Share

Demi Kamu

Penulis: Putri R
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-15 14:45:38

Setelah alat yang terbuat dari logam titanium itu melekat erat di area kulit kepala kemaluan Jamie, yang dipotong dengan jarak rapat dan lepas secara bertahap di hari ke empat belas setelah sunat seiring tumbuhnya jaringan baru dan luka sunat mengering, Jamie sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya di hadapan Rani yang sudah lebih dari dua minggu pulang dari rumah sakit.


Selama pemulihan, Jamie membaca buku - buku panduan sholat, belajar mengaji hingga melatih dirinya untuk berpuasa sunnah.


Dan pasca sembuhnya Jamie dari sedikit pembuangan bagian penting tubuhnya, dengan bimbingan ustadz Muhammad dan beberapa saksi, ia akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Meng- Islamkan dirinya sebagai mana keinginan hatinya.


Tanpa paksaan dan tujuan lain. Ia semata - mata hanya ingin menentukan arah hidupnya agar lebih baik, yaitu menjadikan dirinya sebagai pengikut Baginda Rasulullah.


Jamie semakin memantapkan dirinya untuk menjadi seseorang yang sangat pantas untuk wanita pujaannya.


"Jam, gue yakin, Rani bakal cinta mati sama lu. Dia nggak akan nolak lu karena udah nggak ada alasan lagi," ucap Arka yang juga merupakan salah satu saksi perjalanan Jamie hingga sampai ke titik ini.


"Do'ain ya, bro. Hari ini, pertama kalinya gue ketemu Rani setelah gue mengubah jati diri gue. Dari Jamie Arthur Cornelius, menjadi Mohammed Yusuf Jamie Arthur Cornelius," ucap Jamie yang sengaja menambah namanya agar menjadi lebih islam karena dirinya sudah bagaikan baru terahir kembali, tanpa harus mengurangi nama sang ayah yang sebenarnya terlalu menyayanginya, hingga lupa meluangkan waktu untuk dirinya.


"Gue ngukur nama lo udah kayak dari Jakarta ke Amsterdam jalan kaki, loh," kekeh Arka

"Sumpah, gue deg - degan. Semoga benar, Rani nggak akan nolak lamaran gue," ucap pria yang saat ini sedang mengenakan kemeja biru yang membentuk tubuh atletisnya.

[Ji, apa lu udah bilang sama ibunya Rani?]


Isi pesan yang Jamie kirimkan ke ponsel Jihan

[Tenang, Jam. Apapun yang terjadi, lu akan tetep nikahin Rani]


Balas gadis charming yang selalu mendampingi Rani baik dalam keadaan apapun.


"Ran?" Jihan mendekati Rani yang duduk dan menatap jauh ke luar jendela kamarnya.


"Ran, seandainya ada seseorang yang bisa menjadi imam buat lo, menjadikan elo sebagai makmumnya dan ... dan ia siap menjadikan lo istrinya, mencintai lo apa adanya dan ...," ucapan Jihan terputus karena Rani langsung memotongnya seperti biasa

"Hentikan, Ji! Jangan biarkan perawan tua yang cacat ini mengkhayalkan hal yang tidak mungkin!" pinta Rani dengan wajah memelas

"Mau sampai kapan lo nutup hati begini, Ran? Nggak semua orang jahat, Ran, nggak semua orang bisa nyakitin kayak si Rey!" Selalu, kata - kata itu selalu Jihan lontarkan agar Rani menyadari, bahwa masih banyak pria tulus ada di luar sana, Jamie contohnya.


"Tolong jangan atur hidup gue, Ji! Gue bosen setiap hari elu selalu nuntut gue buat buka hati. Gue bosen, Ji, bosen. Setiap kali gue mau buka hati, saat itu juga otak gue selalu kembali ke masa di mana gue di permaluin. Gimana gue bisa merasakan cinta di saat gue pernah jatuh cinta, namun gue malah mendapatkan diri gue di permaluin begitu? Tidak ada yang lebih menyakitkan dari efek sakit hati gue itu, Ji. Lu nggak tau betapa bodohnya gue saat itu yang sok - sokan galau, hingga bokap gue ... bokap gue ..." isak Rani menyesali kebodohan demi kebodohan yang ia lakukan hingga kehilangan orang yang sangat menyayanginya.


