“Halo, Ngga, sori. Gue tadi masih tidur. Gimana? Ada apa?” Tanyaku pada Rangga, ketika aku baru saja duduk di kursi belakang, dan meminta supir taksi untuk mengantarkanku ke alamat gedung apartemenku.“Lo nggak kebanyakan minum atau mabuk kan semalem?” Tanya Rangga dengan intonasi yang sangat serius.“Nggak. Kenapa? Ada tes urin?”“Ada yang lebih menegangkan dari tes urin.” Jawab Rangga dengan intonasi suara yang dramatis. “Lo tau Sang Chul Kim nggak?”Aku mengeryitkan keningku karena nama yang disebutkan Rangga barusan sangat tidak familiar di telingaku. “Nggak tau. Kim siapa itu?”“Dia salah satu fotografer dari Seoul yang ada di bagian casting. Orangnya mendadak dateng dan ngubah-ubah jadwal sesuka hati dia. Jadi, lo mesti dateng ke kantor jam satu ini paling lambat. Soalnya jam tiga kita bakalan mulai. Jadwalnya sih barusan gue tau, seharusnya itu minggu depan baru mulai, tapi gue juga nggak tau kenapa Pak Kim mendadak minta langsung tes kamera sama seleksi hari ini.”“Ini yang lo
*** Miranda Rineke: Kenapa bingung? === Gw semalem ketemu cowok dan end up with sex immediately. Trs skg, gw nggak tau dia single atau ada pacar. Gmn kl dia malah udh punya anak & istri? Mana gw baru kepikirannya td pas udh bangun pula… === Kan blm tentu juga, Dinda… Knp nggak lo coba tanya langsung ke orgnya? === Kan nggak ngejamin dia bakalan jujur sama gw, Mira… Duh, gmn ya? Gw khawatir tau… Gmn kl tanpa gw sadari, gw udah nyakitin orang lain? Gw bakalan ngerasa bersalah bgt sih ini… === Kl ternyata dia single gmn? === Ya, oke. At least gw nggak nyakitin pihak lain yg gw nggak tau… Tapi gw bakalan tetep ngerasa bersalah sih. Jujur aja… Biarpun nggak sebanyak kl dia udah ada gandengan. === Kenapa ngerasa bersalah? === Gw td ninggalin dia di hotel gt aja. Sumpah, gw nggak maksud kurang ajar ya... Tdnya gw mikir mau bangunin dia. Tp nggak jd. Jd gw akhirnya buru2 kabur sebelum dia bangun. === Knp nggak jd lo bangunin? === Itu dia. Gw jg bingung. Gw pan
Kopi hangat yang kuresap di kamar hotel, sama pahitnya dengan kenyataan bahwa Dinda sudah menghilang ketika aku membuka mataku lagi. Situasi mendadak menjadi tidak menentu. Perginya Dinda tanpa sepengetahuanku adalah ambigu.Setelah apa yang terjadi di antara kita, rasanya seperti mustahil untuk dia pergi meninggalkanku begitu saja. Apalagi, tanpa penjelasan. Memang, aku baru muncul di hadapannya tadi malam. Tapi aku bisa melihat dan merasakan dengan sangat jelas, bagaimana dia yang awalnya jaga jarak, perlahan mendekat, lalu membuka dirinya padaku. Bahkan, lebih dari yang aku pernah bayangkan sebelumnya.Dengan segala upaya, aku sudah berusaha untuk bisa mengendalikan hasratku. Tapi, jika aku harus jujur, itu bukan hal yang mudah. Kedua matanya yang indah dan sorotnya yang lembut, seakan mengatakan kebaikan. Mengatakan kalau hatinya tidak suka pertikaian. Ditambah, kilau rambut hitamnya, lengkungan senyumnya yang menggoda, lekuk tubuhnya dengan bagian dada dan pinggul yang cukup beri
Rangga benar. Tentang fotografer senior yang bernama Sang Chul Kim, yang juga merupakan salah satu orang penting di dalam proses casting kali ini. Bahkan menurutku, beliau lebih menyebalkan daripada penjelasan Rangga sebelumnya. Karena dua belas perempuan cantik yang menggunakan lingerie, berdiri sejajar di satu ruangan, dan hal pertama yang Pak Kim lakukan adalah, menatap sekilas ke arah kita semua dengan tatapan yang menghina dan kecewa. Seolah tidak ada satu pun di antara kita yang terlihat sesuai seperti ekspektasinya.+Stay calm, Dinda… Nggak apa-apa.Ini bukan pertama kalinya lo ketemu orang yang sok banget lagaknya kayak dia.Jangan terpengaruh. Keep your posture right. Lo pasti bisa!+Kata-kata positif aku ucapkan secara berulang kali di dalam hati, sambil menunggu Pak Kim yang sedang sibuk memeriksa portofolio milikku dan sebelas model lainnya. Secara hati-hati, aku memperhatikan beliau yang sedang berdiskusi dengan seorang pria, dan menggunakan bahasa yang aku tidak pahami
