Beberapa jam berlalu, Rae masih belum sadarkan diri dan tentu saja Gerardo terus memantau kondisi istrinya itu secara langsung, kakinya terasa berat saat Ia ingin melangkah keluar hanya sekedar untuk menyegarkan diri.
“Kenapa dia belum sadar juga, apa mungkin terjadi sesuatu?” gumamnya pelan.
Gerardo berniat untuk memeriksa, tapi saat tangan kekar itu baru saja terulur, tiba-tiba kelopak mata Rae terbuka dan menatap tajam dari jarak yang begitu dekat.
“Apa yang kau lakukan di sini? Apa belum cukup bagimu melakukan itu padaku?” Rae bertanya dengan penuh kekesalan, tapi ia memang tidak berdaya saat ini.
“Aku sudah menolongmu! Jadi seperti ini balasan mu padaku, Nona Catalina?” Gerardo kembali menunjukkan egonya yang sangat tinggi di hadapan Rae. Alih-alih meminta maaf, pria itu justru ingin menunjukkan jika dirinya begitu berjasa.
Rae tersenyum sinis, “Menjaga keselamatan ku adalah tugas mu, bukan? Jadi janga
Melihat Rae yang sudah semkain pucat, Gerardo tidak bisa berpikir dengan baik. Ia terus mengutuk siapa saja yang sudah ceroboh atau bahkan sengaja membuat istrinya seperti ini.“Bagaimana?” tanya Gerardo dengan wajah pucat.“Aku sudah berusaha, tapi sepertinya racun ini sudah menyebar. Hanya saja tanda vital semua normal, bahkan detak jantung sama sekali tidak mengalami penurunan,” jelas Dante.“Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang.”Tanpa berpikir panjang, Gerardo segera menggendong Rae. Infus sengaja Dante matikan. Hal ini benar-benar di luar dugaan, karena selama Dante tinggal di tempat ini sama sekali tidak pernah terjadi hal seperti ini. Bahkan mereka rela mencoba semua makanan di hadapan Gerardo, sebelum makanan itu masuk ke mulut Tuan mereka.Dante langsung mengambil alih kemudi, sedangkan Gerardo duduk di kursi penumpang dengan memeluk Rae. Menatapnya penuh cinta, bahkan sesekali menepuk pipi Rae agar
Semua wanita yang ada di paviliun saat ini sedang berkumpul, atau lebih tepatnya sengaja dikumpulkan atas peritah Gerardo dalam satu ruangan khusus.Beberapa dari wanita yang menganggap dirinya adalah kesayangan Gerardo merasa tidak terima dengan perlakuan kasar yang mereka terima. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba mereka harus berkumpul seperti ini.“Pelayan!”Seorang pelayan lari tergopoh, mendekati Sky yang saat ini sedang berkacak pinggang dan menatapnya.“Iya, Nona, ada yang bisa saya bantu?” pelayan itu menunduk, meskipun dalam hati ia mengumpat atas pada sifat sombong Sky.“Di mana Gerardo? Katakan padanya jika aku tidak suka diperlakukan seperti ini!” Sky merengek, layaknya anak kecil yang permennya di ambil orang.“Maaf, Nona Sky, tapi saya tidak bisa menyampaikan pesan anda. Selain karena Tuan tidak ada di tempatnya, saya juga tidak bisa keluar dari ruangan ini kecuali mendapat pa
Aldric berjalan dalam kemarahan dan ketidakberdayaannya. Ingin rasanya ia membawa serta sang adik bersamanya, tapi kenyataan yang Gerardo katakan membuat hatinya terluka.Dengan susah payah, Al berusaha untuk meyakinkan diri jika semua yang pria itu katakan adalah sebuah kebohongan. Tapi ternyata, adiknya sendiri sama keras kepala seperti dirinya. Sungguh, Al ingin murka pada Ed, karena dendam masa lalu, kini adiknya terpaksa terkurung bersama pria itu.Aldric benar-benar tidak pernah rela.“Apa yang terjadi, Al? Apa adikmu baik-baik saja?” Ed yang terbaring berusaha untuk bangun, rasa khawatir jelas terlihat di wajahnya.Aldric enggan menjawab, putra sulungnya itu melangkah pergi begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Namun Teo memilih untuk diam, dan mendekati ranjang Eduardo.“Dia baik, Paman,” jelas Teo dengan senyum merekah. “Hanya saja saat kami datang, Rae baru saja meminum obat, jadi dia tertidur pula
