Share

Bab 49 Pengejaran Berujung Kenikmatan

Lexi, Yuri serta beberapa pengawalnya mengejar taksi yang membawa Tania pergi entah ke mana. Aksi bak Fast and Furious pun ditunjukkan mereka di jalanan kota Moskow yang sedang ramai kala itu. Yuri yang berada tepat di belakang taksi Tania sempat hampir mendekati taksi itu. Namun, sang supir taksi berhasil mengecoh mereka dan melajukan kendaraannya dengan kencang kembali. Lexi yang tak jauh berada di belakang Yuri langsung melajukan mobilnya dengan kencang dan menyalip mobil van yang dikendarai Yuri beserta pengawal Lexi.

"T--Tuan Muda!!" ucap salah satu pengawal pribadi Lexi membelalakkan matanya.

Yuri menoleh ke arah samping kanan mobil van. Dan benar saja! Lexi, dengan wajah sangar tampannya mengejar taksi itu tanpa melihat samping kiri dan kanan! Tatapannya hanya terfokus pada taksi warna merah putih berpola bak papan catur yang tengah melaju kencang di depannya. Dengan tarikan gas yang dalam, Lexi menyalip mobil van yang ditumpangi Yuri serta pengawalnya.

"Turunkan kecepatan!" perintah Yuri tiba-tiba.

"A--apa, Nona?"

"Turunkan kecepatan! Apa kau tak dengar!?" melotot Yuri menatap anak buahnya.

"Tapi kenapa kita harus menurunkan kecepatan, Nona? Bukankah Tuan Lexi ada di depan kita?" tanya anak buahnya yang lain.

"Ikuti saja perintahku dan jangan banyak tanya!" sahut Yuri dengan suara dalamnya.

KRITTTT!!!!

Tanpa pikir panjang, Lexi memblokade taksi yang ditumpangi Tania dengan tiba-tiba! Sang supir taksi yang terkejut dengan kemunculan mobil sedan hitam yang membarikade jalannya, membuat sang sopir taksi itu hampir saja kehilangan keseimbangan dan membuat Tania celaka. 

" Shitttt!! What a crazy car driver!!!!!" umpat sopir taksi itu mengerem mendadak dan membanting mobilnya ke kanan.

"Ouch!!!" Tania mengerang kesakitan karena kepalanya terbentur jendela mobil dengan cukup kencang.

"Shitttt!" umpat sopir taksi itu lagi. "Mam, are you alright?" sopir taksi melihat Tania yang sedang mengusap-usap kepalanya yang tampak kesakitan.

"I'm good. What's matter?" tanya Tania mengejapkan sebelah matanya.

"A crazy driver car appeared in front of us suddenly, Mam."

"What?" Tania yang penasaran dengan mobil sedan hitam itupun segera turun keluar dari taksi dan memeriksa sedan tersebut.

Perlahan Tania mendekati mobil itu dan menempelkan wajahnya ke jendela hitam pekat sedan tersebut dan tiba-tiba .....

"Kena kau!" sebuah tangan kekar langsung menjepit dan memegang kepala Tania kencang!

"Ouch! Lepas! Lepaskan aku!" erang Tania menahan sakit karena rambutnya ditarik dengan kuat.

"Sudah kukatakan padamu, kalau aku bukan pria yang hanya mengumbar kata-kata! Dan sekarang ... apa kau percaya padaku, Nona Nathania Diandra Wijaya?" seringai Lexi menjepit kepala Tania dengan jendela mobilnya.

"Hey, Mr! Let go off my passenger!" teriak supir taksi mendekati Lexi dan berusaha menyelamatkan Tania.

DOR! DOR! DOR!

Muntahan peluru diberikan Lexi pada sang supir taksi tersebut! Kontan, sang supir berlari masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Tania yang sedang tertangkap oleh serigala.

"Apa maumu, Lexi?" tanya Tania menyipitkan tajam matanya.

"Masuk ke dalam mobil dan turuti apa kataku!" Lexi kali ini benar-benar seperti seseorang yang berbeda! Aura yang dia keluarkan seperti Hades yang baru saja keluar dari neraka.

"Jika aku menolak??" tantang Tania.

"Percayalah, kau tak mau dan tak 'kan senang jika kau menolak permintaanku," Lexi mulai menyeringai sinis dan tambah menjepit kepala Tania.

"Oke! Oke! I'll go with you!" ucap Tania mulai tersiksa.

Tak lama, mereka berdua pergi ke sebuah villa megah, bertuliskan huruf Cyrillic yang tak bisa dimengerti oleh Tania, bangunan megah berwarna putih itu sangat besar dan menyerupai istana, namun terlihat dingin, gelap dan sunyi.

"Tempat apa ini? Kenapa begitu gelap?" tanya Tania sedikit takut.

"Kenapa? Apa kau takut? Ini adalah villa milik keluarga Hendrikova. Aku lahir di sini," ucap Lexi tersenyum seraya memandang bangunan bergaya baroque tersebut.

