Duduk termenung dan memikirkan ucapan Nevan, itu adalah kegiatan Chrissy sejak satu jam yang lalu. Dia itu bisa berpikir dua kali tidak sih, dan dengan gampangnya dia meminta Chrissy kembali padanya? Apa dia lupa dengan apa yang dia lakukan pada Chrissy?
"Harusnya dia nggak ada disini. Kenapa juga dia harus kembali." Gunanya Chrissy
Setelah bertemu dengan Nevan, Chrissy memang memilih pergi. Dia tidak kembali ke kafetaria atau mungkin ke kelas. Chrissy lebih memilih pulang daripada harus seharian bertemu dengan Nevan.
Melihat sebuah mobil masuk ke halaman rumah, Chrissy pun memilih turun dari kamarnya. Kedua orang tuanya baru saja pulang dari luar kota. Maklum saja kedua orang tua Chrissy terlalu gila dengan pekerjaan. Sehingga lupa jika memiliki anak yang butuh kasih sayang mereka.
"Mom, Dad, Chrissy mau bilang sesuatu." Ucap Chrissy saat melihat kedua orang tuanya masuk ke rumah, dan duduk di ruang tengah.
"Nanti saja ya sayang, Mommy capek banget." Jawab Grace lembut, dan memijat pelipisnya.
Selalu saja seperti itu, dan akhirnya Chrissy pun memilih pergi ke dapur. Meminta Bibi Marie membuat kamu secangkir teh dingin.
"Bi, Clara belum pulang?" Ucap Chrissy. Clara adalah anak dari Bibi Marie, dia yang selalu menemani Chrissy dari kecil sampai sebesar ini. Bisa dianggap Clara itu sahabat kecil Chrissy, dimana semua keluh kesah Chrissy selalu Clara yang mendengarkannya.
"Ya belum pulang Non, nanti pulangnya jam tiga." Bibi Marie pun menaruh secangkir teh dan juga cemilan di depan Chrissy. Perempuan paruh baya itu juga langsung duduk di depan Chrissy sambil menatap anak Bosnya itu dengan gundah. "Ada masalah Non? Kok jam segini sudah pulang ke rumah."
Chrissy menggeleng, dia pun langsung meneguk minum nya sambil mengambil kue kering. Bukannya tidak ingin bercerita pada Bibi Marie. Cuma Chrissy lagi bingung saja, mau cerita dari mananya dulu yang mau diceritakan.
Bibi Marie yang paham pun langsung menyiapkan makan untuk anak Bosnya itu. Sedangkan Chrissy dia pun hanya diam saja sambil menunggu Bibi Marie kembali
Tapi bukannya Bibi yang keluar dari dapur. Melainkan Mommy dan juga Daddy nya yang langsung ikut bergabung di meja makan. Bahkan mereka lebih suka membahas pekerjaan mereka dibanding berbicara atau mendengar cerita Chrissy.
Inilah yang dibenci Chrissy suasana rumah seperti neraka. Tidak membuat Chrissy betah di rumah, dan dia lebih suka hidup di jalanan dan mencari kebahagiaan sendiri.
Saat Chrissy ingin pergi, disaat itulah Bibi Marie pun datang dan menyajikan makan siang untuk mereka. Chrissy langsung melahap makanan dengan cepat dan ingin pergi. Lagian dia tidak dibutuhkan di rumah ini,
"Chrissy bagaimana sekolahmu hari ini? Apa ada masalah disana?" Ucap Leon--Ayah Chrissy.
"Emangnya sekolah Chrissy pernah aman? Daddy kan sering dikirim surat cinta sama kepala sekolah?"
Leon diam sejenak, dia pun menatap Chrissy yang bangkit dari duduknya dan memilih pergi. Padahal dia tahu jika kedua orang tuanya masih makan dan belum selesai.
Grace yang tahu pun hanya diam saja, dan meminta Leon untuk kembali makan. Lagian sebentar lagi mereka akan pergi dari rumah ini dan menuju ke Dubai, dimana pekerjaan mereka telah menunggunya.
Sedangkan Chrissy dia langsung mengambil kunci mobilnya dan memilih pergi dari rumah. Dia akan pulang jika Clara sudah pulang ke rumah. Hanya dia satu-satunya teman yang bisa Chrissy andalkan.
