Share

Bab 48 Pengejaran yang Terkasih

Sebuah mobil van warna hitam tengah menanti di lubang yang cukup besar diameternya dan merupakan pintu masuk dungeon milik keluarga Hendrikova. Yuri serta beberapa pengawal pribadi Lexi membawa dan melindungi Tania jikalau ada serangan balasan dari pengawal keluarga Hendrikova. Tania yang mengalami luka di bagian lutut sebelah kanan dan siku sebelah kirinya segera mendapat pertolongan dari Yuri. Dengan telaten, Yuri membersihkan luka di lutut dan siku Tania dengan alkohol dan menutupinya dengan perekat.

"Anda baik-baik saja, Nona Tania?" tanya Yuri melihat wajah Tania yang pucat dan gemetar.

"A--Anda kenapa, Nona? Are you okay?" tanya Yuri sekali lagi kali ini ingin memegang tangan Tania namun yang terjadi adalah tepisan keras dari Tania!

"JANGAN SENTUH AKU!!!" teriak Tania dari dalam mobil van yang masih berada di pintu masuk dungeon Hendrikova.

Yuri dan para pengawal lainnya terkejut namun berusaha untuk menyembunyikannya, "Nona, tolong jangan teriak. Jika tidak, kita akan ketahuan oleh pengawal keluarga Hendrikova," pinta Yuri memelankan suaranya.

"Aku tak peduli!!! Aku hanya ingin keluar dari sini! Dari tempat laknat ini! Maria, wanita gila itu memberiku dua pilihan Yuri, mati jika aku masih berada di tempat ini atau hidup jika aku meninggalkan tempat ini!" penuh emosi dan air mata ucapan yang keluar dari mulut Tania.

Yuri hanya bergeming, tak lama beberapa orang yang membawa AK-47 berhasil mengejar mereka sehingga membuat Yuri dan pengawal pribadi Lexi membawa Tania bergegas pergi dari sana.

"Antarkan aku ke bandara!" ucap Tania dengan wajah lusuh dan rambut berantakan.

"Tidak! Kami akan membawa Anda ke rumah sakit untuk pengobatan!" tegas Yuri menatap tajam Tania.

"Aku tak mau pergi ke rumah sakit! Aku mau kau antar aku ke bandara!" 

"Dengan kondisi Anda yang sekarang? " tanya Yuri seraya memperhatikan kondisi Tania yang tak kacau.

"Baiklah, antar aku ke hotel dan tunggu aku di luar. Aku akan berganti baju."

"Tetap tidak bisa, Nona Tania!" kali ini Yuri telah bersikap sebagai seorang bodyguard dan bukan sekretaris.

"YURI!!!!" bentak Tania kencang.

Beberapa orang di dalam van itu mulai tak senang dengan sikap Tania yang tak bisa diajak kooperatif. Bahkan salah satu di antara mereka langsung menodongkan Glock 45 ke kepala Tania. Tak pelak, Tania yang sedang dalam keadaan cemas, ketakutan dan panik menjadi semakin sulit untuk dikendalikan. 

PLAK!!!

Tamparan keras dan kencang langsung dilayangkan oleh Yuri kepada salah seorang yang menodongkan Gloxk 45 ke kepala Tania tadi. Yuri yang tak pernah terlihat marah saat ini bagaikan leopard yang lepas dari kandang.

"BODOH, TOLOL!!! APA YANG KAU LAKUKAN! BERANI-BERANINYA KAU MENODONGKAN SENJATAMU IRU PADA TAMU TUAN LEXI! KAU CARI MATI, HAHHHHH!!!!" teriak Yuri kencang hingga membuat mobil yang berada di sebelah van mereka melihat ke arah mereka.

"Ma--maaf, Ketua. Saya tak tahan karena Nona ini tak bisa diajak kerjasama," sahut anak buah Yuri dengan mimik penyesalan.

Tania lagi-lagi berada dalam suasana yang tak menyenangkan! Seisi orang dalam van tersebut seperti sedang tersulut emosi dan sedang dalam tekanan yang besar. "Maaf ..." ucap Tania pelan.

"Apa yang baru saja Anda katakan  Nona Tania?" tanya Yuri penasaran.

"Aku minta maaf karena diriku, kalian jadi seperti ini," tertunduk kepala Tania penuh penyesalan.

"Apa yang Anda katakan, Nona? Memang inilah tugas kami! Melindungi tuan kami, mengabdi hingga kami tak lagi diperlukan dan dibutuhkan, Anda tak perlu merasa sungkan apalagi bersalah." ucap Yuri tersenyum.

Sebuah ucapan yang setidaknya membuat sedikit tenang hati Tania setelah kejadian yang tak menyenangkan terjadi pada dirinua secara tiba-tiba. 

****

Kediaman Hendrikova

Lexi dan sang mama masih berada di dungeon milik klan Hendrikova. Netra yang sama-sama memiliki keindahan itu saling menatap datar namun dalam dan menyembunyikan ekspresi kemarahan antara keduanya. Tak ingin lagi berdebat dengan sang mama, Lexi berjalan mengambil Desert Eagle miliknya dan menyembunyikannya di balik jas hitam panjangnya. "Ini terakhir kalinya aku menginjakkan kaki di rumah ini. Karena Mama telah bertindak di luar batas, maaf jika aku harus melawanmu, Ma." Ucap Lexi netranya kemudian melihat sekelompok orang yang ternyata pengawal pribadi Maria.

"Bagaimana?" tanya Maria debgan suara rendah.

"Maaf, Madam. Kami kehilangan wanita itu. Sebuah mobil van hitam telah membawanya pergi," jelas satu dari kelima orang tersebut dengan jelaa membawa AK-47 di depan Lexi.