Hari sudah berganti, keadaan Mansion masih saja sama. Semua orang dicurigai menjadi otak dibalik keracunannya Rae. Tidak pernah sekali pun hal seperti ini terjadi, bahkan jika memang orang dalam yang melakukan ini maka ia harus berpikir puluhan kali untuk melakukan itu.“Bagaimana, apa sudah ada titik temu?” suara berat milik Gerardo membuat Dante tersenyum getir.“Sepertinya orang itu sudah merencanakan ini dengan baik. Tapi aku yakin, kita pasti akan menemukan siapa pelakunya.”“Orang itu tidak boleh lepas dengan mudah, Dante!”“Aku akan berusaha.”Panggilan terputus, Gerardo kembali masuk dan menemui Rae yang sudah sadarkan diri. Setelah kedatangan Eduardo, tubuh Rae kembali memberikan respon terhadap sentuhan alat medis. Lebih luar biasa lagi saat masuk, Gerardo melihat Rae sudah duduk dengan menatapnya sinis.Sekarang, Gerardo kembali dikejutkan oleh istrinya itu. Rae sudah berdiri di depa
Satu bulan sudah Rae berada dalam kurungan Gerardo, disebuah rumah yang entah apa nama tempatnya. Rae sama sekali tidak tahu apa yang saat ini sedang terjadi di Mansion milik suaminya, di mana kematian dirinya menjadi sebuah bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Sesuai keinginan Gerardo.Sejak kabar kematian Rae tersebar di seluruh Mansion, semua pelayan tidak pernah berani menampakkan batang hidung mereka. Rasa takut yang Dante sebarkan ternyata benar-benar membuat mereka gemetar, hanya dengan mendengar hentakkan sepatu sang Tuan.“Bagaimana dengan pelakunya?” tanya gerardo saat mereka sudah sampai di ruangan khusus kedap suara.“Pelayan itu sangat mencurigakan!” Dante terdiam sesaat dan menghabiskan minuman miliknya. “Apa kau tahu pelayan itu bertugas melayani siapa di paviliun?” Wajah Dante berubah serius.“Siapa?” Gerardo terlihat antusias.“Starla!”Punggung Gerardo menegang
Rae mendongak, menatap tajam manik hitam milik Gerardo. Entah kapan pria itu kembali, Rae benar-benar tidak mendengar derap langkah siapa pun.“Keluarkan aku dari kamar ini! Aku bisa gila jika kau terus mengurungku di tempat asing seperti ini,” Rae berkata dengan tenang, namun yang terjadi justru sebaliknya. Ia benar-benar kehilangan kewarasannya.Gerardo tiba-tiba saja menarik tangannya dan mulai berjongkok, mensejajarkan posisi tubuhnya dengan sang istri.“Dua hari!” serunya.“Dua hari lagi kita akan keluar dari rumah ini.” Gerardo kembali menunjukkan seringaiannya. “Bersiaplah! Kita akan membuat keributan saat kembali ke Mansion.”Mendengar itu, Rae hanya tersenyum kaku. Ia menatap lekat pria yang ada di hadapannya, sejurus kemudian memalingkan wajahnya dan berdecak kesal.Rae benar-benar tidak mengerti apa tujuan Gerardo mengurungnya selama satu bulan. Bahkan di tempat yang sekarang ia ting
Dua hari kemudian.Gerardo sudah siap dengan jasnya. Penampilannya selalu saja menawan, sama seperti biasanya.“Bersiaplah! Kita akan pulang ke Mansion pagi ini!” serunya.Namun Rae sepertinya menolak untuk bersiap. Ia masih saja bersantai dengan pakain tidurnya. Bahkan tidak ada tanda-tanda jika Rae akan ikut kembali ke Mansion bersama suaminya.“Apa aku harus membantumu bersiap, Nona Catalina?” Gerardo melirik Rae dari cermin dan menyeringai nakal.“Dalam mimpimu!” jawab Rae sinis.Mendengar itu Rae bergegas menuju kamar mandi, membawa serta semua pakaian yang sudah Gerardo siapkan untuknya. Sedikit pun Rae tidak ingin membuat Gerardo dengan memakai pakaian di hadapan pria itu.Selama satu bulan tanpa interaksi dengan orang lain, kecuali Gerardo, membuat Rae bisa tahu bagaimana perangai suami nya itu. Tidak banyak yang Rae dan Gerardo bicarakan, tapi dari sedikitnya kata yang terucap ada hal yang
“Hai, Starla ...” sapa Rae dengan santai, beda dengan Starla yang saat ini sedang bingung menatap Rae yang terlihat segar bugar.Starla membeku di tempat. Kepalanya menggeleng pelan, bulatan hitam matanya bergerak dan menatap Gerardo yang saat ini berdiri di samping Rae, tepat di hadapannya.“Bu-bukankah kamu su-sudah mati?” Star bertanya dengan tergagap.Kening Rae berkerut dalam, “Aku? Mati?” ulangnya.Tiba-tiba saja Rae tertawa sinis, meskipun belum mengerti dengan perkataan Star, namun Rae bisa menangkap ada hal yang tidak beres dalam Mansion ini selama Gerardo mengurungnya dalam rumah yang lainnya.Rae melirik Gerardo yang masih setia berdiri di sampingnya, namun pria itu berlagak acuh, seakan tidak mengerti dengan kebingungan yang Rae rasakan sekarang.“Ayo, Nona Catalina, kau harus istirahat. Dokter sudah mengatakan bukan, jika kandunganmu sedikit bermasalah,” tukas Gerardo.Kedua