Pagi ini Aya berjalan menuju halte sambil mengenakan headset memutar album kesukaannya menari dengan bayangan -by hindia-
Pagi tak seperti biasanya, mentari hari ini seakan-akan enggan menampakkan diri.Semakin lama semakin terlihat jelas awan hitam mendung menyelimuti pagi ini. Aya sudah sampai di halte, ia duduk sembari menunggu bus datang.
Byurr hujan turun begitu deras pagi ini, orang-orang berlarian menuju halte untuk berteduh. Bus sudah datang, ia hendak menaiki bus namun sayang sekali bus sudah penuh.
Ia kembali duduk di halte, sembari menunggu bus datang. Beberapa orang yang tak kebagian tempat di bus memutuskan untuk pergi dari halte dan memilih transportasi lain.
Aya sendirian sekarang, melihat hujan yang tak kunjung reda. Rasa sakit yang ia rasakan kemarin kembali muncul, ia mencoba menenangkan dirinya menahan semua rasa sakit itu.
Bus tak kunjung datang, padahal sebentar lagi sekolah sudah membunyikan bel masuk.
Ia melihat seorang remaja laki-laki turun dari motornya, sepertinya tak asing dimatanya."Kak Radit?" Tanya Aya, memastikan."Iya, Lo lagi nunggu bus? Mending bareng gue aja." Katanya.
Bus datang tepat ketika Aya hendak menjawab perkataan Raditya, Aya tersenyum lebar lalu berkata, "Hehe, ini busnya udah datang, aku duluan ya kak. Makasih udah nawarin, lain kali aja ya kak."
"Yaudah ati-ati." Kata Raditya, sambil tersenyum kecut.
Aya sudah turun dari bus dan segera memasuki gerbang sekolahnya. Ia berjalan sendiri lalu melihat anak kemarin dan ayahnya. Ayah Aya dan Ayah anak itu. Ia menutup mulut sambil menahan air matanya turun, ia lalu berjalan mundur dengan wajah yang masih shock.
"Ehh ehh" kata Aya ia tersandung tali sepatunya sendiri, untung saja ada Ronald yang membantunya.
"Emm makasih kak" kata Aya."Iya sama-sama, Lo baik-baik aja kan ?" Tanya Ronald.
"Hehe gapapa kok tadi belum sarapan jadi gini, hehe." Bohong Aya, sambil tersenyum menutupi luka dihatinya.
"Gue juga belum makan, mau makan bareng ?" Tanya Ronald.
"Boleh juga kak." Kata Aya. Lalu tangan Aya ditarik oleh Ronald, jantung Aya berdebar kencang wajahnya pun sudah seperti kepiting rebus.
Dilain tempat Raditya melihat dua remaja itu, ia merasakan sesak di dadanya. Wajahnya terlihat murung.
"Eyy bro, kenapa Lo cemberut gitu ?" Tanya Arya, teman Raditya."WOE DIEM-DIEM BAE, DITANYAIN JUGA!" Teriak Rico
"Apa sih apa, udah ah." Kata Raditya lalu meninggalkan kedua temannya itu. kedua temannya pun berjalan dibelakang Raditya sambil berbisik, "kenapa sih si Raditya marah²." Tanya Rico.
"Keknya gegara cewe, fix sih no debat." Kata Arya, lalu dibalas anggukan oleh Rico.Aya dan Ronald sedang sarapan di kantin, Aya tak melupakan kopi hitam tanpa gula. Seperti kisah hidupnya yang belum ada pemanisnya, ahahaha bisa saja.
"Lo kayaknya suka banget sama itu kopi ?" Tanya Ronald, lalu dibalas anggukan oleh Aya."Terlalu pahit untuk disukai." Kata Ronald, pelan.Raditya berjalan menuju kantin lalu melihat kedua remaja yang membuat nafsu makannya berkurang, siapa lagi kalau bukan Aya dan Ronald.
Ia berbalik badan menuju kelasnya, dengan penuh amarah diwajahnya.Hari yang menyebalkan."Makasih kak udah di traktir pagi ini." Kata Aya, sambil tersenyum manis kepada Ronald.
Entah mengapa melihat wajah Ronald saja membuat hatinya senang, apalagi dengan Ronald berbuat baik kepadanya. Rasanya aaaa."Iya sama-sama, Lo ke kelas sendiri gapapa kan ?" Tanya Ronald.
