Share

Membuang Sesuatu

"Gue aja nggak tau, Jam. Tadi gue telepon temen gue yang punya rumah sakit ini. Udah gue jelasin semua, dan dia nyuruh gue tunggu di depan ruangan dokter Rian. Gue aja nggak tau kalau dokter Rian ini maksudnya Riana Martha. Tapi tadi dia bilang dokter Rian itu udah kayak bapaknya," Arka berusaha menjelaskan kepada Jamie yang juga membaca name tag di dada sebelah kanan dokter Riana, dengan mulut yang sedikit terkunci dan gigi yang cukup rapat, saat keduanya masih mematung di hadapan suster cantik bertubuh mungil.


"Ah, suster. Saya mau tanya, apa ada dokter khitan yang laki - laki aja, ya?" tanya Arka menutupi ketakutan Jamie

"Anda pak Arka, kan? Silahkan masuk terlebih dahulu biar nanti dokter Martha aja yang jelasin," perawat itu berucap begitu ramah

"Ba - baiklah, terima kasih." Arka mengkodei Jamie agar mengikutinya masuk ke dalam ruangan dokter Martha

"I will kill you!" bisik Jamie menyatukan gigi bawah dan atasnya tanda ia sedang geram.


Mereka di sambut hangat oleh dokter muda dan cantik usia berkisar dua puluh enam tahun. Rambut di biarkan terurai, menggunakan outer putih kebangsaan dokter, ia duduk dan senyum begitu manis.


"Baik, tuan - tuan. Ada yang bisa saya bantu? Oh, iya. Siapa nama pasien yang akan di khitan?" tanya dokter Martha ramah

"Eh, ini. Aduh, gimana ngejelasinnya, ya, dok. Jadi, gini ... Umh, aduh, jadi gerogi, kan," Arka salah tingkah

"Katakan saja, kenapa anda harus malu?" dokter Martha tersenyum aneh melihat dua laki - laki di hadapannya tampak menahan sesuatu untuk di utarakan

"Dok, apa nggak ada dokter lain, ya? Soalnya, yang mau di sunat rada malu - malu," Arka akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan yang sesungguhnya

"Ya, ampun. Kan, sama aja. Saya sudah sering, kok, memotong burung anak kecil," kekeh dokter Martha yang membuat kedua pria tampan di hadapannya dengan paksa menelan saliva dan menahan kemaluan mereka masing - masing dengan menangkupkan keduat tangan mereka di atasnya.


"Usia nya berapa?" tanya dokter Martha

"U - usia? Di - dia udah ...," lagi, Arka menjawab dengan terbata - bata.


"Baiklah, jika ia udah besar, memang sedikit sulit dan berbeda jika akan mengkhitankan anak kecil. Namun, zaman sudah berkembang, jangan takut akan rasa sakit. Kita akan merayu anaknya agar burungnya siap di potong," jawab dokter Martha dengan senyum manis yang selalu mengembang di wajahnya.


"Permisi, dokter. dokter Rian sudah datang," ucap perawat yang menyambut kedatangan Arka dan Jamie pertama kali.


"Arka, what happen? Kenapa ada dua Rian di sini?" bisik Jamie

"I - i don't know. Mari kita cari tahu," ucap Arka berusaha menjawab pertanyaan Jamie

"Selamat datang, dokter. Silahkan duduk!" ucap dokter Martha tetap ramah, menyambut kedatangan dokter Rian yang tampak buru - buru.


"Hai, Arka. Saya dokter Rian Alaska," ucap dokter Rian memperkenalkan diri, menyambut tangan Arka dan Jamie yang masih bingung di buatnya.


"Maaf, kenapa ada dua Rian di sini?" Jamie mencoba membuka suara yang sedari tadi ia simpan.


"Oh, saya hanya dokter magang sekaligus asisten dokter Rian. Tadi kebetulan, dokter Rian baru saja mengkhitankan anak kecil di ruang operasi dan beliau meminta saya untuk duduk di kursi ini menggantikannya sementara karena sudah terlanjur membuat janji dengan pak Arka. Benar begitu, dok?" dokter Martha menerangkan.


"Ha ha, ya, benar sekali. So, apa anda sudah siap mister Jam?" dokter Rian mengarahkan pandangannya kepada Jamie yang pucat seketika

Hal yang sama terjadi pada dokter Martha. Ia kaget ternyata yang burungnya akan di potong adalah milik bujangan di hadapannya.


"Sa - saya, si - siap, sih, dok, tapi ..." Jamie merasa gugup

"Tenang, hanya sedikit yang akan saya buang dari sebanyak kulit yang anda punya," kekeh dokter Rian di iringi cengiran oleh Arka dan dokter Martha.