"Kamu mau kemana Chrissy?" Pertanyaan itu membuat langkah Chrissy terhenti. Dia pun menatap Grace yang berdiri di depannya dengan heran. Anak perempuannya itu selalu saja tidak bisa diam di rumah. Dan lebih mementingkan hidup di jalanan dibanding di rumah. Padahal Grace sudah membelikan apapun yang Chrissy inginkan. Hanya saja anak perempuan itu kurang bersyukur dan semuanya serba kurang bagi dia.
"Pergi, minum kopi." Ucap Chrissy dingin.
"Emang di rumah nggak ada kopi? Sampai kamu minum kopi saja di luar."
Chrissy tidak mengiyakan ucapan Grace. Dia pun segera pergi dari rumah dan memiliki pergi. Tak lupa juga mengundang Belinda dan juga Auristella untuk menemanimu ke kedai kopi.
Seakan teringat sesuatu Chrissy pun menepuk jidatnya sendiri. Dia ini kabur dari sekolah, dan yang jelas Auristella dan juga Belinda masih berada di sekolah, karena dua perempuan itu anti bolos kelas club.
Dan Chrissy pun memutuskan untuk pergi ke sekolah Clara. Sedikit membuat heboh di sekolah Clara, pasti sangat menyenangkan dibanding harus kembali ke sekolahnya sendiri.
Tidak butuh waktu lama Chrissy pun telah sampai di sekolah Clara. Perempuan itu langsung keluar dari mobilnya dan membuat satu sekolah Clara heboh.
"Misi Pak, mau ketemu Clara Raninditha." Ucap Chrissy pada salah satu satpam sekolah Clara.
"Ada keperluan apa ya? Dan kamu siapa?"
"Panggil aja Pak, nanti dia tahu kok."
Tapi tetap saja Satpam itu menolak untuk memanggil Clara, jika Chrissy tidak menyebut namanya. Karena kesal juga satpamnya, Chrissy pun memutari sekolah ini dan berharap ada jalan yang bisa dipakai.
Dan nyatanya benar, ada tangga di belakang sekolah ini yang bisa Chrissy gunakan untuk masuk ke sekolah Clara. Perempuan itu langsung menaiki tangga hingga sampai pagar tinggi sekolah ini. Dan Chrissy juga bisa melihat banyak murid yang berteriak heboh dengan melakukan Chrissy.
Sedangkan Clara yang memang lagi di samping kantin pun menatap tajam perempuan itu. Secara penampilan Clara seperti tahu siapa perempuan itu. Celana jeans hitam sobek, sweater warna peach dan juga topi berwarna putih dengan dua ring di topinya.
Saat tahu siapa yang memanjang pagar sekolah nya Clara pun membulatkan matanya sempurna. Dia pun berlari kecil ke arah pagar itu, dan meminta perempuan yang diatas pagar untuk turun.
"Nona Chrissy turun, nanti kalau jatuh gimana!!" Teriak Clara lantang.
Sedangkan Chrissy yang beras di atas pagar pun tertawa kecil. Dan berjongkok sambil menatap Clara yang di bawah, terlihat sangat panik. "Namanya jatuh ya sakit, Clara."
"Non Chrissy serius. Ayo turun."
Dengan cepat Chrissy pun lompat dari pagar yang lumayan tinggi, dan mendarah sempurna hanya di depan Clara. Jangan tanya jantung Clara seperti apa jika melihat anak Bos nya itu melakukan hal aneh-aneh.
"Astaga Non, kamu bisa masuk lewat pintu depan. Kenapa harus panjat pagar sih."
Chrissy tertawa kecil, "Udah biasa. Tadi gue di depan gerbang sekolah lo. Satpam lo nggak izinin gue masuk. Yaudah panjat pagar jadi jalan alternatif."
Clara menggelengkan kepalanya dan mengajak Chrissy untuk ke kantin. Bahkan Clara juga meminta maaf jika kantin sekolahnya tidak semewah dan sebagus sekolah Chrissy.
Memesan dua ice coklat dan juga beberapa cemilan, Clara pun duduk di depan Chrissy dan bertanya ada apa? Anak majikannya ini sukses membuat sekolah Clara heboh dengan kedatangan tamu tak diundang.
"Nona ngapain ke sekolah aku? Kan bisa nunggu di rumah. Lagian Non kok udah pulang." Kata Clara sambil menyedot minumannya dengan nikmat.
"Gue males sekolah, lo tau sendiri sekolah gue udah kayak neraka."
