Andre semakin tak mengerti."Tadi, hari ini ketika saya bertanya pada Anda sewaktu kita akan berpisah apakah Anda telah memiliki kekasih dan Anda bilang 'belum'."Andre bergeming sesaat, mengingat dan mencerna ucapan Andrea."Itu ....""Apa? Apa Anda membohongi saya? Apa Anda sudah memiliki kekasih?""Sepertinya Anda salah paham dengan ucapan saya, Nona Andrea.""Maksud Anda saya salah paham?" Andrea semakin penasaran."Saya bukannya belum atau tidak memiliki kekasih, tapi saya ... sudah menikah," jelas Andre.Kontan, mata Andr
Setelah Andrea mengungkapkan perasaannya terhadap Andre, mereka kemudian menghabiskan malam dengan penuh kenikmatan dan kepuasaan gairah bercinta. Andre yang selama ini tak dapat melampiaskan keinginannya dengan Tania akhirnya dapat terpenuhi keinginannya bersama dengan Andrea. Meskipun tak diinginkan dan tak mengharapakan dengan orang lain, namun sang kejantanan tak dapat menolak hasratnya akan rayuan dan godaan rubah betina nan seksi memikat, Andrea Quinza.****Lexi Czar Expedition HeadquarterLexi sedang memegang beberapa buah foto milik Ardelle yang tengah terbaring tanp menggunakan selembar benang pun. Senyum seringai licik sangat jelas tergambar dari wajah seorang Richard Lexi. "Yuri, ke ruanganku sekarang!" perintah Lexi memanggil sekretaris pribadinya.Tak lama, Yuri datang dan menghadap sang CEO, "Anda memanggil saya, Tuan?""Hnnnn. Perintahkan beberapa anak buahmu untuk mengawasi Ardelle! Ikuti ke manapun dia pergi! Jangan sampai dia mendekat
Tania yang masih merasakan kesedihan karena menerima telepon dari snag suami yang telah ada di dalam buku hitamnya langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur putih nan empuk dalam kamar hotel president suite-nya. Netranya dibenamkan dalam bantal putihnya, sisa air mata masih tampak terlihat di sudut kedua matanya, eyeliner yang waterproof pun tak mampu membuat mata indahnya terlihat indah saat ini. Tarikan napas panjang dan berat sesekali dikeluarkan dari bibir mungilnya. Mata berkontak lens biru langit itu seakan memancarkan kesedihan yang tak lagi dapat ditaham oleh mega. Layar ponsel yang telah matibpun tetap dipandangi oleh Tania, entah apa yang saat ini dia harapkan. Netra yang diselipkan dengan kesedihan dan kerinduan akan hadirnya seseorang di sisi Tania membuatnya bagaikan perempuan yang haus akan kasih sayang. "Ya Tuhan ... apa yang sebenarnya sedang aku pikirkan? Kenapa pikiranku jadi melayang kemana-mana?" Tania segera bangun dari kasurnya dan tiba-tiba ponsel miliknya be
Lexi Czar Expedition"Tidak! Tidak! Tidakkkkk ...""Nona Tania ...hei!" Lexi menjentikkan jari tengah dan ibu jarinya tepat di depan wajah Tania. Tentu saja Tania yang sedang berdiri mematung dan melamun tampak terkejut dan tak sadar jika Levi sudah ada di depannya."Ya Tuhannnnnn, ilusi macam apa yang aku pikirkan barusan?" gumam Tania menahan malu di depan Lexi."Apa kau baik-baik saja?" tanya Lexi memperhatikan dengan saksama wajah Tania."Oh, ya! Aku--aku baik-baik saja, thanks.""Jadi, kau bisa menemaniku, 'kan?" tanya Lexi mendekatkan wajahnya pada Tania.Tania sangat grogi ketika Lexi mendekati wajahnya hingga ia bisa merasakan deru napas CEO tampan tersebut. "A---aku ...""Aku tak ingin ada penolakan!" sahut Lexi meskipun dengan suara datar ia bicara tapi seperti ingin menyatakan ketegasan sikapnya."Dan jika aku menolak?" sahut Tania seakan menantang sang serigala ...Tiba-tiba Lexi dengan cepat mem