"Tuan, jaman sudah maju, anda tidak akan merasakan sakit sedikitpun karena kita menggunakan metode laser. So, anda hanya akan mendengarkan kabar baiknya saja sembari berbaring. Lagi pula, sunat, khitan, atau sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi. Di dunia kesehatan, sunat atau khitan sudah di anjurkan. Tidak melulu harus yang beragama islam. Dan, sunat akan membuat ujung kepala penis lebih sensitive saat lelaki berhubungan badan. Mereka yang tidak disunat sulit merasakan kenikmatan yang sama karena kulup kerap menyelimuti glans yang merupakan titik rangsang laki-laki. Anda, akan merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya setelah anda melakukan khitan. Apa anda siap merasakan kenikmatan yang sesungguhnya?" jelas dokter Rian sembari menggoda Jamie

Jamie dan Arka yang mendengarkan setiap kalimat yang di ucapkan dokter Rian hanya termangu dan saling tatap.

Arka tampak memberikan kode agar Jamie segera siap untuk merasakan kenikmatan yang sesungguhnya dengan menaikkan alisnya.


"Baiklah, dok. Sepertinya dia udah siap," Arka buru - buru dan mendapati Jamie yang membulatkan matanya ke arah Arka

"Apa lagi yang di tunggu, Jam. Bayangkan kenikmatan yang sesungguhnya," ucap Arka meyakinkan

Jamie juga mengingat ucapan ustadz Muhammad, bahwa setelah ia khitan, maka ia akan kembali fitrah atau kembali suci.


"Uumph, ba - baiklah, dok, saya siap." jawab Jamie pada akhirnya

Jamie dan Arka membuat janji dengan dokter Rian agar melaksanakan proses khitan di hari selanjutnya.

Sementara itu, Jamie ingin berkonsultasi dengan ustadz Muhammad agar lebih bisa mendalami makna khitan dan juga keislamannya setelah menikah

"Menurut al-Sya’by, Rabi’ah, Awza’i, Yahya ibnu Said, Malik, Syafi’i dan Ahmad bahwa hukum khitan hukumnya wajib. Bahkan menurut imam Malik,'siapa saja yang belum di khitan maka tidak layak menjadi imam shalat dan tidak diterima persaksiannya (syahadah),' nah ente kan mau kawin, tuh, ape ente kagak pengen jadi imam sholatnye die?" ustadz Muhammad menjelaskan ketika Jamie mengutarakan niat hatinya yang akan segera berkhitan.


"Saya sebenarnya tidak takut, ustadz. I just ...," Jamie menatap ustadz Muhammad yang faham kekhawatiran Jamie

"Anak mude, insya Allah, ane akan menemani selama ente belajar menuju islam yang sebenarnye dan setia jadi pembimbing ente," ucap ustadz Muhammad menepuk bahu kanan Jamie yang berotot.


***


Hari pemotongan dari sedikit bagian tubuh Jamie pun tiba.

Ustadz Muhammad sudah siap menemani Jamie sesuai ucapannya.

Wajah tampan Jamie saat ini mengisyaratkan bahwa dirinya sedang risau dan sedikit di kuasai rasa takut.


Namun, satu hal yang sudah Jamie pelajari adalah melafalkan lafadz Basmallah

"Sebelum ente melakukan apepun, ente jangan lupa selalu ngucap Bismillahirrohmaanirrohiim. Insya Allah, ente akan melewati segale kerisauan dengan mudah," pesan ustadz Muhammad sebelum Jamie akhirnya masuk ke dalam ruangan di mana ia akan di khitan.


Jamie melihat dokter Rian sudah siap dengan beberapa peralatannya.

Ia pejamkan kedua matanya dan mengingat Rani yang selalu ada di benaknya

"Bismillahi-rrohmaanir-rohiim," Jamie melafadzkan dengan sedikit terputus - putus ketika kain yang menutupi bagian bawahnya di buka oleh perawat dan dokter Rian yang sudah siap dengan Gun Stepler yang berbentuk seperti pistol sebagai alat untuk meng- khitan 'miliknya'.


Berdasarkan penjelasan dokter Rian, bagian dalam alat ini didesain untuk memotong kulit dan langsung menutup luka dengan staples sehingga tidak ada perdarahan dan hanya menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit, maka Jamie tidak akan merasakan teramat sakit seperti video - video yang ia lihat.


"Ran, andai kamu bisa melihat pengorbananku saat ini." gumam Jamie dalam hati.


"Done. Selamat, tuan Jamie, semua sudah selesai," tutup dokter Rian sembari membuka masker medis yang ia pakai.


Jamie tidak percaya, bahwa proses khitan yang ia lewati benar - benar sangat sederhana dan tidak neko - neko.


"Apa sudah bisa di pakai?" tanya Jamie tiba - tiba, membuat dokter Rian dan suster pendampingnya saling melihat satu sama lain karena pertanyaannya.



Bersambung ...


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status