"Ran, maafin gue. Tapi, lu jangan pernah lupa, bahwa sampai detik ini, nyokab lu selalu ada buat lu, Ran. Berikan sedikit kesempatan agar nyokab lu bahagia ngeliat lu. Inget, Ran. Orang tua nggak butuh liat anak banyak harta dan selalu memberikan materi, orang tua butuh kebahagiaan batin juga sebagaimana kita anak - anaknya. Bayangin, ketika orang tua kita terlalu sibuk memberikan materi tanpa perhatian? Itu sama aja bo'ong, kan? Begitu juga orang tua kita, Ran. Walaupun kita satu rumah dengan mereka, apa bila kita nggak pernah ngabisin waktu buat duduk berdua, ngobrolin hal - hal yang nggak penting bersama mereka, harta dan materi yang kita berikan kepada mereka itu sama aja nggak ada artinya. Orang tua kita hanya memasang wajah palsu dengan mengatakan 'ah, nggak apa - apa, kok, kan kamu sibuk'. Ran, itu hanya nenangin hati kamu, Ran. Mereka kesepian!" Jihan mencoba untuk membuka fikiran Rani yang sudah tertutup rapat karena trauma yang ia alami.


"Cukup, Ji. Nggak perlu di jelasin lagi! Lu nggak ada di posisi gue, Ji. Ketemu dengan Arka, laki - laki yang udah siap nikahin elu, wanita mandiri, baik hati, cantik sempurna. Sedangkan gue? Andai lu mau bertukar tempat dengan gue walau hanya sehari doang, lu nggak akan berani ngomong begini, Ji," Rani meringis. Ia tidak dapat membendung air matanya yang sudah sedari tadi tumpah, bagai tak tertampung.


Jihan memeluk sahabat yang sudah ia rasa seperti saudaranya dengan cukup erat.

Ia tahu, bahwa Rani sangat merasakan pedih di relung hatinya yang paling dalam.

Andai Rani tahu, bahwa Jamie jauh lebih mencintainya. Yang sudah lama siap meminangnya, menemaninya dan merawatnya ketika ia sakit dan terpuruk seperti sekarang.

Bahkan, ia rela melepas agama yang sudah ia peluk sejak lahir, bahkan melakukan hal yang sangat menakutkan bagi setiap pria jika ingin melakukannya untuk yang kesekian kali.


"Ran, seandainya ada pria yang ...," Lagi, Jihan menggantung ucapannya. Rani mendorong Jihan agar sedikit menjauh darinya

"Tidak mungkin ada pria yang seperti itu," tukas Rani, mencoba mendekati tempat tidurnya dengan meraba dinding

"Ada, Ran. Percayalah, Jamie cinta banget sama lo!" Jihan tak sabar. Ia ungkapkan perasaan yang seharusnya Jamie utarakan langsung.


Sontak, Rani menghentikan langkahnya. Ia cerna ucapan terakhir Jihan yang ia dengar.

Ia sunggingkan cengiran sinis, menandakan bahwa tidak ada yang bersedia menikahi wanita cacat sepertinya dengan tulus.


"Tolong sampaikan kepadanya. Perusahaan kita sudah tidak membutuhkan pekerja sepertinya. Beri dia pesangon lima kali lipat, dan biarkan ia pergi tanpa harus kembali lagi ke negara ini." Keangkuhan masih menyelimuti relung fikiran Rani

"Bener - bener kamu, ya. Kenapa sih, Ran? Kenapa lu nggak peka?" Jihan meninggikan suaranya

"Karena gue udah mutusin, bahwa gue nggak akan pernah mau nikah! Gue nggak akan pernah mau ninggalin rumah ini demi menikah dan ninggalin Mama. Nggak ada yang bisa gue percaya di dunia ini selain Mama. Bahkan, kepercayaan yang gue berikan ke elu, itu karena mama!" tutup Rani. Ia sampai ke atas tempat tidur mewahnya dan menutupi tubuh indahnya dengan selimut.


