Blue City Apartemen
"Nona Andrea, Anda tak boleh seperti ini. Ini---ini ..."
"Sssstttt ...." Andrea menutup mulut Andre dengan jari telunjuknya.
"Maaf, Nona Andrea ...." Andre menjauhkan tubuh Andrea dari tubuhnya dan berdiri mengambil jarak.
"Tuan Andre, bukankah Anda yang bilang jika Anda tak memiliki kekasih?" tanya Andrea lirih.
"Apa? Maksud Anda?" Andre semakin tak mengerti.
"Tadi, hari ini ketika saya bertanya pada Anda sewaktu kita akan berpisah apakah Anda telah memiliki kekasih dan Anda bilang 'belum'."
Andre bergeming sesaat, mengingat dan mencerna ucapan Andrea.
"Itu ...."
"Apa? Apa Anda membohongi saya? Apa Anda sudah memiliki kekasih?"
"Sepertinya Anda salah paham dengan ucapan saya, Nona Andrea."
"Maksud Anda saya salah paham?" Andrea semakin penasaran.
"Saya bukannya belum atau tidak memiliki kekasih, tapi saya ... sudah menikah," jelas Andre.
Kontan, mata Andrea langsung terbelalak tak percaya mendengar ucapan Andre. Dia langsung menghampiri Andre dan mendekatkan wajahnya ke wajah Andre sambil berkata, "Anda bercanda, 'kan? Anda main-main Tuan Andre?"
"Maksud Anda?" tanya Andre bingung.
"Anda sudah menikah? Tapi, I didn't see your ring. Where's your ring then?" tanya Andrea langsung mengangkat tangan kiri Andre tinggi.
"Itu bukan urusan Anda! Maaf, Nona Andrea sebenarnya apa tujuan Anda mengundang saya makan malam?" sedikit curiga Andre.
"Sebagai ucapan terima kasihku karena telah menolongku." terang Andrea.
"Selain itu?"
"Selain itu? Apa menurut Anda saya terlihat seperti orang jahat, Tuan Andre?" tanya Andrea dengan ekspresi tak senang.
"Bukan itu maksud saya, Nona Andrea. Hanya saja ... kita baru pertama bertemu dan Anda sudah ...."
"Lalu kenapa? Apa itu salah? Apa aku tak punya hak untuk menyukai Anda?" tanya Andrea tak mau kalah.
"Tapi saya sudah menikah, Nona Andrea. Rasanya tak pantas bila Anda menyukai seseoramg yang sudah menikah."
"Siapa yang bilang? Aturan mana itu? Siapa yang buat!?"
Andre semakin tak mengerti dengan ucapan wanita cantik itu. Perlahan namun pasti Andrea kembali menghampiri dan mendekati Andre. Kali ini, tubuh Andre didorong lumayan cukup keras hingga punggungnya membentur dinding putih apartemen Andrea.
"No--Nona Andrea!!!" seru Andre kaget.
"Aku tak terbiasa dengan penolakan, Tuan Andre! Jadi, aku tak ingin dengar penolakanmu!" ucap Andrea dengan ekspresi wajah penuh hasrat birahi.
"K--kau kenapa? Nona Andrea!" seru Andre sekali lagi.
Namun Andrea yang tengah dipengaruhi oleh obat perangsang yang ia minum sendiri membuatnya tak mendengarkan ucapan Andre dan malah semakin liar! Bibir Andrea tak hentinya ingin menempel pada bibir Andre dan tubuhnya semakin dan semakin ditempelkan pada dada Andre yang bidang.
"Panas!" gumam Andre. "Jangan-jangan ...." Andre langsung melihat pupil netra Andrea yang terlihat mengecil dan mengeluarkan sedikit air mata, mulut serta tubuh yang terasa panas serta tangan yang selalu memegang bagian tubuh terlarangnya.