"Kita sudahi saja hubungan ini." ucap Lexi memejamkan matanya.Ardelle yang mendengar kata-kata Lexi yang baru saja ia ucapkan langsung mengangkat kepalanya dan menatap wajah Lexi lekat."A--apa? Apa maksudmu? Berakhir?" tanya Ardelle tak percaya.Lexi mengangguk, "Benar. Berakhir!""Tapi kenapa? Kenapa Lexi? Apa--apa salahku? Apa salahkku!!" Ardelle mengguncang bahu Lexi dengan kencang.Tak ada tanggapan dari sang serigala! Sebaliknya, Lexi segera bangun dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi tanpa mempedulikan Ardelle yang terus menuntut jawaban."LEXI! I'M TALKING TO YOU!! LEXI!!! COME BACK HERE!!!" teriak Ardelle dari atas kasur seraya menutupi tubuhnya yang tanpa selembar helai benang.Beberapa menit kemudian, Lexi yang telah selesai mandi segera keluar dan melihat Ardelle telah selesai berpakaian dan menunggu Lexi seraya duduk dan menghisap sebatang rokok dengan jari-jari gemetar. Lexi hanya bergeming melihat Ardelle deng
Kediaman Keluarga MedyedevKedatangan Lexi yang membawa Tabia membuat Eva Laika merasa tak senang. Namun demi mendapatkan kembali perhatian dan cinta seorang Richard Lexi, Eva rela melihat pujaannya datang dan menggandeng wanita lain di depan matanya. Namun kekesalan Eva Laika atas sikap Lexi tak bertahan lama, sesaat setelah kedatangan Lexi dan Tania, sebuah limosin hitam berhenti di muka pintu kediaman Medyedev. Sontak, Eva dengan senyum seringainya segera menghampiri limosi tersebut dan membuat Lexi juga Tania bertanya siapa gerangan yang ada di dalam mobil panjang tersebut. Tak lama berselang, sesosok wanita dengan mengenakan gaun malam lebar ala victoria berwarna biru dengan kalung berlian berliontin batu tosca kuning gading serta rambut yang digulung ke atas turun dari mobil panjang hitam itu. Dengan anggun, wanita yang sudah berumur itu berjalan dan tersenyum ke arah Eva Laika."Tante, selamat malam." Sapa Eva Laika memberi hormat ala bangsawan pada Maria Anna L
Maria Anna Luka Hendrikova, Richard Lexi, Tania dan sang tuan rumah, Eva Laika terlihat berada di meja makan besar dan panjang di kediaman keluarga Medyedev. Namun tak seperti makan malam yang diharapkan! Suasana tegang dan dingin membalut makan malam itu seperti di rumah berhantu. Penuh misteri dan teka-teki. Netra biru Maria yang tak pernah luput dari Tania membuat wanita cantik yang duduk di sebelah serigala Lexi sangat tak nyaman. Lexi sejak awal mengetahui jika sang mama telah menjadikan Tania sebagai 'target' dirinya. Namun, Lexi juga tak ingin mempermalukan Eva yang dulu memiliki hubungan spesial dengannya."Eva, kapan papamu akan kembali dari Belanda?" tanya Maria seraya mengangkat gelas berisi wine jenis rose wine."Mungkin esok atau lusa, Tante.""Begitu ya, sayang sekali ... padahal ada yang ingin Tante bicarakan dengan papamu. Tante pikir dia akan langsung kembali dari Belanda." Hembusan napas panjang di keluarkan Maria di sela minumnya.
Lotte Hotel MoscowMalam telah menunjukkan pukul 23.30 waktu Rusia. Jalanan yang mulai sepi membuat Tania sedikit takut dan was-was. Meskipun kini dia berada di dalam mobil milik Lexi yang bisa disebut super car, namun tetap saja kecemasan masih melanda wanita cantik ini. Dengan bantuan GPS yang ada di mobil Lexi, dia dapat menemukan hotel tempatnya menginap dengan mudah. Beruntung, vallet hotelnya menginap tetap beroperasional selama 24 jam. Dengan langkah cepat, Tania segera memasuki lift yang tengah terbuka dan langsung menekan lantai tempat kamarnya berada. Setelah sampai di kamarnya, Tania langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur putih dan netranya menatap langit-langit di atas kamarnya."What a hard day ..." gumamnya tanpa ia sadari matanya mulai terpejam perlahan.****Lounge n Pub, St. PetersburgLexi yang tengah dalam keadaan gusar, galau dan putus asa menenggelamkan dirinya dalam minuman beralkohol jenis vodka dan beberapa minuman alkoh