"Haa gimana Non? Maksudnya gimana? Orang sekolah Non aja bagus, mewah lagi. Apanya yang kayak neraka."
Chrissy geleng kepala jika dulu sebelum ada Nevan itu benar, kalau sekolah Chrissy layaknya surga. Tapi setelah kedatangan Nevan nyatanya Chrissy seperti hidup di neraka. Tidak ada kedamaian sama sekali.
"Non coba cerita sama aku, ada apa? Nggak biasanya loh kamu kayak gini."
Sejujurnya Chrissy paling tidak suka dipanggil Nona oleh Clara. Padahal kalau dilihat mereka ini seumuran beda bulan kelahiran. Dimana Chrissy lahir bulan Agustus, sedangkan Clara lahir bulan Februari.
Chrissy pun menjelaskan jika kemarin ada murid baru di sekolahnya. Namanya Nevan Chevalier Arthur. Murid baru disekolahnya sekaligus mantan pacar Chrissy. Itulah yang membuat sekolah Chrissy seperti di neraka.
"Non…. Serius?" Clara menurut bibirnya jika percaya. Dan meminta Chrissy untuk bercerita lebih detail.
Belum lagi saat Chrissy bilang, beberapa kali Nevan mendekati Chrissy hanya untuk membahas hal dulu, alias masa lalu mereka. Dan nyatanya Chrissy tidak suka sama sekali.
"Nona nggak balikan sama dia kan?" Kata Clara penuh harap.
-To Be Continued-
Saran dan kritikan di persilahkan..
Belinda memeluk Chrissy yang terlihat sangat lemah duduk di kursi roda. Perempuan itu akhirnya menyusul Belinda dan juga Nevan ke kantor polisi untuk membebaskan Belinda. setidaknya perempuan itu tidak memiliki catatan buruk semasa hidupnya. Dia akan menjadi dokter, mana mungkin seorang dokter memiliki catatan kriminal?“Gue gak tau mau bilang apa, tapi gue bersyukur banget sama lo yang masih mau peduli sama gue.”Chrissy hanya mengangguk saja, dia juga tidak mungkin tega membuat temannya masuk penjara. Meskipun Chrissys empat kesal dengan sikap Belinda, bagaimanapun perempuan itu sudah termasuk teman dan saudara untuk Chrissy. Dia bisa menyelamatkan Belinda dalam kasus ini, bukan berarti Chrissy harus membebaskan Candra dan juga edgar juga dalam kasus ini. Mereka harus menjalani hukuman mereka sesuai prosedur.Ketika mereka ingin pergi, Nevan menghentikan langkahnya. Dia melihat ayah dan juga ibu tirinya yang berjalan ke arahnya. Nevan menunduk, mungkin ayahnya tahu, tapi ingat ibu t
Auristella menatap Chrissy takut, sejujurnya dia tidur enak jika harus terlibat dalam masalah mereka. Perempuan itu juga tidak bisa menyalahkan satu sama lain bagaimanapun mereka ini sahabat. Dan pertemanan mereka sudah terjalin cukup lama, tidak hanya satu atau dua tahun saja. Tapi menurut Auristella semua ini tidak benar, masa masalah begini saja persahabatan mereka langsung retak? Masuk ke dalam ruang inap, Auristella melihat Nevan dan juga Chrissy yang sedang bercanda tawa. Bahkan Nevan langsung bangkit dari duduknya ketika Auristella mendekati ranjang Chrissy."Gue mau ngomong sama lo." "Gue tau lo mau ngomong apa. Tapi gue lagi gak mau bahas apapun tentang dia. Gue butuh waktu sendiri, Stella." “Tapi Sy—”“Kalau lo kesini cuma mau bahas masalah itu, lo boleh pergi.” potong Chrissy cepat.Auristella langsung diam, dia pun pergi ke sofa rumah sakit ini dengan cemberut. Dia hanya meluruskan saja, tapi yang ada Chrissy sama sekali tidak mau mendengar Auristella. Dia bahkan belum m