"Tak salah lagi! Dia pasti telah meminum aphrodisiac! Benar-benar wanita gila!" gumam Andre mencoba menjauhkan Andrea dari dirinya, namun apa daya wanita yang sedang dalam kondisi birahi tinggi itu langsung menarik tubuh Andre ke lantai dan keduanya pun langsung terjatuh bertindih satu sama lain.
"Panas ... panas ... sangat panas," ucap Andrea di atas tubuh Andre.
"A--aku ... aku ..." Andre sedikit bingung dan panik.
"Dinginkan aku ... dinginkan tubuhku. Dinginkan diriku ..." pinta Andrea lirih namun dengan tatapan penuh birahi.
Andre sebenarnya tahu bagaimana caranya mendinginkan 'panas' yang dimaksud Andrea. Namun, dia berusaha menahan meskipun kejantanannya telah berdiri tegak 90 derajat dan menyentuh organ intim Andrea.
"Panas ... panas ... panas ..." Andrea tanpa sadar bangun dari tubuh Andre dan mulai melucuti pakaiannya satu per satu!
"Nona Andrea!!!" seru Andre.
Kini, Andrea benar-benar tanpa sehelai benang yang menempel di tubuhnya. Andre hanya menelan saliva-nya melihat kemolekan dan lekuk tubuh sang supermodel dunia tersebut. Kulit putih kemerahan, dada besar dan padat berisi serta bagian tubuh belakang bak Jennifer Lopez benar-benar membuat Andre pusing dan kejantanannya semakin ingin keluar.
"Nona Andre, tolong ... jangan lakukan ini! Kumohon ... aku tak tahu apa yang akan terjadi bila aku lepas kendali." Andre berusaha bangun dan menghindar.
BRUK!!
Andrea langsung menindih Andre dengan tubuh topless-nya, panas dari tubuhnya sangat terasa dan membuat Andre serba salah.
"Ya Tuhan, apakah ini sebuah hukuman atau ujian lain yang Kau berikan padaku?"
"Dinginkan aku ... dinginkan tubuhku." Andrea mulai memainkan jari-jari panjang dan nakalnya dengan membuka kancing baju Andre perlahan dan sedikit tapi pasti kini jari-jemarinya telah berlabuh di celana yang dikenakan oleh Andre. Dibukanya zipper yang tak lagi dapat menutup kejantanannya dan tanpa pikir panjang, Andrea langsung melumat dengan bibir sensualnya kejantanan sang Dosen metroseksual itu. Andre, walau bagaimanapun berusaha menolak 'ajakan' Andrea, namun sang kejantanan berkata lain! Dirinya pun langsung merasakan surga ketujuh yang nikmat luar biasa tiada tara. Diselingi desahan akan kenikmatan dan kepuasan, keduanya pun larut dalam satu malam penuh petualangan liar lagi menantang.
Keesokan paginya, Andrea yang telah membuka matanya dan sadar sepenuhnya, melihat dirinya masih berada di lantai apartemennya dengan kondisi topless dan yang membuatnya terkejut ketika ia melihat Andre berada di sebelahnya dan dalam keadaan tubuh yang sama, topless!
"My Godddddd!!! What I've done????" serunya segera bangun dan mengambil pakaiannya.
Wajahnya pucat dan tampak beberapa tanda kemerahan yang membekas di leher dan dadanya! Tanda kemerahan berupa kecupan bibir yang menandakan bahwa mereka benar-benar melampiaskan hasrat dan nafsunya yang selama ini tertahan.
"Apa---apa---"
"Kau sudah bangun?" Andre tiba-tiba berdiri di belakang Andrea yang sedang bercermin.
"T--Tuan Andre??" Andrea terkejut membelalakkan matanya.
"Maafkan aku. Semalam ..." Andre menundukkan kepalanya dn dengan ekspresi bersalah.
Di luar dugaan, Andrea langsung menghampiri Andre dan memeluknya erat. "It's ok! It's ok, Tuan Andre ... aku--aku --- menyukainya," bisik Andrea malu-malu.
Andre terkejut dan membelalakkan matanya. Tangannya yang awalnya berdiri di samping tubuhnya, kini perlahan tapi pasti diangkat dan mulai memeluk Andrea dengan erat ... sangat erat.