"Kau ... lahir di sini?" Tania sedikit heran.

"Hnnn, aku lahir di sini. Sebelum pindah ke Jerman selama beberapa tahun," sahutnya.

Tania menatap bangunan di depannya dengan pandangan takjub dan terpukau, sesekali netra coklat elangnya menatap ke arah Lexi yang berubah 180 derajat, jauh dari kesan beringas seperti yang ia tunjukkan tadi.

"Ayo!!" ajak Lexi.

"Ke mana?" 

"Apa kau mau tidur di luar dengan cuaca dingin dan auman serigala?" papar Lexi kemudian mengulurkan tangannya dan menggenggam erat tangan Tania.

Di dalam bangunan megah itu, Tania disuguhkan berbagai macam lukisan, kebanyakan lukisan beraliran Rennaisance dan Romantisme. Batu-batu granit berwarna putih mengkilap di halaman villa megah itu membuat mata Tania tak bisa menolak untuk tak menatapnya, diterpa sinar bulan dan terang bintang membuat batu-batu granit itu seperti hiasan abadi sepanjang zaman.

"Kau menyukainya?" Lexi tiba-tiba berbisik di telinga Tania dengan lembut.

Terkejut! Tania berkata, "A--apa yang kau lakukan?" netranya beradu pandang dengan netra pemilik hijau Pegunungan Altai itu.

Lengan kekar Lexi tanpa permisi dan basa-basi melingkar di pinggang ramping Tania. Memeluknya! Mendekapnya dengan erat bagai serigala yang sedang menyantap daging merah yang masih segar!

"Le--Lexi! Apa yang kau lakukan!?" Tania berusaha melepaskn lengan kekar itu, namun usahanya hanyalah berbua sia-sia. Semakin Tania meronta, semakin Lexi mengencangkan dekapannya.

"Le--Lexi, a--ku tak bisa bernapas." Tania semakin dekat dengan wajah sang serigala dan perlahan tapi pasti Lexi mengecup manis pipi sang kelinci lucunya di bawah sinar bulan yang sedang purnama dan di antara kilauan batu granit. 

Tania membelalakkan matanya. Menatap dengan dalam netra Lexi. Mata hijau itu menatap Tania seksi, dalam namun penuh kesedihan. Entah mengapa Tania tak bisa menahan air matanya yang tiba-tiba mengalir membasahi pipi putihnya.

"Kau menangis, Tania?" tanya Lexi tiba-tiba.

"Ah, ma--maaf." Tania ingin segera menghapusnya, namun Lexi segera menghapus air mata Tania dengan ... lidahnya.

"Tania semakin terkejut! Lidah Lexi yang panjang sangat terasa panas di wajah Tania, tak hanya lidah! Bibirnya pun mulai beraksi bergerak liar mulai dari pipi, dahi, hidung kemudian bibir Tania. 

Kuluman liar dan beringas bibir sang serigala membuat pikiran Tania serasa kosong dan terhipnotis! Lidah Lexi yang bermain di dalam mulut Tania seakan memaksa Tania untuk 'melayani' permintaan sang majikan. Liar ... ganas ... brutal! Itulah yang sedang dimainkan Lexi sekarang! Tanpa membuang waktu, jari jemari Lexi mulai meraba tubuh Tania yang molek nan seksi, tangannya bermain di selipan antara kaos dan pengait dada yang Tania kenakan. Seakan pasrah, tak ada reaksi atau aksi penolakan dari Tania. Justru sebaliknya, tampaknya kini Tania tengah menikmati kepuasan puncaknya bersama sang serigala Tanah Lenin.

"Ah ..." suara desahan nan seksi meluncur dari bibir mungil nan merekah Tania.

Lexi yang telah berpindah area, menemukan G-spot milik Tania. Dengan segera, ia melumat habis Tania tanpa harus membawanya ke ranjang. Di bawah sinar bulan purnama, akhirnya Tania harus tunduk dan mengakui kejantanan Lexi yang perkasa. Lexi pun tampak terkejut ketika ia melihat noda merah seperti darah keluar dari organ intim Tania. Sakit dan nikmat! Itulah yang saat ini Tania rasakan.

"Tania, ini ... apa kau masih ..." Lexi menjeda sejenak 'pencoblosannya' dan melihat noda merah menempel di batang keperkasaannya.

Tania menutup wajahnya. Dengan pelan, Lexi membuka kedua tangan Tania dan meminta ia berkata jujur.

"Itu ... aku sebenarnya ..." Tania masih enggan mengatakannya.

"Tania, katakan padaku. Ada apa?" Lexi mulai mengusap wajah Tania lembut.

"Aku sedang dalam masa suburku dan kau malah ..." lagi-lagi Tania menutup wajahnya karena malu.

Lexi sedikit terkejut dan tanpa Tania sadari, wajah garang Lexi bak serigala itu langsung memerah karena melihat tingkah lucu kelinci buruannya itu dan juga malu karena ini pertama kalinya dia melakukan hubungan intim dengan seorang wanita yang lupa masa suburnya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status