"Hehe gapapa kok gapapa, bye kak." Kata Aya, lalu berjalan menuju kelas dengan hati yang berbungan-bunga.
"Gue ? Gue habis makan jadi seneng, ehe." Kata Aya.
"Kok gue ga percaya ya, Rel Bil kalian percaya ga ?" Tanya Ola.
"Sama kita juga ga percaya, iya kan bil." Kata Farel lalu dibalas anggukan oleh Nabil.
Belum sempat menyelesaikan percakapan, mereka langsung duduk ditempat masing-masing karena guru sudah memasuki ruang kelas mereka.Bel istirahat sudah berbunyi, saatnya para murid mengantri. Mengantri makanan, sudah seperti mengantri sembako saja. btw ini istirahat ke 2.
"Ay, tadi gue ga lihat Lo sama Ola ke kantin kemana aja hei ?" Tanya Rara.
"Ohh tadi si Ola udah bawa bekel dari rumah, mamaknya yang masakin enak banget deh." Kata Aya.
"Ah ada maunya, pasti besok suruh bawa lagi kan ngaku Lo." Kata Ola.
"Ahahaha bisa aja, tapi emang enak astaga." Kata Aya.
"Udah-udah, kalian mau pesen apa biar gue yang pesenin." Kata Najwa.
"Esteh 1." Kata Aya.
"Tumben." Kata Ola.
"Ngirit money ya anj, besok Sabtu kita-kita kan mau jalan." Kata Aya.
"Keknya gajadi deh Ay, pada sibuk. Gue juga diajak pergi sama mama papa." Kata Indira.
"Yoi, gue ada acara keluarga." Kata Jesica.
"Gue sama Tari juga mau pergi sama ayah bunda." Kata Nita
"Gue engga sibuk Ay, gimana mau jalan sama gue ?" Tanya Nirmala.
"Iya Ay gue sama Rara juga free bisalah kalau mau jalan, Ola Lo bisa kaga ?" Kata Najwa.
"Emm iya iya sama kalian, yang lain lancar-lancar ya acaranya." Kata Aya.
"Yaudah gue mau nambah nasgor." Kata Aya kepada Najwa.
Makanan sudah sampai mereka pun menyantap makanan mereka masing-masing. Aya sedang melihat sekeliling kantin sambil memakan makanannya, ia melihat anak itu lagi.
Uhuk uhuk"Batuk? Minum oskadon oye." Kata Ola.
"Heh serius dia kesedak, kasih minum gitu." Kata Nirmala. Lalu Ola menyodorkan esteh kepada Aya.
"Lo kenapa Ay?" Tanya Rara.
"Gapapa ini nasgornya enak banget sampe kesedak kan gue." Kata Aya, sambil tersenyum lebar.
"Loh dia sekolah disini?" Batin Aya.
Mereka sudah menyelesaikan makanannya, Indira dkk menuju kelasnya Ola dan Aya masih ditempat duduknya.
Aya masih memikirkan tentang anak itu."Ay mau ke kelas kapan ?" Tanya Ola."Mau ke perpustakaan dulu, kalau Lo mau ke kelas sok duluan." Kata Aya.
"Yaudah gue pergi dulu, bye." Kata Ola, lalu berlalu pergi dari kantin.
Aya menuju ruang perpustakaan untuk meminjam buku, ia memasuki perpustakaan dan melihat Ronald berbicara dengan seorang remaja perempuan. Ia langsung saja mengambil buku yang ia inginkan dan memberikan kepada petugas perpustakaan.
Ia lalu keluar dari perpustakaan,
"Aduhh" keluh Aya, kepalanya menabrak dada bidang Raditya."Maaf kak." Kata Aya, sambil memegangi kepalanya itu.
"Iya, kepala Lo gapapa kan ?" Tanya Raditya.
Aya lalu menjawab, "engga papa kak Radit, sans Aya ini anak kuat hehe." Katanya sambil tersenyum lebar.
"Manis banget sih." Kata Raditya pelan.
"Aku mau ke kelas dulu ya kak, bye." Kata Aya, lalu meninggalkan Raditya sendirian.
Raditya melihat kepergian Aya, lalu tersenyum tipis mengingat wajah manis Aya ketika tersenyum. Lalu ia berjalan menuju kelasnya, masih dengan wajah tersenyum tipis. Seperti orang habis dapat uang saja, huh!