"Nona Andrea ...."
"Panggil aku Andrea." Pinta Andrea sambil menatap netra Andre yang diliputi rasa bersalah dan penuh kesedihan.
"A--Andrea ...."
Andrea sekali lagi memeluk Andre dengan pelukan erat dan mencium pipi sang Dosen metroseksual itu dengan mesra.
"I love you," ucap Andrea penuh senyuman.
"A--apa? Nona Andrea ..."
"Ssssttttt, you don't have to give me the answer by now. Aku hanya ingin kau tahu jika aku menyukaimu, ah tidak ... tapi aku mencintaimu."
Andre hanya diam dalam pelukan dan dekapan erat sang supermodel seksi itu. Pikirannya mulai bisa terbuka dan sejenak melupakan permasalahannya dengan sang istri, Tania.
"Mungkinkah ini saatnya aku untuk melupakanmu, Tania??" gumam Andre tenggelam dalam wangi tubuh fan pesona sang Andrea Quinza.
Tania yang tak tahan lagi menunggu Lexi terlalu lama di kamar yang sunyi memutuskan untuk segera mencari laki-laki itu. Derap langkah yang dibuat sepelan mungkin dan netra yang was-was membuat detak jantung Tania memompa adrenalin yang kuat dan kencang, bak olahraga ekstrem. Tak lama tepat di depan netranya, siluet seorang wanita bergaun pengantin dan pria berjas abu-abu serta pria yang sedang duduk membelakanginya tampak di depannya. Sambil berdetak dan berdegup kencang, Tania memberanikan diri mendekati ketiga siluet itu dan ternyata ...."Lexi!!" serunya bersuara sedikit kencang.Tak pelak, Eva yang sedang bicara dengan Lexi dalam keadaan emosi mengalihkan netranya pada Tania yang berdiri tak jauh di belakang Lexi, dan ....DORRRRR!!DORRRRR!!DORRRRR!!"Ahhhh!!" Tania teriak kencang karena tembakan proyektil yang dilepaskan Eva tepat mengenai lukisan yang ada di sebelah Tania! Membuat Tania membelalakkan netranya bulat dan lebar!"TANIA!
Villa Keluarga HendrikovaDi sudut salah satu ruangan yang remang hampir gelap, Tania dan Lexi tengah bersembunyi dari kejaran Eva dan ayahnya, Joni Pedrova Medyedev. Emosi yang tengah di puncak, membuat Eva dan sang ayah kalap dan membabi buta menghancurkan isi dari villa milik keturunan Dinasti Romanov tersebut."Aku takut, Lexi!" Tania sembunyi di dada bidang milik Lexi yang lebar."Jangan takut, aku di sini. Aku akan selalu melindungimu." Ucap Lexi mengecup kening Tania mesra."Tapi, kau dan Eva dulu ..." Tania ragu dengan ucapannya."Dulu ya dulu! Sekarang ya sekarang! Aku bukan orang yang memandang ke belakang, apa yang ada di hadapanku sekarang, itulah yang akan kupikirkan!" tegas pemilik netra hijau Altai itu menatap Tania."Aku hanya ..." Tania membenamkan kepalanya dalam pelukan dekapan hangat sang serigala."Ssssttt, jangan berisik! Kau tetaplah di sini, aku akan pergi menemui mereka." Ucap Lexi mendorong lembut tubuh kelinci yang
"Kau tak punya hak untuk bicara seperti itu, Lexi!"Seorang wanita turun dari jeep hitam tak jauh dari mereka. "A--Anda," Tania terkejut karena Maria, sang ibunda Lexi ada di sana. "Bantu Nona Eva!" perintah Maria pada pengawalnya."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" tanya Lexi yang tampaknya tak terkejut."Tak usah basa basi Lexi!" Maria menyipitkan tajam matanya ke arah Tania yang masih berada di dekapan Lexi dan seorang pria yang tersungkur di tanah"Siapa kau?" tanya Maria pada Andre."Saya suami sah dari wanita yang sedang berada di pelukan anak Anda. Namaku Andre." Jelasnya sambil membersihkan noda darah di mulutnya."Jadi kau suami Nona Tania? Bawa dia pergi dari sini! Putraku akan menikah dengan wanita ini!" Maria menunjuk Eva."Memang itulah yang akan saya lakukan, Nyonya. Tapi putra Anda ..." Andre kemudian berdiri dan menatap netra Lexi tajam. "Putra Anda telah menjadi parasit dalam pernikahan kami!""Tutup mulutmu! Kau t