"Ran, gimana kalau nyokab lu udah nyetujuin tanggal pernikahan lu?" Jihan melemah, ia mencoba untuk sedikit membuka rencana yang sudah ia susun.


"Gue nggak akan pernah mau ngubah keputusan gue, Ji." jawab Rani dengan suara yang hampir tak terdengar. Ia simpan tubuhnya di dalam selimut tebal yang membuatnya merasa nyaman.


"Sama, gue juga!" Tukas Jihan keluar kamar dan meninggalkan Rani yang tampak datar mendengarkan jawaban sahabat sekaligus sekertaris pribadi, yang selalu mengatur kehidupan pribadi Rani dengan baik.


Jihan mendekati tiga pria yang sudah turun dari mobil yang di sambut oleh Mamanya Rani.


Malam ini, adalah malam di mana Rani resmi di lamar oleh Jamie di hadapan beberapa orang, dan menentukan tanggal pernikahan Rani dan Jamie.



Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Beauty in the Dark   Amanda Hamil?

    "Sebaiknya, kita lihat. Apa yang terjadi pada dirinya, hingga berteriak seperti itu," pinta Rani"No, tidak usah. Ia akan menjadi lebih tak terkendali jika kita ada di sana," ucap Jamie"Tuan, maaf, nona Amanda sudah mengetahui kedatangan anda yang membawa nyonya muda. Ia histeris dan ingin bertemu dengan anda," ucap Sam terbata - bata. Ia takut akan menyinggung perasaan istri Jamie yang wajahnya langsung berubah setelah mendengar ucapan sang pelayan."Jam, pergilah. Walau bagaimana pun, ia adalah sahabat mu. Dan, sahabatmu adalah sahabatku juga," ucap Rani dengan bijak"Thank's, baby," balas Jamie. Ia mendaratkan kecupan di kening Rani dan pergi menemui Amanda di kamarnya.Di sana, Amanda duduk di atas tempat tidur, dengan rambut yang acak walau wajah mempesonanya tetap menghias di sana."Amanda?!" sapa Jamie dari balik pintu"Ja ... Jamie! Come here, Jamie. We miss you, really miss you, honey. Kami ... kami begitu merindukan mu," uc

  • Beauty in the Dark   Pertemuan Rani dan Trisha

    Di perjalanan ke Jerman, dengan menggunakan pesawat pribadi miliknya, Jamie dan Rani menceritakan hal - hal lucu tentang keluarga Cornelius, dan semua kebiasaan di sana.Jamie bercerita, bahwa ibunya tinggal bersama Jonathan saat ini.Sang ayah semakin benci dengan semua tindakan Jamie yang terkadang sangat bertentangan dengan norma keluarga."Jadi, kamu masuk Islam dan sunat, tanpa restu mama dan papa mertua aku? Kamu jahat, Jam," ucap Rani menatap suaminya tak percaya"Baby, aku sudah dewasa. Aku berhak menentukan jalan hidupku. Orang tuaku tidak ada yang sempat mengajarkan agama mana yang baik untuk diriku. Dan, kamu sungguh berjasa, mengenalkan aku kepada agama damai seperti Islam. Apa aku salah? Lagi pula, kamu jangan terlalu percaya diri. Aku udah lama mempelajari tentang Islam selama ini. Jadi, aku menjadi mualaf itu, bukan karena mau nikahin kamu aja," ucap Jamie seraya merengkuh tubuh mungil sang istri gang sudah di nikahinya lebih dari enam bulan.

  • Beauty in the Dark   Pengacau

    Rani segera mendorong Jonathan yang sudah sangat lancang memasuki kamarnya."Sungguh, aku tidak menyangka. Putra sulung dari keluarga seorang Arthur Cornelius tidak memiliki adab. Bejat. Dan sangat tidak waras!" desis Rani dengan wajah yang sangat memanas"Tenang, sayang. Aku kemari di suruh oleh adikku sendiri," ucap Jonathan beralasan"Aku tidak akan mempercayai ucapan pria mesum seperti mu. Kejadian semalam sudah bisa di simpulkan, bahwa dirimu tak lebih dari seekor binatang!" ucap Rani lagi. Rasanya ia ingin terus memaki pria yang kini sudah sah menjadi kakak iparnya."Ck ... Aku baru ingat. Terimakasih, sayang. Kau sudah mengingatkanku tentang perbincangan kita semalam. So, bagaimana? Penawaran itu masih berlaku sampai kapan pun. Sampai kau siap," bisik Jonathan menambah mual seorang Rani"Hai, Jo," Jamie tiba - tiba berdiri di belakang Jonathan. Membuat Rani langsung berlari kepelukan suaminya, meminta perlindungan."Apa yang terja