Aya memasuki kelas dengan wajah kesal, ia duduk lalu berniat untuk tidur sejenak.
"Ay jangan tidur dulu ih, kemarin kan Lo udah ditegur sama guru." Kata Ola mengingatkan."Iya Ola, makasih udah diingetin." Kata Aya sambil tersenyum terpaksa.
"Kenapa gitu wajahnya, ada masalah kan Lo. Sini cerita." Kata Ola.
"Pertama gue lihat ayah gue bawa anak disekolah ini, sebelumnya gue udah lihat di toko waktu kemarin, pagi ini parah banget anjj ga tuh dia kyknya murid baru disini. Yang kedua, gue pas di perpus tadi lihat si kak Ronald sama cewe, cantik banget lah dibandingin gue cakepan dia gila ga tuh." Kata Aya.
"Oh sebeh Lo ada bawa anak ke sini, anaknya sekolah disini, anak baru." Kata Ola memastikan, lalu dibalas anggukan oleh Aya.
"Yang kedua ni Lo keknya ya keknya cemburu, WADIDAW CEMBURU GUYS." Kata Ola, mengisi ruang kelas. Untung saja belum ada guru.
"Pala Lo cemburu, tapi cemburu kek mana sih ? Gue rasa ni dada sesek gitu pengen marah tapi gaada hak, emang gue siapa dia iya kan Ol." Kata Aya.
"Iya Ay kasian ya Lo digantung kyk jemuran, padahal Lo manusia. Udah gausah dipikirin lah biarkan hidup berjalan sesuai alurnya." Kata Ola.
"Gilak, dapet kata-kata dari mana Lo." Kata Abbey, tiba-tiba ikut serta dalam pembicaraan Aya dan Ola.
"Keluar sendiri dari otak saya, bang Abbey kenapa ikut² nimbrung ?" Tanya Ola.
"Biasalah Ol gaada kawan dia." Kata Aya.
Anak-anak yang berada didepan kelas cepat-cepat masuk menuju ruang kelas, menandakan bahwa ada guru yang akan datang ke kelas mereka.
"Lanjut ntar pulsek." Kata Ola, lalu dibalas anggukan oleh Aya.
Bel pulang sekolah berbunyi.
Aya dan Ola sudah keluar kelas sedari tadi, Aya dan Ola berjalan menuju gerbang sambil berbicara tentang kelanjutan cerita tadi.Seperti biasa mama Ola sudah berada di depan gerbang sekolah. "Ay gue balik dulu, hati-hati dijalan." Kata Ola, lalu dibalas lambaian dan anggukan oleh Aya.
Aya hendak berjalan menuju keluar gerbang, namun ia melihat Ayahnya di sana menjemput anak itu. Aya menutup wajahnya lalu ia membalikan badan menuju kedalam sekolah.
Ia melihat mereka sudah pergi dari sekolahan, ia lega.Aya berjalan menuju halte sambil mendengarkan album kesukaannya, yang ia putar pagi tadi.Aya sudah di halte sambil menunggu bus datang, tak sengaja ia melihat Ronald memboncengkan wanita tadi yang ia lihat di perpustakaan. Rasanya sakit, sesak ia menutup wajahnya dengan buku yang kebetulan sekali ia bawa.
Bus sudah datang, Aya buru-buru memasuki bus. Ditempat kerjanya ia tidak fokus karena memikirkan Ronald dan si anak yang dibawa ayahnya. Ia sangat kesal. Rasanya ingin menghilang saja dari bumi.
Ia kembali ke kosan dengan wajah lesu seperti belum makan saja. Ia nampak tak semangat seperti biasanya.
"Aya kamu kenapa nak ?" Tanya bu Yuni."Engga kok bu, cuma kecapekan aja." Kata Aya sambil tersenyum.
"Aya kamu capek fisik sama hati ya ? Ibu tahu kok dari raut wajah kamu, yang sabar ya nak semua ada masanya kamu harus kuat." Kata bu Yuni, lalu memeluk Aya dengan penuh kasih sayang.
"Sekarang kamu bersih-bersih badan dulu, habis itu tidur." Kata bu Yuni, lalu dibalas anggukan oleh Aya.