"Hentikan!" suara lantang seorang wanita terdengar dari dalam kediaman Medyedev.Netra Andre membelalak ketika mengetahui siapa wanita yang baru saja mengeluarkan suara lantang itu. "Kau, E-Eva?""Hahahaha, akhirnya kau datang juga Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menerima paket cantik yang kukirim untukmu?" seringai Eva dengan cibiran."Wanita brengsek! Apa yang kau inginkan? Bukankah sudah cukup kau dengan menghancurkan Lexi, kenapa kau seret Tania ke dalam masalah pribadimu?" Andre tak dapat melihat Eva dengan tatapan datar. Netra laki-laki itu terus saja menyipitkan mata tajamnya ke arah wanita bergaun pengantin di depannya."Kau salah! Justru karena istri bodohmu itu yang berani-beraninya menggoda dan mengambil Lexi dariku! Harusnya aku yang bersama dengan Lexi dan bukan dia! Aku yang seharusnya menyandang kekasihnya dan bukan istrimu!" teriak Eva."A--apa? Kekasih?" Andre terperangah."Hahahah, suami macam apa yang tak mengetahu
Kedatangan Andre ke kantor Lexi membuatnya terkejut sekaligus kesal. Dengan memasang senyum penuh kepalsuan, Lexi tersenyum selayaknya tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu."Silakan duduk, Tuan Andre." Lexi membuka tangannya dan mempersilakan Andre duduk di kursi yang ada di depannya."Cukup basa basimu, Tuann Richard Lexi! Di mana Tania?" Andre mulai tersulut emosi."Apa? Tania? Apa maksud Anda, Tuan Andre?"Andre yang sedang panas langsung memberikan pukulan keras di wajah Lexi hingga ia tersungkur jatuh di karpet ruangannya."Kutanya sekali lagi, di mana kau sembunyikan Tania!? Apa kau masih mengelak juga, hah! Laki-laki keparat! Berapa banyak hal lagi yang akan kau bohongi soal identitasmu pada Tania, hah!" Andre menarik kerah Lexi yang tersungkur dan berteriak padanya."Get off your dirty hands of me! Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan Andre! Dan Tania, kenapa Anda masih peduli padanya? Bukankah kalian akan bercerai?"
Sheremetyevo Int. AirportAndre langsung terbang ke negeri Beruang Merah saat dirinya dikirimi foto-foto mesra Tania dan Lexi. Tanpa membuang waktu, dia segera menaiki taksi bandara dan pergi ke Museum Hermitage, tempat Lexi bekerja. Rasa cemas, khawatir dan takut menyelimuti relung hati pria bermata seksi itu. Sesekali dia melihat ponselnya dan ingin mencoba menghubungi Tania namun berkali-kali pula ia urung melakukannya."Thank you, Sir." Ucap Andre turun dari taksi yang membawanya.Matanya menyeloroh melihat bangunan indah itu masih sama dengan yang ia lihat ketika beberapa bulan yang lalu Andre datang pertama kali ke tempat itu. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam museum itu dan memutar balik netra dan retinanya, menyeloroh, meringsek ke semua sudut ruangan Museum Hermitage, namun tak jua membuahkan hasil. Putus asa, Andre menanyakan keberadaan Lexi dengan salah satu petugas keamana tempat itu dan begitu terkejutnya Andre ketika ia mengetahui bahwa Lexi seb