Maria menatap Lexi dan mengisyaratkan para pengawalnya untuk pergi. "Kau tahu Lexi, Mama sempat memberikan dua pilihan oada Nona Tania. Hidup atau mati! Hidup, jika dia meninggalkan negara ini dan mati ... jika dia masih berhubungan denganmu!" jelas Maria mengurai senyum manisnya.

"Kenapa Mama berkata seperti itu? Kenapa Mama mengancamnya?" tanya Lexi menuntut jawaban.

"Kau tahu jawabanku, Lexi! Ini semua karena hutang dan balas budi kita kepada klan Medyedev. Bukankah kau sendiri juga tahu jika ...."

"PERSETAN DENGAN PERJANJIAN DAN KONTRAK ITU! HIDUPKU TAK DIATUR DENGAN KONTRAK! AKU, RICHARD LEXI AKAN MELENYAPKAN DAN MENGHANCURKAN KONTRAK ITU, AKAN KUHANCURKAN SEMUA ORANG YANG MENGHALANGI DAN MENENTANGKU!"

"Termasuk Mama?" tanya Maria menanggapi dengan tenang emosi Lexi yang meledak-ledak.

"YA!!!" ucap Lexi spontan.

Maria tak dapat menyembunyikan kesedihan, kekecewaannya juha kemarahannya. Air matany mulai mengalir mendengar Lexi mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatinya. Dengan kepalan tangan yang kuat, Maria mengusir Lexi untuk ketiga kalinya! Dan Lexi, tanpa banyak kata dan waktu segera pergi dari dungeon milik keluarganya dan meninggalkan sang mama juga untuk kesekian kalinya.

"Di mana kau?"

[Saya berada di hotel tempat Nona menginap, Tuan]

"Apa ada yang mengikuti kalian?"

[Tidak ada, Tuan]

"Hnn, bagus. Aku akan segera ke sana."

Tak lama setelah Lexi mematikan ponselnya, nomor asing yang tak dia kenal menghubungi ponselnya. Lexi hanya menatap ponselnya namun tak mengangkatnya. Tapi sepertinya pemilik nomor asing itu tak kenal menyerah dan mau tak mau, Lexi yang sedikit penasaran pun akhirnya mengangkat nomor asing itu.

[Apa kau sudah menemukannya?]

Mata Lexi membelalak kaget!

[Kenapa diam? Aku sedang bertanya padamu, Richard Lexi ... apa kau sudah menemukan wanita sucimu itu?]

"Jadi kau yang mengirim foto-foto itu, Ardelle?"

[Menurutmu ...??]

"Kenapa? Kenapa kau membantuku?"

[Karena aku bukan bajingan seperti dirimu, Lexi! Karena aku akan melakukan apapun demi orang yang aku cintai! Meskipun orang itu telah mengusirku dari hidupnya!]

Lexi terdiam. Kata-kata Ardelle bagaikan panah yang menembus langsung jantung dan paru-parunya. 

[Aku, wanita yang kau usir dari negara ini dan hidupmu telah membantumu. Apa imbalan yang bisa kuterima?]

"Imbalan? Jadi kau melakukan ini demi imbalan?"

[There's nothing free, Lexi. Hahahaaaha]

"Apa yang kau inginkan?"

[Tidur bersamaku satu malam!]

"Apa!!"

Lagi-lagi Lexi bergeming.

[Hahaha ... forget it! Lagipula aku sudah di pesawat. Aku akan pergi. Jaga dirimu, Lexi]

Ardelle langsung mematikan ponselnya dan Lexi tak mengucapkan apapun padanya, hingga ...

"Terima kasih, Ardelle. Jaga dirimu baik-baik." Lexipun segera masuk ke mobilnya dan menuju hotel Tania menginap.

****

Lotte Hotel Moscow

Tania yang kini telah berada di kamarnya segera mengganti pakaiannya dengan kaos oblong warna putih, jeans skinny, sneakers warna merah menyala dan jaket army serta topi dan kacamata hitam juga tas selempang kecil warna hitam. Tania melihat dirinya di cermin kamar hotelnya dan tak lama suara ketukan pintu mengagetkan lamunannya. Segera, Tania membuka pintu dan terlihat Yuri berada tepat di depan netranya.

"Apa Anda sudah selesai, Nona?" tanya sekretaris dan pengawal pribadi Lexi itu.

Tania mengangguk.

"Bisa kita pergi sekarang?" 

"Pergi? Pergi ke mana?" Tania penasaran.

"Maaf, tapi saya tak bisa mengatakannya, Nona. Silakan." Yuri membuka tangannya lebar tanda mempersilakan Tania untuk jalan di depannya.

Tania yang dikawal Yuri dan beberapa pria berbadan tegap memang sempat menyita perhatian para tamu yang menginap di hotel tersebut. Malu, risih, rasa tak nyaman bersarang di benak Tania. Dia mencari cara untuk bisa lepas dari jeratan Lexi dan anak buahnya. Sesampainya di pintu keluar, Tania yang melihat sebuah taksi yang baru saja menurunkan penumpang berhenti tak jauh dari jangkauannya. Dengan langkah cepat, Tania lari menuju taksi itu!

"Cepat jalan!" perintah Tania.

"Nona! Nona! Ah, sial!! Kejar taksi itu!" perintah Yuri terkejut dengan aksi yang dilakukan Tania.

Lexi yang tak lama tiba di Lotte Hotel sempat melihat kejadian itu dari kejauhan, "Hah, benar-benar kelinci liar!" ucapnya sambil tertawa dan segera mengejar taksi yang membawa Tania pergi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status