Seperti biasa Aya membersihkan kamar kosnya terlebih dahulu, lalu membasuh badannya setelah seharian berada diluar rumah. Selesai membasuh badan ia tak lupa mematikan lampu dan tidur. "Selamat tidur diri sendiri. ~ini belum separuhnya biasa saja kamu tak apa~"
Kata Aya kepada diri sendiri, dan sedikit menyanyikan lagu untuk dirinya sendiri. Agar semangat."Thanks for reading this chapter, I hope you can get a lesson from this story." Aya Septiana.
"Makasih banyak-banyak buat kalian yang udah baca. I wish your day always blessed from God, Ameen." Author
Hari Senin di sekolah menengah atas 'Semesta'Para murid sudah berada di lapangan, 30menit sudah berlalu dibawah terik matahari pagi. Bruk seorang remaja perempuan pingsan, padahal sebentar lagi upacara sudah selesai. Siapa lagi kalau bukan Aya Septiana.Anak-anak yang bertugas untuk membantu siswa/siswi yang sakit langsung saja membawa tubuh Aya, ditaruhnya di atas tandu. Lalu mereka dengan gerak cepat membawa Aya ke UKS. 15menit Aya pingsan, Ia membuka matanya perlahan melihat Raditya disampingnya."Kak Radit, kakak sakit juga ?" Tanya Aya. "Engga, gue nunggu Lo bangun." Kata Raditya "Kenapa ?" Tanya Aya. "Ga ada alasan." Kata Raditya, membuat Aya terdiam sejenak memikirkan perkataan Raditya. Raditya berkata kepada Aya, membuat pikiran Aya buyar, "Aya Lo pasti belum makan." "Iya kak, lupa." Kata Aya. "Aya, gue mau cerewet sedikit. Lo
Pembukaan tak seperti biasanya, maksut saya sang tokoh utama nampak tak seperti biasanya.Aya keluar dari kamar kosnya, sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya itu."Aya, Lo mau berangkat ?" Sapa Adya."Ya iyalah kak udah rapi begini, kak Caca mana kak ?" Kata Aya."Oh si Caca udah duluan tadi dijemput sama si pacar." Kata Adya"Oh pacarnya yang om-om itu ya ?" Tanya Aya."Bukan om-om Ay, cuma beda beberapa tahun aja belum jadi om-om lah buat kita." Kata Adya sambil tertawa."Lo mau berangkat bareng gue ga ?" Tanya Adya kepada Aya."Wahh pas banget aku lagi males naik bus maksudnya uangku lagi menipis biasalah akhir bulan." Kata Aya."Yaudah ayok berangkat." Kata Adya.Mereka pun berpamitan kepada Ibu Yuni, lalu berjalan menuju luar kosannya tempat motor Adya diparkirkan. Adya melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Pagi hari Aya sudah terbangun, bersiap untuk pergi dengan Ronald (pikirnya).Aya keluar kamar dengan pakaian rapi, sepertinya dia lupa sesuatu"Aya mau kemana ?" Tanya Caca."Jalan sama doi." Kata Aya dengan percaya dirinya."Aya ini masih hari Rabu (•‿•)." Kata Caca."Wah iya ? Beneran ? Kok kakak engga pake seragam ? Ih yang bener ? Kok aku lupa." Kata Aya."Iya Ay beneran ga boong gue. ni gue mau numpang di kamar mandi Lo, kamar mandi gue kerannya rusak." Kata Caca."Saking senengnya tuh jadi lupa hari." Kata Adya yang tiba-tiba muncul.