  • Beauty in the Dark   Kehidupan Rani dan Jamie

    Perasaan berkecamuk dari dalam diri Rani.Jantungnya bagai berdetak hebat. Tubuhnya gemetar. Kepalanya terasa begitu pusing.Ia benar - benar tak percaya, bahwa pria yang pertama kali membuatnya jatuh cinta hingga ke jurang penyesalan, kini kembali hadir di hadapannya."Kita akan bicara setelah ini," bisik Rey nyaris tak terdengar"Hai, man. Jangan mengganggu diskusi kami. Sekarang silahkan pergi!" Jonathan mengusir Rey dengan wajah yang masih cengengesan, dan berusaha menarik Rani yang berdiri di sisi Rey.Bugh!!!Tangan kekar Jamie meninju wajah Rey dari samping tanpa diduga. Membuat semua orang terkejut melihat Jamie yang sempoyongan meninju Rey tanpa basa - basi."Jamie!" teriak Rani tak percaya"Ya, Bro! Dia mencoba untuk menarik tangan istri mu dan seolah membisikkan sesuatu. Aku hanya curiga dan ... dan aku menengahi mereka," Jonathan memutar balikkan fakta"Kenapa? Kenapa kau kembali lagi ke kehidupan Rani, hah? Kau meny

  • Beauty in the Dark   Pesta Pernikahan

    Kebahagiaan sangat jelas terpampang dari wajah perempuan yang kini tengah mengenakan gaun pengantin. Berwarna putih, di lapisi berlian yang sangat memukau.Tak kalah sumringah, wajah pria yang saat ini mengenakan tuxedo berwarna navy, di hiasi bow tie berwarna hitam di lehernya, menambah gagah pria bermata biru itu saat ini.Resepsi pernikahan Jamie dan Rani berlangsung secara kekeluargaan, dan di hadiri oleh beberapa rekan bisnis, karyawan dan teman - teman Jamie dan juga Rani. Dengan konsep pesta taman, para tamu perempuan yang datang rata - rata mengenakan baju berwarna putih atau pastel, dan di pasangkan dengan tamu pria yang mengenakan jas berwarna hitam.Jamie tak melepaskan genggamannya dari tangan Rani yang sangat menampilkan aura kecantikannya saat ini.Menambah kesan sexi ketika gaun yang di kenakan hanya sebatas lutut dan menonjolkan bentuk dada Rani yang sangat padat.Gaun putih berbentuk mullet, ekor panjang dan veil bermotif bintang, dan

  • Beauty in the Dark   Melakukan Kewajiban

    Tepat pukul lima sore, Jamie membawa Rani dan Ibu mertuanya pindah ke rumah yang sudah di beli, membuatnya merasa hidup baru akan segera di mulai.Tanpa halangan dan gangguan siapapun.Membeli rumah di dekat pegunungan membuatnya tak menghabiskan uang sedikit. Sebuah hotel yang di sebut rumah ia beli dengan harga yang fantastis, walau terkesan sederhana. Menambah mudah bagi Jonathan untuk melacak dimana keberadaan dua insan yang tengah di mabuk asmara.Dengan menutup kedua mata Rani menggunakan kain kecil, Jamie menuntun istrinya turun keluar dari mobil.Mertuanya hanya menggelengkan kepala, melihat sepasang kekasih yang tengah saling menggoda ini."Jadi, kapan sih ini kain bisa di buka?" rengek Rani dengan manja"Sabar, baby. Aku bantu Mama turun dulu," jawab sang suami siaga."Baiklah, aku buka, ya. Satu ... Dua ... Tiga ...," Jamie membuka penutup mata Rani secara perlahan, membuat Rani pelan - pelan pula membuka kedua mata itu.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status