Rangga lalu menyebutkan enam nama yang kemudian diarahkan untuk bersiap ke tahapan selanjutnya. Namaku termasuk ke dalam kelompok yang harus mempersiapkan diri karena sebentar lagi casting akan segera dimulai. Dan tanpa bertanya pun, aku sudah bisa membaca situasinya sekarang seperti apa. Enam model yang namanya tidak disebut oleh Rangga, langsung masuk ke dalam kategori tidak lolos.Proses seleksi kali ini, tidak seperti proses seleksi pada umumnya. Atau minimal, tidak sama dengan yang sudah pernah aku jalani sebelumnya. Biasanya para model yang berhadapan dengan casting team atau casting directors, mereka masih harus melakukan beberapa gerakan jalan atau pose foto terlebih dahulu, sebelum dicoret dari daftar kandidat. Tapi, jika kuingat lagi kata-kata Rangga sebelumnya mengenai Pak Kim, sekaligus berdasarkan perangai Pak Kim sejak awal kemunculannya, mungkin saja fast selection adalah hal yang sifatnya biasa dan sering dilakukan oleh beliau.“Nggak bisa gitu dong!” Mendadak teriakan
“Henny, clear your mess and get out!” Bentak Pak Kim sambil menatap Bu Henny dengan penuh amarah.+Buset dah, nih cewek bener-bener ya…Pak Kim yang tadi aja udah nyeremin... Ini mau mulai, ehh malah ditambahin emosinya jadi tingkat tinggi…Tapi kalo Pak Kim dari tadi kayak singa yang mau cabik-cabik Bu Henny, kemungkinan dia juga tau deh ini, ada permainan jalur orang dalem yang dilakuin sama Bu Henny…+Aku benar-benar tidak habis pikir lagi dengan keegoisan perempuan yang berwajah eurasia tersebut. Dia telah membuat suasana menjadi semakin tidak nyaman bagi kita semua yang ada di dalam ruangan. Tingkahnya benar-benar menyebalkan, dan tidak memikirkan orang lain yang juga terkena imbas dari perbuatannya.+Sebenernya kalo dipikir-pikir lagi nih ya, Pak Kim sama tuh cewek ada mirip-miripnya sih…Sebelas, dua belas…Semacam serupa tapi tak sama…+Bu Henny dan Rangga tidak menyerah begitu saja. Mereka masih berusaha membujuk perempuan itu untuk tetap tenang dan segera pergi ke luar d
Suasana di dalam studio sekarang benar-benar sunyi, setelah kepergian Bu Henny dengan perempuan tadi. Semua orang kembali fokus dengan tugasnya masing-masing, dan bergerak dengan sangat cekatan. Rangga tadi sudah menjelaskan beberapa hal yang perlu kita lakukan selanjutnya. Dan sekarang, kita berenam sedang duduk di sisi samping ruangan. Sementara Pak Kim dan dua pria lainnya, duduk berjejer di bagian tengah, seperti juri di sebuah ajang pencarian bakat. Rangga meminta kita berenam untuk menunggu terlebih dahulu, sampai dia memanggil nama kita secara bergantian, untuk berjalan dan berpose di bagian tengah, di depan Pak Kim dan dua orang pria lainnya, yang aku tidak kenal sama sekali.+Sumpah ya, gue belum pernah se-nervous ini sebelumnya…Mana Pak Kim wajahnya masih keliatan emosi tingkat tinggi pula…Gimana caranya gue bisa tunjukin sisi perempuan yang sensual di depan orang yang ekspresinya udah kayak mau ngawasin ujian nasional itu?Ini bisa nggak ya gue?Aduh! Pake acara deg-deg’
“She’s the last candidate, Mister Kim.” Kata Rangga yang mengingatkan Pak Kim, karena beliau meminta model selanjutnya untuk berjalan ke tengah.“Last?” Pak Kim menatap Rangga dengan sorot mata yang tidak percaya. Beliau kemudian menanyakan kepada Rangga, apakah Rangga memiliki calon kandidat lain dari Arutala yang siap untuk casting. Ketika Rangga menjelaskan yang sebenarnya, Pak Kim justru mengeluh karena waktunya sudah terbuang banyak, dan tidak ada satu pun kandidat yang sesuai dengan harapan dia.Selain itu, Pak Kim juga kembali berkomentar dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Dan karena suasana menjadi sangat canggung untukku, aku memutuskan untuk lebih baik segera bergegas pergi dan meninggalkan ruangan casting. Daripada aku harus mendengar keluhan beliau, atau malah, bisa saja aku yang sesudah ini terkena omelannya.Akan tetapi, Pak Kim mendadak memintaku untuk berhenti berjalan, dan kembali berdiri di tempatku semula. Sejujurnya, aku sangat tidak mengerti dengan tujuan dari