Hari Sabtu-waktunya Aya dan Ronald pergi menonton bioskop.Tepat pukul 09.00 Aya terbangun, dan melihat jam dindingnya sudah menunjukkan pukul 9 tepat. Aya langsung saja bergegas menuju kamar mandi.Selesai Aya mandi, ia langsung saja memakai pakaian yang tadi malam sudah ia pilih.Like that, xixi."Siap, tinggal nunggu kak Ronald." Kata Aya dengan diri sendiri.Sebelum keluar dari kamar Aya melihat ponselnya terlebih dahulu, sepertinya banyak pesan masuk sudah lama sekali ia tak memegang ponselnya itu.Kak Ronald10 pesan belum dibaca-Aya-Jam setengah sepuluh gue otw-Aya-Aya cantik-Hei-Gue udah di depan kosan Lo -AYA -Buruan Ayyy (╥﹏╥)-Aya-BuruAya yang meli
Pagi hari yang cerah, ini hari Minggu tepat pukul 08.00Aya bergegas menuju kamar mandi. Ia bekerja hari ini. Sudah siap semua ia bergegas menuju keluar kamar. "Kerja Lo Ay ?" Tanya Caca."Iya kak, kak Adya ada ?" Tanya Aya."Pergi, gatau deh kemana mungkin kerja." Kata Caca."Yahh mau pinjem motor padahal." Kata Aya."Motor Adya gede Ay, emang Lo bisa ?" Tanya Caca."Bisalah, masa engga. Ehh aku duluan kak nanti telat. Bye." Kata Aya. Ia langsung bergegas menuju halte terdekat. Oh iya Aya tak berpamitan dengan bu Yuni, yahh hari Minggu biasanya bu Yuni pergi ke tempat ibadah.Sebelum berangkat Aya tak lupa untuk memakai masker, entah mengapa hari ini ia sangat ingin mengenakan masker. Dan satu lagi, ada hal yang aneh dengan dirinya karena ia sedikit takut dengan manusia-manusia lain kali ini. Ia pun berlari menuju halte, dan syu
"AAAAAAAAAAAAAA." Teriak Aya berhasil membuat penduduk kosan terbangun dan mengetuk pintu kamar Aya."Aya Lo kenapa ?""Aya ada apa ?""Aya buka woi.""Aya Lo gapapa kan di dalem ?""Kenapa woi ?"Aya membuka pintu kamarnya, diluar sudah ada para penduduk kosan. "Gue gapapa, sans elah." Kata Aya."Teriak histeris gitu." Kata Adya."Iya mana keringetan, ngos-ngosan kyk habis lari aja Lo." Kata Caca."Lo kenapa hei, gue kaget anjir." Kata Yola."Iya anjir kenapa woe." Kata Lola."Mimpi buruk. Maap maap ni ye kalau buat kalian semua bangun." Kata Aya."Gue kira kenapa anjir.""Gue kira kemalingan.""Balik dulu guys."Kata para penduduk kos lalu berjalan menuju kamar mereka masing-masing.Aya pun masuk ke kamar, berusaha menenangkan dirinya terlebih dahulu. "Random banget ya mimpinya tadi, mana serem kan gue jadi takut." Gumam Aya. Selesai menenangkan diri ia l
10 hari ini Aya semakin dekat dengan Raditya, kedekatannya dengan Raditya membuat Ronald menjauh. Ronald sekarang lebih sering bersama dengan Alvena, yang dikabarkan ia adalah sepupu dari Ronald.Walau Aya dekat dengan Raditya, namun rasanya kepada Ronald masih tetap sama. Tak berkurang, bahkan selalu bertambah. Bagaimana rasanya dengan Raditya ? Tak ada, ia hanya menganggap Raditya sebagai kakak, tak lebih tak kurang.Pagi ini, seperti biasa ia menunggu Raditya datang untuk menjemputnya. Namun setelah lama menunggu Raditya tak kunjung datang. Ia pun memutuskan untuk berangkat dengan bus.Namun, rasanya ada yang mengganjal. Tak biasanya Raditya seperti ini, tak memberikan kabar kepada Aya. Ada apa dengan Raditya ?Ditengah perjalanan, bus tiba-tiba berhenti.Para penumpang pun bertanya-tanya, tak biasanya bus berhenti seperti ini."Didepan ada kecelakaan." Kata salah seorang penumpang yang ada di bus terse
11 hari penuh misteri dan tanda tanyaRasanya masih seperti hari kemarin, dengan keceriaan yang penuh. Aya bangun lebih pagi kali ini, ia bergegas untuk menyiapkan alat-alat untuk sekolah. Lalu setelah menyelesaikan itu, ia memutuskan untuk mandi.Rasanya ada yang aneh saat ini, ketika dipertengahan ia mandi. Ada apa ya ? Ia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Ada hal aneh yang tak dapat dijelaskan. Sepertinya, ahh sudahlah. Ia menghiraukan rasa itu.Seperti biasa ia menunggu Raditya. Setelah menunggu cukup lama. Namun, yang datang malah Ronald."Kak Ronald, ada apa ?" Tanya Aya."Ayok naik, buruan." Kata Ronald."Aya nunggu kak Raditya ka." Kata Aya."Buruan naik Ay!" Perintah Ronald."Iya." Aya pun segera naik ke motor Ronald."Pegangan Ay." Kata Ronald.Aya pun memegang pundak Ronald, namun tangan Ronald mengarahkannya untuk melingkarkan tangan Aya ke perutnya.