Nevan membantu Chrissy bangun dari tidurnya. Perempuan itu bilang, jika dia lelah tidur terus menerus. Bahkan Chrissy juga sempat meminta Nevan untuk mengambilkan minum, tenggorokannya sangat kering. Tapi yang ada Nevan malah menumpahkan air minumnya di kasur Chrissy. Chrissy tertawa. “mau bilang pincang tapi tangan.” Nevan cemberut, dia pun langsung mencubit pipi Chrissy yangs emakin tirus. “Gak makan berapa hari?”Kalau masalah itu sudah dipastikan jika Chrissy tidak makan dengan teratur. Bahkan mereka memberi makan Chrissy satu kali dalam satu hari, itu pun porsinya juga sedikit. Tidak sebanyak yang biasanya Chrissy bersama dengan Nevan. Mendengar hal itu ingin rasanya Nevan meneteskan air matanya. Dia mati-matian menjaga Chrissy agar tetap terjaga, yang ada mereka malah menyiksa Chrissy sesuka hatinya.Chrissy juga menceritakan, jika selama disekap dia bertemu banyak orang. Salah satunya Candra, dia melihat Candra yang datang dengan alasan jika dia sudah muak bersikap baik pada
Chrissy kembali kedatangan Leonardo, kali ini pria tua itu tidak datang sendiri. Melainkan dengan Tian, yang beberapa hari lalu bertemu dengan Chrissy. Mereka kembali membahas pernikahan yang akan dilangsungkan secara mendadak. Leonardo sudah menyiapkan semuanya, tinggal menunggu pendeta datang untuk pemberkatan mereka. Jujur saja Chrissy tidak suka hal ini, dia sudah berusaha untuk kabur. Tapi yang ada semuanya gagal, gedung busuk ini dijaga lebih dari sepuluh orang. Chrissy berada di lantai dua, yang mana lebih banyak sekali orang berada disini untuk melihat kondisi Chrissy. Sedangkan di bawah, jika didengar dari suaranya ada banyak sekali orang, mungkin sekitar lebih dari sepuluh. Mereka benar-benar membuat Chrissy sesak nafas. "Pernikahan kalian sebentar lagi." ucap Leonardo. Chrissy hanya diam saja. Dia masih berharap jika ada seseorang yang tahu hal ini dan langsung menyelamatkan dirinya dari laki-laki yang mengaku sebagai ayah. Dan menurut Chrissy ini bukanlah hal yang sewaja
Setelah mengantarkan Belinda pulang, Bobby tak langsung kembali ke rumahnya. Dia memilih duduk tenang di sebuah kedai pinggiran jalan, memesan satu kopi susu dan juga beberapa cemilan, seperti kentang dan juga jamur. Bobby mengeluarkan ponselnya, menatap pesan masuk dari Belinda yang meminta Bobby untuk segera pulang. Rasanya begitu malas jika harus membalas pesan itu. Menatap sekeliling, akhirnya Bobby melihat Marvin yang baru saja datang, dan langsung duduk di hadapan Bobby. "Kenapa lo nyuruh gue kesini?" tanya Marvin heran. Ya, Bobby menelpon Marvin malam ini hanya untuk meminta bertemu di sebuah kedai. Padahal, Bobby tahu jika Marvin kadang malas jika harus keluar rumah, kecuali memang dia memiliki niat untuk keluar dari rumah. Sayangnya, karena paksaan Bobby, membuat Marvin mau tidak mau datang ke kedai ini. "Gak papa. Gue gak ada temen minum kopi." Marvin menatap Bobby dengan heran. Dia pun menatap satu gelas kopi susu di depannya dengan mata memicing. Marvin ingin membuka m
Keesokan harinya, ketika masuk ke kelas, jantung Belinda mendadak berdebar kencang ketika melihat Bobby. Perempuan itu buru-buru duduk di mejanya sambil menyembunyikan wajahnya. Setidaknya tidak ada banyak orang yang tahu, apa yang dirasakan oleh Belinda. Begitu juga dengan Auristella yang merasa aneh dengan tingkah Belinda pun, langsung mencolek lengan Belinda. “Nda lo lagi sakit?” tanya Auristella.Belinda menggeleng, masih dengan posisinya. “Gue baik-baik aja.”Alis Auristella pun terangkat sebelah, dia pun menggeser duduknya dan duduk di samping Belinda. Tidak mungkin juga kalau perempuan ini baik-baik saja. lagian, sudah berapa hari Belinda tidak masuk sekolah. Belum lagi ibu Belinda yang tiba-tiba saja datang dan bilang jika Belinda sedang sakit. Bahkan ketika Auristella uingin menjenguk saja, ibu Belinda melarangnya. “Cerita sama gue apa yang terjadi.” ucap Auristella. Belinda menunjukkan wajahnya, dia pun mengusap air matanya lalu memeluk Auristella. Dalam hati Belinda meng